60
mengedepankan prinsip “friendly” atau instruktur boleh dianggap
sebagai teman sendiri oleh semua peserta pelatihan. Seperti yang di ungkapkan oleh “Sy” selaku warga binaan yang mengikuti pelatihan
keterampilan pertukangan kayu, yaitu: “Kalau hubungan dengan instruktur pelatihan sendiri baik mbak,
palah akrab. Instruktur kami anggap seperti teman jadi bisa tanya-tanya kalau kita sedang mengalami kesulitan.”
Hal serupa diungkapkan juga oleh “Wt” salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan keterampilan pertukangan kayu,
yaitu: “…Interaksi dengan instruktur di sini baik mbak, palah kayak
teman sendiri.”
Saudara “As” juga mengungkapkan hal yan sama, bahwa: “interaksi saya dan teman-teman dengan instruktur baik mbak,
seperti teman sendiri dan saya juga dapat bertanya-tanya dengan tidak merasa sungkan..”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjalin antara instruktur dan warga binaan dalam
pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP Klas IIA Yogyakarta sangat baik.
4. Materi Pelatihan
Peran kurikulum sangatlah penting dalam setiap program pelatihan, dimana kurikulum akan dijadikan pedoman bagi instruktur dalam
menyampaikan materi pelatihan sehingga pelatihan akan terarah sesuai
61 dengan tujuan yang diharapkan. Materi atau kurikulum yang diberikan
dalam pelatihan ini tidak seperti kurikulum yang dipakai di sekolah ataupun lembaga-lembaga lain yang menyelenggarakan pelatihan serupa.
Hal ini sesuai dengan Kep. 529Men1988 Departemen Tenaga Kerja RI Pusat Latihan Kerja 1992 mengenai pengetahuan alat-alat mesin
sub kejuruan tukang kayu umum tingkat dasar. Seperti yang diungkapkan oleh “Rj” selaku instruktur pelatihan yaitu:
“yang diajarkan dalam pelatihan ini meliputi pengenalan bahan, alat-alat pertukangan kayu, desain konstruksi dan praktek.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Sd” selaku instruktur pelatihan, yaitu: “materi yang disampaikan berupa kedisiplinan, kerohanian, dan
pengenalan bahan dan alat-alat pertukangan kayu serta cara mengukur dan membaca desain konstruksi.”
Hal ini di perkuat oleh “Sy” selaku WBP yang mengikuti pelatihan ketrampilan pertukangan kayu, yaitu:
“di pelatihan ini saya diajari bagaimana cara menggunakan alat-alat pertukangan kayu, mengenal bahan yang dibutuhkan, dan membuat
kerajinan kayu kayak almari, meja kursi, dipan tempat tidur yang dipesan gitu mbak.”
Kurikulum untuk pelatihan ini, menggunakan metode pembelajaran yang lebih banyak prakteknya. Penyusunan kurikulum dilaksanakan oleh
penyelenggara program atau pembina LP Klas IIA Yogyakarta bersama tenaga ahli dari BLK Kota Yogyakarta.
62 Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa materi
yang disampaikan dalam pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP Klas IIA Yogyakarta meliputi teori umum berupa kerohanian, ketertiban
serta kedisiplinan dan teori teknis pertukangan kayu berupa teori pengenalan bahan, teori pengenalan alat, desain konstruksi, serta praktek
pertukangan kayu.
5. Fasilitas
Sarana atau fasilitas merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam menunjang keberhasilan program pelatihan yang diselenggarakan
dalam suatu kegiatan pelatihan dan keterampilan. Ketersediaan fasilitas dalam sebuah pelatihan sangat penting. Semakin lengkap fasilitas yang
tersedia maka, mutu lulusan dalam pelatihan tersebut akan diakui dan diperhitungkan oleh pihak lain, selain itu dengan adanya fasilitas yang
sesuai dan memadai, para peserta pelatihan akan lebih mudah dalam mengaplikasikan materi-materi yang telah di sampaikan oleh instruktur
Sarana atau fasilitas keterampilan pertukangan kayu yang berada di LP Klas IIA Yogyakarta sangatlah lengkap, yaitu: berbagai macam alat
pemotong kayu berbagai macam jenis gergaji, berbagai macam jenis alat-alat pahat, perkakas, berbagai macam obeng, mesin ketam perata dan
penebal, berbagi macam alat pengetam.
6. Pembiayaan