56 kayu di LP Klas IIA Yogyakarta adalah melalui pelatihan keterampilan
pertukangan kayu, rata-rata warga binaan ingin merubah taraf hidup mereka kearah yang lebih baik dengan dapat membuka usaha secara
mandiri dan dapat diterima oleh masyarakat setelah bebas dari hukuman.
2. Instruktur Pelatihan
Instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu merupakan petugas pembina yang telah mengikuti Diklat dan Pelatihan baik yang
dilakukan oleh intern Departemen Diklat Pusat maupun Kantor Wilayah, maupun DiklatPelatihan yang dilakukan oleh BLK. Selain pembina LP,
instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP Klas IIA
Yogyakarta berasal dari BLK Kota Yogyakarta. Hal ini diungkapkan oleh
“Rj” selaku instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu LP Klas IIA Yogyakarta, yaitu:
“…Saya menjadi instruktur pelatihan disini, karena dulu saya sering mengikuti diklat-diklat yang diadakan oleh Departemen atau
lintas instansi seperti di BLK dan selain itu yang menjadi instruktur pelatihan disini ya kita bekerjasama dengan instruktur di BLK Kota
Yogyakarta.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Sd” selaku Instruktur pelatihan, yaitu: “instruktur pelatihan berasal dari BLK Kota Yogyakarta dan para
pembina atau pembimbing WBP yang telah mengikuti diklat yang diadakan oleh Departemen ataupun instansi…”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu berasal dari petugas
pembina LP Klas IIA Yogyakarta yang telah mengikuti Diklat dan Pelatihan baik yang dilakukan oleh intern Departemen Diklat Pusat
57 maupun Kantor Wilayah, maupun DiklatPelatihan yang dilakukan oleh
BLK serta petugas BLK Kota Yogyakarta. a.
Peran Instruktur Pelatihan Peran instruktur pelatihan dalam program pelatihan ini tidak
hanya sebagai seorang pendidik dan pembina, yang sekedar memberikan ilmunya kepada warga binaan. Hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti menunjukkan bahwa selain sebagai seorang pelatih, seorang instruktur dalam pelatihan ini juga harus menjadi motivator
dan partner atau teman bagi warga binaan atau peserta pelatihan. Motivator, dalam hal ini seorang instruktur pelatihan
ketrampilan pertukangan kayu di LP Klas IIA Yogyakarta harus memiliki kesabaran dan dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, karena
peserta pelatihan adalah para narapidana yang sedang menjalani masa hukuman sesuai dengan putusan peradilan dan sedang menjalani
bimbingan pembinaan di LP. Jadi bisa dikatakan bahwa tugas instruktur disini adalah menjadi pendorong semangat agar para warga
binaan mau mengikuti pelatihan keterampilan pertukangan kayu dengan cermat dan selalu semangat.
Partner, tugas instruktur yang lain ialah sebagai partner bagi para warga binaan atau peserta pelatihan, dalam hal ini instruktur
pelatihan tidak hanya membagi ilmunya saja tetapi juga menjadi teman bagi para warga binaan. Selain itu, instruktur pelatihan juga harus
membagi pengalamannya baik pengalaman yang diperoleh ketika
58 mengikuti diklat maupun pengalaman yang diperoleh ketika sudah
bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh “Rj” selaku instruktur pelatihan yaitu:
“Peran instruktur disini selain sebagai motivator ya juga sebagai teman kerja dengan warga binaan dalam pelaksanaan
pelatihan…”
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Sd” yang merupakan instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu,bahwa:
“Sebagai instruktur pelatihan harus dapat memberikan motivasi pada para warga binaan serta sebagai partner dalam pelatihan
ketrampilan ini, agar warga binaan dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan semangat tentunya.”
Saudara “En” juga mengatakan: “instruktur pelatihan berperan dalam memberikan motivasi dan
teman kerja bagi WB mbak…”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran instruktur dalam pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP
Klas IIA Yogyakarta adalah sebagai motivator dan partner atau teman kerja.
3. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu