PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 02 TULUNG BALAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 02 TULUNG BALAK

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Deasy Vivta Rini

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran AIR.

Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi dan soal-soal tes, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada tiap ranahnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 52,63% dengan nilai rata-rata 69,01 dalam kategori baik (B-), kemudian pada siklus II meningkat menjadi 68,42% dengan nilai rata-rata 73,23 dalam kategori baik (B), dan meningkat menjadi 78,94% pada siklus III dengan nilai rata-rata 75,87 dalam kategori baik (B+). Persentase hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 63,15% dengan nilai rata-rata 75,78 dengan kategori “baik”, kemudian menjadi 78,94% pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,42 dengan kategori “baik”, dan meningkat menjadi 94,73% pada siklus III dengan nilai rata-rata 83,68 dengan kategori “sangat baik”. Persentase hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 63,15% dengan nilai rata-rata 75,78 dalam kategori terampil (B), kemudian menjadi 73,68% pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,94 dalam kategori terampil (B+), dan meningkat menjadi 89,47% pada siklus III dengan nilai rata-rata 83,68 dalam kategori sangat terampil (A).

Dengan demikian proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro, Provinsi Lampung pada tanggal 19 Desember 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Rachmad M.S dan Ibu Patimah. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Aisyah Metro Pusat pada tahun 1997. Penulis melanjutkan ke SD Negeri 1 Metro Pusat pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Metro dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdullilah kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku dengan segenap kerendahan hati kepada:

Kedua orangtuaku, Ayahanda Hi. Rachmad M.S dan Ibunda Patimah Tercinta

yang senantiasa melimpahkan kasih sayang kepada anak-anaknya, pengorbanan, dan

doa yang ikhlas mengiringi perjalanan putrinya serta banyak motivasi dalam

menyelesaikan studi dan mengajarkan banyak hal tentang arti kehidupan.

Saudara-saudaraku tersayang, Kakanda Agus Saputra dan Adinda-adindaku

Okta Kurnia Sari serta Dian Novita Sari yang selalu memberikan senyum semangat untuk

terus berjuang menggapai cita-cita.

Guru-guruku; SD, SMP, SMA, dan Bapak Ibu Dosen PGSD FKIP Universitas Lampung,

yang telah membimbing dan membagi ilmunya kepada penulis.

Sahabatku; Andi Prasetya, Annisa Yulistia, Fatih Istiqomah, dan Renny Ambar Astika

yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus sama-sama berjuang


(8)

Teman bermainku; Imma Sofiana Tsani, Rimbawati Hesti, Rizky Septiyani, dan Mas Alul

yang selalu menyelipkan kisah-kisah unik dan dorongan semangat dalam perjalanan

menyelesaikan studi di PGSD.

Seseorang yang selalu memberikan semangat disela-sela kel

elahanku. CS

Teman-Teman PGSD Angkatan 2010 tanpa terkecuali yang selalu memberikan senyum

dan dorongan semangat dari awal perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.


(9)

MOTO

Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umat

-Nya melebihi batas

kemampuan manusia itu sendiri

(QS. Al-Baqarah: 286)

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 02 Tulung Balak Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Mungkin dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;


(11)

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Pertama, yang telah banyak memberikan arahan, saran-saran, dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;

6. Ibu Dra. Yulina H, M. Pd. I., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak sekali masukan dan saran-saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Dra. Siti Rachmah, S., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Lapiyo Tri Sumarno, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur serta dewan guru dan staf administrasi yang telah membantu peneliti selama peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 02 Tulung Balak;

9. Bapak Hi. Suwarno, A. Ma. Pd., selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur, yang bersedia bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian;


(12)

10. Kedua orang tua, kakak, adik, serta keluarga besar yang telah memberikan doa, motivasi, serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

11. Seseorang yang selalu bersamaku, terima kasih atas nasihat, dukungan, saran dan doa, serta sudah menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan studi.

12. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama berusaha dari awal sampai akhir;

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Metro, Agustus 2014 Penulis,

Deasy Vivta Rini NPM 1013053044


(13)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Model Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) .... 10

a. Pengertian Model Pembelajaran AIR ... 10

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran AIR ... 14

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran AIR... 14

B.Belajar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Pengertian Hasil Belajar ... 16

C.Kurikulum 2013 ... 17

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 17

2. Pendekatan Ilmiah (scientific approach) ... 19

3. Pembelajaran Tematik-Integratif ... 20

4. Penilaian Otentik ... 21

D.Penelitian yang Relevan ... 21

E. Kerangka Pikir ... 22

F. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A.Metode Penelitian ... 25

1. Setting Penelitian ... 26


(14)

vii

B.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 27

1. Teknik Pengumpul Data ... 27

2. Alat Pengumpul Data ... 28

C.Teknik Analisis Data ... 29

1. Data Kualitatif ... 29

2. Data Kuantitatif ... 32

D.Prosedur Penelitian ... 33

1. Siklus I ... 34

2. Siklus II ... 37

3. Siklus III ... 40

E. Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A.Profil SD Negeri 02 Tulung Balak... 44

B.Prosedur Penelitian ... 45

1. Deskripsi Awal... 45

2. Refleksi Awal... 46

3. Pelaksanaan Kegiatan ... 47

4. Persiapan Pembelajaran ... 47

C.Hasil Penelitian ... 48

1. Siklus 1 ... 48

2. Siklus 2 ... 60

3. Siklus 3... 71

D.Pembahasan ... 83

1. Kinerja Guru ... 83

2. Hasil Belajar Siswa ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A.Kesimpulan ... 90

B.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1. Kategori kinerja guru ... 30

3.2. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 31

3.3. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 32

3.4. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 33

4.1. Data guru dan karyawan SD Negeri 02 Tulung Balak ... 44

4.2. Data siswa SD Negeri 02 Tulung Balak Tahun 2014 ... 45

4.3. Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 47

4.4. Distribusi Nilai kinerja guru siklus I ... 52

4.5. Distribusi Nilai hasil belajar afektif siswa siklus I ... 53

4.6. Distribusi Nilai hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 54

4.7. Distribusi Nilai hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 56

4.8. Distribusi Nilai kinerja guru siklus II ... 64

4.9. Distribusi Nilai hasil belajar afektif siswa siklus II ... 65

4.10. Distribusi Nilai hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 67

4.11. Distribusi Nilai hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 68

4.12. Distribusi Nilai kinerja guru siklus III ... 76

4.13. Distribusi Nilai hasil belajar afektif siswa siklus III ... 77

4.14. Distribusi Nilai hasil belajar kognitif siswa siklus III ... 78

4.15. Distribusi Nilai hasil belajar psikomotor siswa siklus III ... 80

4.16. Rekapitulasi kinerja guru siklus I, II, dan III ... 83

4.17. Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I, II, dan III ... 84

4.18. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa siklus I, II, dan III ... 86


(16)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan dari Universitas ... 98

2. Surat Pendahuluan dari Universitas ... 99

3. Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 100

4. Surat Izin Penelitian dari Sekolah ... 101

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Sekolah ... 102

6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 103

7. Silabus Siklus I ... 106

8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 110

9. Silabus Siklus II ... 125

10. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 129

11. Silabus Siklus III ... 143

12. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ... 147

13. Kinerja Guru Siklus I, II dan III ... 161

14. Hasil Belajar Siswa Siklus I, II dan III ... 171


(17)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1.Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 26 1.2.Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 83 1.3.Grafik Peningkatan Persentase Hasil Belajar Afektif Siswa

Kelas IV A ... 85 1.4.Grafik Peningkatan Persentase Hasil Belajar Kognitif Siswa

Kelas IV A ... 86 1.5.Grafik Peningkatan Persentase Hasil Belajar Psikomotor Siswa


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, pengadaan sarana dan prasarana sekolah, menyelenggarakan sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, pengangkatan tenaga pendidik dan kependidikan, sampai kepada perubahan kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan. Kurikulum adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 secara bertahap.

Fungsi Pendidikan Nasional Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Selain itu bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar


(19)

2

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Diharapkan dengan berlakunya kurikulum 2013 ini dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut dan diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik.

Hamalik (2004: 29) mengemukakan bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Pernyataan tersebut mengacu pada aspek proses untuk mencapai keberhasilan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002: 157) mendefinisikan pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif.

Mengingat pentingnya pembelajaran maka guru diharapkan mampu mendidik dan melatih siswa agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang menentukan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran yang menarik dan memberikan kesan serta pengalaman secara langsung kepada siswa ialah proses pembelajaran yang diharapkan saat ini.

Keberhasilan siswa didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Hal tersebut tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya kriteria


(20)

3

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah masing-masing. Pada kurikulum 2013 ini kriteria ketuntasan belajar minimal untuk kompetensi pada kategori KI (kompetensi inti) -3 dan KI-4 adalah B- (≥66-70). Untuk Kompetensi Dasar pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan sekolah yang bersangkutan (Kemendikbud 2013: 7-8).

Keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa belum sepenuhnya hasil belajar mencapai ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 sampai 10 Januari 2014 di kelas IVA siswa SD Negeri 02 Tulung Balak, diperoleh informasi bahwa hasil belajar tematik masih rendah. Dibuktikan dengan persentase ketuntasan nilai semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, terdapat 12 siswa dari jumlah seluruhnya 19 siswa atau sebesar 63,84% dari jumlah siswa belum termasuk dalam kriteria ketuntasan belajar minimal untuk kompetensi pada kategori KI-3 dan KI-4 yaitu B- (≥66-70) berdasarkan konversi nilai pada Kemendikbud 2013 yang berarti ketuntasan belajar siswa belum mencapai KKM, sedangkan harapan yang ingin dicapai yaitu minimal 75% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. Berdasarkan paparan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di kelas IVA.


(21)

4

Hal tersebut disebabkan karena kegiatan belajar mengajar yang berlangsung masih cenderung monoton dan kurang menarik. Guru masih menerapkan metode konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi, dan ceramah dengan komunikasi satu arah, dimana yang aktif masih didominasi oleh guru (teacher centered). Selain itu, kegiatan yang banyak dilakukan oleh siswa adalah mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru yang berakibat siswa menjadi pasif, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Dari masalah di atas diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, mandiri untuk mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Model yang diberikan guru harus lebih divariasikan lagi sehingga diharapkan tidak ada lagi siswa yang kurang kreatif dalam pembelajaran tematik. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memilih model pembelajaranAuditory,Intellectually,Repetition(AIR).

Dalam model pembelajaran AIR ini siswa dibiasakan untuk menggunakan indera telinga dan kemampuan berpikirnya untuk melakukan pemecahan masalah. Dan berdasarkan hukum latihan (law of exercise) yang dikemukakan dalam teori Thorndike (dalam Humaira, 2012: 6) menyatakan jika proses pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersifat otomatis. Sehingga, siswa yang diberi model pembelajaran AIR ini diharapkan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang diformulasikan ke dalam bentuk serta mampu merepresentasikan hasil pemecahan masalahnya tersebut.


(22)

5

Model pembelajaran AIR menekankan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, mampu mengemukakan pendapat dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama-sama, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu penggunaan media yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar kita dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami materi pelajaran sehingga menimbulkan kegairahan belajar dan setiap siswa dapat belajar dengan efisien.

Model pembelajaran AIR memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun siswa yang berkemampuan tinggi dalam menguasai materi. Karena di sini semua siswa dapat bertukar fikiran dalam penjelasan kelompok yang heterogen. Kegiatan saling membantu dan bekerja sama di antara siswa dalam memahami materi serta mengerjakan soal latihan dalam diskusi kelompok dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bejudul “Penerapan Model Pembelajaran AIR untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak Batanghari Nuban Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:


(23)

6

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa untuk belajar.

2. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung masih cenderung monoton dan kurang menarik.

3. Siswa kurang antusias dan terkesan pasif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

4. Guru belum menggunakan variasi model dan media dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran masih terlihat kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

5. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi, yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran AIR.

2. Tema yang diteliti pada penelitian ini adalah tema 8 yaitu Tempat tinggalku.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan model AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak?”.


(24)

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak dengan menerapkan model pembelajaran AIR.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Dapat menjadi alternatif gaya belajar siswa dalam pembelajaran tematik sehingga pembelajaran tidak membosankan dan terkesan menarik serta dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru kelas mengenai model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran AIR sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.


(25)

8

4. Peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran AIR.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian ini yaitu:

1. Sifat penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

2. Sebagai subyek penelitian ini adalah guru dan siswa SD Negeri 02 Tulung Balak Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur kelas IVA semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Sebagai objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

4. Keberhasilan meningkatkan hasil belajar siswa adalah meningkatnya nilai tes pada setiap akhir siklus.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto, 2009: 22) menyatakan istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Sedangkan Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2009: 22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Kemudian menurut Suprihatiningrum (2013: 145), model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah


(27)

10

proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa.

Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual mengenai prosedur pembelajaran yang tergambar secara sistematis sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa.

2. Model PembelajaranAuditory Intellectually Repetition(AIR) a. Pengertian Model Pembelajaran AIR

Huda (2003: 289) berpendapat bahwa model pembelajaran AIR ini mirip dengan Somatic, Auditory, Visualitation, Intelectually (SAVI) dan

Visualitation, Auditory, Kinestetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Menurut Suherman (dalam Humaira, 2012: 18):

AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition.

Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan.

Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis.


(28)

11

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahap dalam model pembelajaran AIR:

1) Auditory

Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Sarbana (dalam Humaira, 2012: 19) mengartikan

auditory sebagai salah satu modalitas belajar, yaitu bagaimana kita menyerap informasi saat berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan. Sedangkan Meier (dalam Huda, 2003: 289) pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa disadari.

Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Dalam hal ini guru diharapkan mampu memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera telinga dalam pembelajaran dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara telinga dan otak bisa dimanfaatkan secara maksimal.

2) Intellectually

Intellectuallyberarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna,


(29)

12

rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut (Meier dalam Huda, 2003: 290).

Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual, seperti: (1) Memecahkan masalah; (2) menganalisis pengalaman; (3) mengerjakan perencanaan strategis; (4) melahirkan gagasan kreatif; (5) mencari dan menyaring informasi; (6) merumuskan pertanyaan; (7) menciptakan model mental; (8) menerapkan gagasan baru pada pekerjaan; (9) menciptakan makna pribadi; dan (10) meramalkan implikasi suatu gagasan (Meier dalam Huda, 2003: 91).

3) Repetition

Repetition yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan.

Huda (2003: 292) mengungkapkan pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu (Slamet dalam Huda, 2003: 292). Suherman dan Winataputra (dalam Humaira,


(30)

13

2012: 21) menjelaskan bahwa pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik.

Menurut Herdian (dalam Windi_Oktivia, wordpress.com.2012) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam AIR, yaitu sebagai berikut.

a) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi

Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.

b) Memecahkan masalah

Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.

c) Melakukan presentasi

Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.

d) Melakukan repetisi

Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.


(31)

14

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR

Adapun Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut Meirawati (dalam Humaira, 2012: 21-22) yaitu:

Tahap Auditory

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.

2. Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok.

3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

Tahap Intelectually

1. Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS.

2. Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

3. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Tahap Repetition

1. Memberikan latihan soal individu kepada siswa.

2. Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran AIR

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya pada model pembelajaran AIR. Windi_Oktivia


(32)

15

(Wordpress.com.2012) menyatakan yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut.

1) Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat(Auditory).

2) Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif

(Intellectually).

3) Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari(Repetition).

4) Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni auditory, intellectually, repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek auditory dan

intellectually.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas yang akan menghasilkan perubahan. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses yang disebut pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2005: 27), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hal ini didukung oleh gagasan


(33)

16

Gagne (dalam Suprijono, 2010: 2) yaitu belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Menurut Amri (2013: 24), belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan beraksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (dalam Prastowo, 2013: 49), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah perubahan kemampuan individu yang merupakan akibat dari suatu proses atau kegiatan menuju perkembangan individu seutuhnya yang menghasilkan perubahan tingkah laku positif dan kemampuan beraksi, baik dalam aspek pengetahuan, afektif, maupun psikomotor.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Umumnya hasil belajar berupa nilai, baik berupa nilai mentah ataupun nilai yang sudah diakumulasikan. Namun, tidak menutup


(34)

17

kemungkinan hasil belajar ini bukan hanya berupa nilai melainkan perubahan perilaku siswa.

Suprijono (2010: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Selaras dengan yang diungkapkan oleh Kunandar (2013: 62), bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2010: 6), dikatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2010: 7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan ini tidak dilihat secara terpisah melainkan secara komprehensif baik dari domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian kurikulum 2013

Mulai tahun ajaran 2013/2014, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dan pengembangan yaitu kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 65) menyatakan bahwa kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Selanjutnya menurut Mulyasa (2013: 163):


(35)

18

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).

Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Lebih lanjut Mulyasa (2013: 170) menyatakan perbedaan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar yaitu: (1) Pembelajaran berbasis tematik-integratif dari kelas I sampai VI; (2) Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik-integratif yang tadinya berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 8 mata pelajaran; (3) Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib; (4) Bahasa Inggris hanya ekskul; (5) Penambahan jam belajar siswa untuk kelas I-III yang awalnya 26-28 jam per minggu bertambah menjadi 30-32 jam per minggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang awalnya 32 jam per minggu bertambah menjadi 36 jam per minggu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dan


(36)

19

karakter yang menilai hasil belajar siswa berupa penguasaan dan pemahaman tidak hanya terhadap pengetahuan, tetapi juga sikap, dan keterampilan.

2. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Kemendikbud (2013: 4) menyatakan bahwa:

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Kemendikbud (2013: 212) juga mengungkapkan pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Lain hal Menurut Ahmad_Sudrajat (wordpress.com.2013), penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah suatu pendekatan yang sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013 untuk memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah yang didasarkan pada struktur logis


(37)

20

dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

3. Pembelajaran Tematik Terpadu

Saat ini pembelajaran tematik sudah tidak asing lagi terutama untuk sekolah dasar. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryosubroto (2009: 133) yang mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah dasar diintegrasikan melalui tema-tema yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2013).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi yang di dalamnya terdapat aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema-tema yang telah ditetapkan.


(38)

21

4. Penilaian Otentik

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran adalah penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian otentik. Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Selanjutnya menurut Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian otentik merupakan penilaian kinerja (performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran (Kemendikbud, 2013: 7).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya. Penilaian otentik dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penentuan standar; (2) penentuan tugas otentik; (3) pembuatan kriteria; dan (4) pembuatan rubrik.

D. Penelitian yang Relevan

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Pada dasarnya suatu penelitian tidak


(39)

22

berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Hasil penelitian Mustaqimah (2012) dalam penelitiannya diperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dengan setting model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Istri Safitri (2010) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dan penelitian yang ada tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, maka peneliti akan menerapkan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran di kelas VI khususnya untuk pembelajaran tematik.

E. Kerangka Pikir

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor, satu diantarannya yang dominan ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar. Dalam


(40)

23

penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran AIR, dapat meningkatkan hasil belajar.

Setelah siswa melalui tahapantahapan dari auditory yaitu mendengarkan dan melihat penjelasan guru, dalam diskusi kelompok, mengemukakan pendapat dan menanggapi argumen dengan intellectualy, maka sebagai penutup yaitu sebuah pengulangan atau repetition, dimana peserta didik diberikan sebuah tugas atau kuis yang dikerjakan secara individu guna meningkatkan hasil belajar.

F. Hipotesis Tindakan

Wiriaatmadja (2009: 87) menyatakan bahwa hipotesis lazim digunakan dalam penelitian-penelitian yang bertradisi kuantitatif dengan pola

Kondisi awal

Guru belum menggunakan variasi model pembelajaran sehingga pembe-lajaran terkesan monoton dan tidak menarik yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Tindakan yaitu berupa penerapan model pembelajaran AIR:

1. TahapAuditory

2. TahapIntellectually

3. TahapRepetition

yang dikaitkan dengan pendekatan

scientific.

Kondisi akhir

Meningkatnya keberhasilan belajar siswa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.


(41)

24

pikir deduktif-verifikatif. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakannya adalah “Apabila di kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak Tahun Pelajaran 2013/2014 menggunakan model pembelajaran AIR sesuai dengan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajarsiswa”.


(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) pada siswa kelas IV A semester genap SD Negeri 02 Tulung Balak. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan Classroom Action Research.

Suhardjono dalam Asrori (2009: 5) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Kemudian, menurut Arikunto (2010: 17) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Pada tahap perencanaan peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak. Setelah perencanaan maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dengan penerapan model pembelajaran AIR.

Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon


(43)

26

kegiatan melalui kegiatan refleksi. Yang sangat diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran AIR. Alur siklus penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Alur siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2011: 16).

1. SettingPenelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tulung Balak Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

Perencanaan I

Pelaksanaan I

Siklus I

Pengamatan I

Refleksi I

Perencanaan II

Siklus II

Refleksi II

Pengamatan II

Pelaksanaan II


(44)

27

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian empat bulan, terhitung dari minggu ketiga pada bulan Maret sampai dengan minggu kedua bulan Juli 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga pengumpulan laporan hasil skripsi.

2. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur. Adapun subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak yaitu 1 orang guru serta siswa dengan jumlah 19 orang siswa, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 5 orang siswa perempuan.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, namun dapat diwujudkan dalam bentuk kuantitatif. Variabel yang diukur dengan menggunakan teknik nontes ini yaitu pembentukan karakter (afektif) dan keterampilan siswa selama


(45)

28

kegiatan berlangsung dan kinerja guru dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran AIR.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model pembelajaran AIR.

2. Alat Pengumpul Data

a. Lembar Observasi Praktik Mengajar

Lembar observasi praktik mengajar atau Instrumen Penilaian Aktivitas Kinerja Guru (IPKG) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

b. Tes Hasil Belajar 1) Kognitif

Alat pengumpul data untuk hasil belajar kognitif menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berupa tes formatif yang dirancang sendiri oleh guru.

2) Afektif

Alat pengumpul data hasil belajar afektif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi sikap. Adapun aspek-aspek yang dinilai yaitu tanggung jawab, percaya diri, disiplin, santun peduli dan jujur.


(46)

29

3) Psikomotor

Alat pengumpul data psikomotor dalam penelitian ini menggunakan lembar psikomotor. Lembar psikomotor digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan keterampilan siswa. Lembar psikomotor ini berupa rubrik penskoran menggunakan skala penilaian 1-4 untuk tiap aspek atau kriteria pada keterampilan yang diamati. Adapun aspek-aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

a) Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk b) Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis

c) Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas

d) Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan materi, dan

e) Melakukan komunikasi antara siswa dan guru.

C. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian kinerja guru, penilaian afektif/karakter siswa, dan penilaian produk siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Nilai kinerja guru diperoleh melalui rumus:

N =


(47)

30

Keterangan:

N = Nilai yang dicari Jumlah YA = Jumlah jawaban YA 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modul Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 198) Tabel 3.1. Kategori kinerja guru

No. Peringkat Nilai

1 2 3 4

Amat Baik (A) Baik (B) Cukup (C) Kurang (D)

90 < A≤ 100 75 < B≤ 90 60 < C≤ 75 ≤ 60

(Sumber: Modul Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 315)

b. Nilai afektif/karakter siswa diperoleh melalui rumus: Keterangan:

NA = Nilai akhir

SP = Skor pemerolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Kunandar, 2013: 126)

Konversi nilai Kategori

Angka Huruf

86–100 A Sangat Baik

81–85 A

-76–80 B + Baik

71–75 B 66–70 B

-61–65 C + Cukup Baik

56–60 C 51–55 C

-46–50 D + Kurang Baik

0–45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

NA = SP


(48)

31

Sedangkan untuk menghitung nilai persentase afektif siswa secara klasikal diperoleh melalui rumus:

P = Siswa Tuntas Belajar

Siswa × 100 %

.(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.2. Persentase ketuntasan belajar siswa

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1. 86–100 Sangat Baik

2. 76–85 Baik

3. 60–75 Cukup

4. 55–59 Kurang

5. ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

c. Penilaian keterampilan setiap siswa diperoleh melalui rumus: Keterangan:

N = Nilai akhir SP = Skor perolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Kunandar, 2013: 127)

Konversi nilai Kategori

Angka Huruf

86–100 A Sangat Terampil 81–85 A

-76–80 B + Terampil

71–75 B 66–70 B

-61–65 C + Cukup Terampil 56–60 C

51–55 C

-46–50 D + Kurang Terampil

0–45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

N = SP


(49)

32

Sedangkan untuk menghitung nilai persentase keterampilan siswa secara klasikal diperoleh melalui rumus:

P = Siswa Tuntas Belajar

Siswa × 100 %

.(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.3. Persentase ketuntasan belajar siswa

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1. 86–100 Sangat baik

2. 76–85 Baik

3. 60–75 Cukup

4. 55–59 Kurang

5. ≤ 54 Kurang sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103).

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : nilai yang dicapai/diharapkan R : jumlah skor yang peroleh siswa N : skor maksimum ideal

100 : bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 112).

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

S =R


(50)

33

Keterangan: X : rata-rata hitung N : banyaknya siswa Xi : nilai siswa

(Sumber: Muncarno, 2010: 15).

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.4. Persentase ketuntasan belajar siswa

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1. 86–100 Sangat baik

2. 76–85 Baik

3. 60–75 Cukup

4. 55–59 Kurang

5. ≤ 54 Kurang sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

X = Xi N

P = Siswa Tuntas Belajar


(51)

34

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Bersama dengan guru peneliti berdiskusi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran AIR.

2) Menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. 3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian (Lembar observasi kinerja guru, penilaian sikap dan produk siswa, serta LKS).

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Siswaberdo’asebelum melakukan kegiatan pembelajaran c) Guru mengabsen siswa.

d) Guru mengkondisikan agar siap belajar.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

f) Siswa memperhatikan penyampaian apersepsi oleh guru tentang materi yang akan dipelajari yaitu Tempat Tinggalku.


(52)

35

2) Kegiatan Inti

a) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi dan model pembelajaran yang akan digunakan.

b) Siswa membentuk beberapa kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4 sampai 5 siswa pada setiap kelompok.

c) Setiap kelompok menerima pembagian LKS oleh guru.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran(auditory).

f) Siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan atau yang tertera pada buku siswa(intellectually).

g) Siswa sebagai wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi dan melengkapi (intellectually).

h) Seorang siswa wakil dari kelompok lainnya menyimpulkan (intellectually).

i) Siswa pada tiap kelompok menerima penghargaan.

j) Tahap akhir siswa mengerjakan kuis secara individu (repetition).


(53)

36

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari melalui bimbingan dari guru

b) Guru menyampaikan pesan moral agar senantiasa bersyukur atas nikmat keanekaragaman yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa bahwa setiap daerah memiliki suasana dan kebudayaan yang berbeda.

c) Siswa diberikan apresiasi atas sikap percaya diri yang ditunjukkan selama proses pembelajaran.

d) Guru mengucapkan salam penutupdan do’a.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti mengenai jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi kinerja guru, lembar penilaian sikap dan lembar penilaian produk siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.


(54)

37

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Bersama dengan guru peneliti berdiskusi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran AIR.

2) Menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. 3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian (Lembar Observasi kinerja guru, penilaian sikap dan produk siswa, serta LKS).

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Siswaberdo’amelakukan kegiatan pembelajaran c) Guru mengabsen siswa.

d) Siswa mengkondisikan diri agar siap belajar.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

f) Siswa memperhatikan penyampaian apersepsi oleh guru tentang materi yang akan dipelajari yaitu Tempat Tinggalku.


(55)

38

2) Kegiatan Inti

a) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi dan model pembelajaran yang akan digunakan.

b) Siswa membentuk beberapa kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4 sampai 5 siswa pada setiap kelompok.

c) Setiap kelompok menerima pembagian LKS oleh guru.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran(auditory).

f) Siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan atau yang tertera pada buku siswa(intellectually).

g) Siswa sebagai wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi dan melengkapi (intellectually).

h) Seorang siswa wakil dari kelompok lainnya menyimpulkan (intellectually).

i) Siswa pada tiap kelompok menerima penghargaan.

j) Tahap akhir siswa mengerjakan kuis secara individu (repetition).


(56)

39

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari melalui bimbingan dari guru.

b) Guru menyampaikan pesan moral agar senantiasa bersyukur atas nikmat keanekaragaman yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa bahwa setiap daerah memiliki suasana dan kebudayaan yang berbeda.

c) Siswa diberikan apresiasi atas sikap percaya diri yang ditunjukkan selama proses pembelajaran.

d) Guru mengucapkan salam penutup dan do’a.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti mengenai jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi kinerja guru, lembar penilaian sikap dan lembar penilaian produk siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil pada siklus II digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.


(57)

40

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Bersama dengan guru peneliti berdiskusi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran AIR.

2) Menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. 3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian (Lembar Observasi kinerja guru, penilaian sikap dan produk siswa, serta LKS).

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Siswa berdo’a melakukan kegiatan pembelajaran

c) Guru mengabsen siswa.

d) Siswa mengkondisikan diri agar siap belajar.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

f) Siswa memperhatikan penyampaian apersepsi oleh guru tentang materi yang akan dipelajari yaitu Makananku Sehat dan Bergizi.


(58)

41

2) Kegiatan Inti

a) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi dan model pembelajaran yang akan digunakan.

b) Siswa membentuk beberapa kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4 sampai 5 siswa pada setiap kelompok.

c) Setiap kelompok menerima pembagian LKS oleh guru.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

e) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran(auditory).

f) Siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan atau yang tertera pada buku siswa(intellectually).

g) Siswa sebagai wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi dan melengkapi (intellectually).

h) Seorang siswa wakil dari kelompok lainnya menyimpulkan (intellectually).

i) Siswa pada tiap kelompok menerima penghargaan.

j) Tahap akhir siswa mengerjakan kuis secara individu (repetition).


(59)

42

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari melalui bimbingan dari guru.

b) Guru menyampaikan pesan moral agar senantiasa bersyukur atas nikmat keanekaragaman yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa bahwa setiap daerah memiliki suasana dan kebudayaan yang berbeda.

c) Siswa diberikan apresiasi atas sikap percaya diri yang ditunjukkan selama proses pembelajaran.

d) Guru mengucapkan salam penutup dan do’a.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti mengenai jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi kinerja guru, lembar penilaian sikap dan lembar penilaian produk siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil pada siklus III digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.


(60)

43

E. Indikator Keberhasilan

Peserta didik dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik dalam pembentukan kompetensi atau karakter terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial pada segi proses dan terjadinya perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik pada segi hasil (Mulyasa, 2013: 172).

Dengan demikian, maka indikator keberhasilan tindakan kelas ini untuk semua aspek (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) adalah apabila ≥75% dari jumlah keseluruhan siswa dalam pembentukan kompetensi atau karakter terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial pada segi proses dan terjadinya perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik pada segi hasil.


(61)

0

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) pada siswa kelas IV A SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

1. Nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus I adalah 69,01 kemudian pada siklus II adalah 73,23 dengan peningkatan sebesar 4,22 dan pada siklus III adalah 75,87 dengan peningkatan sebesar 2,64. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar afektif mencapai ≥ 66 pada siklus I adalah 52,63% dengan kategori “kurang sekali”, pada siklus II adalah 68,42% dengan kategori “cukup”, dan pada siklus III adalah 78,94% dengan kategori “baik”.

2. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I adalah 75,78 kemudian pada siklus II adalah 78,42 dengan peningkatan sebesar 2,64, dan pada siklus III adalah 83,68 dengan peningkatan sebesar 5,26. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kognitif mencapai ≥ 66


(62)

91

pada siklus I adalah 63,15%, pada siklus II adalah 78,94%, dan pada siklus III adalah 94,73%.

3. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I adalah 74,47 kemudian pada siklus II adalah 75,78 dengan peningkatan sebesar 1,31 dan pada siklus III adalah 81,57 dengan peningkatan sebesar 5,79. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar psikomotor mencapai ≥ 66 pada siklus I adalah 63,15% dengan kategori “cukup”, pada siklus II adalah 73,68% dengan kategori “cukup”, dan pada siklus III adalah 89,47% dengan kategori “sangat baik”.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif dan termotivasi serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotor) yang baik.

2. Guru

Diharapkan guru lebih banyak berinovasi dengan menerapkan dan menggunakan model ataupun media pembelajaran yang menarik serta bersifat menyenangkan sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan profesionalitas guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas yang kemudian menjadikan siswa termotivasi untuk belajar.


(63)

92

3. Sekolah

Penyediaan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan agar proses pembelajaran tematik kurikulum 2013 dapat berlangsung dengan baik.

4. Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model pembelajaran AIR pada pembelajaran tematik kelas IV. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa pada kelas lainnya.


(64)

93

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

. dkk. 2011.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV Wacana Prima. Bandung.

Dimyati, Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.

. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2003. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Humaira, Herlina. 2012. Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, and Repetition pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VIII Siswa MTsN 2 Bukit Tinggi. (Online).

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pek/article/view/455/255 diakses Senin, 28 Januari 2013.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. [Modul]

.Cita-citaku: Buku Siswa Kelas IV SD Tema 7.Kemendikbud. Jakarta Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. PT


(65)

94

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2010.Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Metro.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Oktavia, Windi. 2012

www.wordpress.com/master_of_mathematic/model_pembelajaran_AIR. [Online]. Diakses tanggal 28 Januari 2014 Pukul 17.15

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva PRESS. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2012.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Ar-ruzz media: Jogjakarta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus.

Rineka Cipta.Jakarta.

Suprijono, Agus. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Pustaka Belajar. Surabaya Sudrajat, Ahmad. 2013.

www.wordpress.com/pendekatan_saintipik/ilmiah_dalam_proses_pembelaj aran.[Online]. Diakses tanggal 09 Januari 2014 Pukul 19.21

Tim Penyusun. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.

. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta


(66)

95

. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta

. 2013. Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

. 2013. Permendikbud No 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) pada siswa kelas IV A SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

1. Nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus I adalah 69,01 kemudian pada siklus II adalah 73,23 dengan peningkatan sebesar 4,22 dan pada siklus III adalah 75,87 dengan peningkatan sebesar 2,64. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar afektif mencapai ≥ 66 pada siklus I adalah 52,63% dengan kategori “kurang sekali”, pada siklus II adalah 68,42% dengan kategori “cukup”, dan pada siklus III adalah 78,94% dengan kategori “baik”.

2. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I adalah 75,78 kemudian pada siklus II adalah 78,42 dengan peningkatan sebesar 2,64, dan pada siklus III adalah 83,68 dengan peningkatan sebesar 5,26. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kognitif mencapai ≥ 66


(2)

pada siklus I adalah 63,15%, pada siklus II adalah 78,94%, dan pada siklus III adalah 94,73%.

3. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I adalah 74,47 kemudian pada siklus II adalah 75,78 dengan peningkatan sebesar 1,31 dan pada siklus III adalah 81,57 dengan peningkatan sebesar 5,79. Persentase jumlah siswa dengan nilai hasil belajar psikomotor mencapai ≥ 66 pada siklus I adalah 63,15% dengan kategori “cukup”, pada siklus II adalah 73,68% dengan kategori “cukup”, dan pada siklus III adalah 89,47% dengan kategori “sangat baik”.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif dan termotivasi serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotor) yang baik.

2. Guru

Diharapkan guru lebih banyak berinovasi dengan menerapkan dan menggunakan model ataupun media pembelajaran yang menarik serta bersifat menyenangkan sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan profesionalitas guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas yang kemudian menjadikan siswa termotivasi untuk belajar.


(3)

3. Sekolah

Penyediaan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan agar proses pembelajaran tematik kurikulum 2013 dapat berlangsung dengan baik.

4. Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model pembelajaran AIR pada pembelajaran tematik kelas IV. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa pada kelas lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

. dkk. 2011.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV Wacana Prima. Bandung.

Dimyati, Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. . 2005.Belajar dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2003. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Humaira, Herlina. 2012. Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, and Repetition pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VIII Siswa MTsN 2 Bukit Tinggi. (Online).

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pek/article/view/455/255 diakses Senin, 28 Januari 2013.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. [Modul]

.Cita-citaku: Buku Siswa Kelas IV SD Tema 7.Kemendikbud. Jakarta Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. PT


(5)

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2010.Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Metro.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Oktavia, Windi. 2012

www.wordpress.com/master_of_mathematic/model_pembelajaran_AIR. [Online]. Diakses tanggal 28 Januari 2014 Pukul 17.15

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva PRESS. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2012.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Ar-ruzz media: Jogjakarta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Rineka Cipta.Jakarta.

Suprijono, Agus. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Pustaka Belajar. Surabaya Sudrajat, Ahmad. 2013.

www.wordpress.com/pendekatan_saintipik/ilmiah_dalam_proses_pembelaj aran.[Online]. Diakses tanggal 09 Januari 2014 Pukul 19.21

Tim Penyusun. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.

. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta


(6)

. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta

. 2013. Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

. 2013. Permendikbud No 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 67

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 02 TULUNG BALAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

13 68 66

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

5 36 82

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENNGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 2 TULUNG BALAK

0 8 68

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 02 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 83

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 18 71