PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB

SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Fatih Istiqomah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur pada pembelajaran tematik melalui penerapan model guided discovery learning.

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data motivasi dan untuk data hasil belajar menggunakan tes. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kualitatif , sedangkan data hasil belajar digunakan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur Tahun Pelalajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata motivasi siswa pada siklus I sebesar 61,58 kemudian meningkat sebesar 15,66 menjadi 77,24 pada siklus II. Sedangkan persentase motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 52,63% berada pada kategori “Kurang Sekali” kemudian meningkat sebesar 31,58% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 62,46 kemudian meningkat sebesar 13,77 menjadi 76,23 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 63,16% berada pada kategori “Cukup” kemudian meningkat sebesar 21,05% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Dengan demikian proses pembelajaran menggunakan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

FATIH ISTIQOMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

x Penulis dilahirkan di Metro, Provinsi Lampung pada tanggal 20 Oktober 1992, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Sutiarti. Pendidikan penulis dimulai dari TK Dharma Wanita, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1996 dan selesai pada tahun

1998. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 02 Notoharjo, Kabupaten Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTO

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk

tenang dan sabar”


(8)

x Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:

Ayahanda Supardi dan Ibunda Sutiarti Tercinta

Yang telah mendidik dengan penuh perjuangan, dan memberikan doa serta banyak motivasi dalam menyelesaikan studi, serta mengajarkan arti kehidupan.

Kakanda Tercinta Yudo Setiadi, Darna Setiadi dan Setyarini Wulandari Yang selalu memberikan senyum semangat untuk terus berjuang menggapai

cita-cita,terima kasih.

Keponakan Tercinta Taqi Elang Alfatih, Yasmin Taqiyya Anindita dan Fathan Pramatya

Yang selalu membuat tawa karena tingkah-tingkah lucu kalian.

Sahabat tercinta Renny Ambar Astika, Deasy Vivta Rini, Annisa Yulistia dan self;

Yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada saya


(9)

x SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Mungkin dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

2. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas

Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD;


(10)

x bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;

5. Ibu Dr. Sowiyah, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak

sekali masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar;

6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Lapiyo Tri Sumarno, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 02 Tulung Balak,

Lampung Timur yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 02 Tulung Balak;

9. Ibu Nely Lulita, S. Pd. SD, selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV B SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur, yang bersedia bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian;

10. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama berusaha dari awal sampai akhir;

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Metro, 20 Mei 2014 Penulis,

Fatih Istiqomah NPM 1013053054


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PESETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 3

C.Rumusan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.Model Guided Discovery Learning ... 6

1. Model Pembelajaran ... 6

2. Model Guided Discovery Learning ... 7

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning. 8

4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning. ... 9

B.Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

C.Kinerja Guru ... 12

a. Kompetensi Pedagogik ... 13

b. Kompetensi Kepribadian ... 13

c. Kompetensi Sosial ... 14

d. Kompetensi Profesional... 14

D.Motivasi Belajar ... 15


(12)

xii

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 21

H.Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik ... 22

I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik ... 23

J. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A.Jenis Penelitian ... 26

B.Setting Penelitian... 27

1. Lokasi Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 28

C.Subjek Penelitian ... 28

D.Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Teknik Nontes ... 28

2. Teknik Tes ... 29

3. Dokumentasi ... 29

E. Alat Pengumpulan Data ... 29

1. Lembar observasi... 29

a. Indikator Motivasi Siswa ... 29

b. Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya ... 30

c. Indikator Kinerja Guru ... 30

d. Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Leaning ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

1. Analisis Kualitatif ... 33

2. Analisis Kuantitatif ... 37

G.Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 39

1. Siklus I Pertemuan 1 ... 39

2. Siklus I Pertemuan 2 ... 45

3. Siklus II Pertemuan 1 ... 50

4. Siklus II Pertemuan 2 ... 55

H.Indikator Keberhasilan ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A.Profil SD Negeri 02 Tulung Balak ... 62

B.Prosedur Penelitian ... 62

1. Deskripsi Awal ... 62

2. Refleksi Awal ... 63

3. Pelaksanaan Kegiatan ... 63

C.Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 63

2. Siklus II ... 81

D.Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 98

1. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa ... 98

2. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 99


(13)

xiii

E. Pembahasan ... 104

1. Motivasi Belajar Siswa ... 104

2. Kinerja Guru ... 105

3. Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 105

4. Hasil Belajar Siswa... 106

a) Pengetahuan ... 106

b) Keterampilan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A.Kesimpulan ... 108

B.Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Indikator Kinerja Guru ... 30

1.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 32

1.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai. .. 34

1.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 34

1.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 35

1.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 36

1.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru ... 36

1.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning... 37

1.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa ... 37

1.10 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa dalam Satuan Persen ... 38

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 63

4.2 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 71

4.3 Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 74

4.4 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I .. 75

4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus I ... 76

4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan pada Siklus I ... 78

4.7 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 90

4.8 Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 92

4.9 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus II . 93

4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus II ... 94

4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Siswa Siklus II ... 95

4.12 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan II ... 98

4.13 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 99

4.14 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I dan II ... 100

4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I dan II ... 101


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 27

4.1Grafik Nilai Klasikal Motivasi Belajar Siswa ... 98

4.2Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 99

4.3Grafik Peningkatan Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 100

4.4Grafik Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Secara Klasikal ... 102


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan wahana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non formal. Dalam prosesnya pendidikan tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan, melainkan juga keteladanan sikap. Hal ini telah ditegaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 3, pemerintah mengusahakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan terus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum


(17)

menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 secara bertahap. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Seorang guru harus menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, efisien, dan inovatif. Guru hendaknya dapat mengadakan perubahan, dari kelas yang tidak menyenangkan menjadi kelas yang menyenangkan, yang diharapkan dari pembelajaran yang menyenangkan tersebut, siswa bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika siswa bersemangat untuk belajar, maka diharapkan motivasi dan hasil belajar mereka meningkat.

SD Negeri 02 Tulung Balak merupakan salah satu dari enam SD di kabupaten Lampung Timur yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 sejak semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan survei dan wawancara dengan guru kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak pada tanggal 10 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa guru belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran. Pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah juga. Hal ini sejalan dengan pemikiran Hamalik (2008: 58) belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Peneliti memilih melakukan perbaikan pembelajaran di kelas IVB karena hasil belajar di kelas IVB lebih rendah dibandingkan kelas IVA. Hal ini dibuktikan dengan hasil ujian semester ganjil terdapat 11 siswa dari jumlah seluruhnya 19 siswa


(18)

atau sebesar 58 % siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 66 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60. Sehubungan dengan masalah tersebut, guru hendaknya mempunyai inovasi untuk mengubah cara mengajar dalam pembelajaran tematik dengan lebih maksimal lagi dalam menggunakan model pembelajaran.

Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Model-model pembelajaran tersebut antara lain: project based learning, problem based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan), ada dua jenis pembelajaran penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Dalam penelitian ini, peneliti memilihmenggunakan model guided discovery learning karena model ini sangat diperlukan oleh siswa, dengan belajar melalui penemuan terbimbing, siswa akan dibimbing oleh guru untuk menemukan konsep dari materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak

Kabupaten Lampung Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:


(19)

2. Pola pembelajaran yang ada bersifat teacher centered

3. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak.

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dibuktikan dengan adanya 58% siswa belum mencapai KKM pada ujian semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat

meningkatkan motivasi pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur ?

2. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten LampungTimur ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan model guided

discovery learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model guided discovery learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur.


(20)

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Siswa, dapat meningkatkan pemahaman tentang materi pembelajaran

tematik sehingga berbagai keterampilan, motivasi, dan hasil belajar siswa dapat meningkat melalui model guided discovery learning.

2. Guru Sekolah Dasar, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penerapan model guided discovery learning dalam pembelajaran

tematik sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau

mengembangkan kemampuan professional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Kepala Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

peningkatan hasil pembelajaran tematik.

4. Keilmuan ke SD-an, dapat memberi sumbangan yang berguna bagi

perkembangan ilmu pendidikan khususnya bidang ke SD-an dengan model-model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar di kelas.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Guided Discovery Learning 1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Wahab (2007: 52) model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Sejalan dengan pemikiran di atas, Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Selanjutnya Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan pada

pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata. Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang telah disusun secara sistematis yang


(22)

digunakan untuk dijadikan pedoman dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model Guided Discovery Learning

Pengertian model Guided Discovery Learning (temuan terbimbing) adalah satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut (Eggen, 2012: 177). Bruner (dalam Widodo, 2010: 37) mengungkapkan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu:

Model pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan model pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Model pembelajaran murni merupakan model pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan model pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) lebih banyak diterapkan dibandingkan pembelajaran penemuan murni, karena dalam pembelajaran penemuan terbimbing guru akan memberikan petunjuk kepada siswa sehingga siswa akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Eggen (2012: 201) selain mendorong pemahaman materi secara mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model temuan terbimbing bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Karena tingkat keterlibatan tinggi, jaminan keberhasilan, dan perasaan misteri


(23)

merupakan ciri-ciri dari pelajaran saat model temuan terbimbing digunakan, semua itu berkontribusi pada motivasi pembelajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model guided discovery learning merupakan model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa berfikir sendiri sehingga dapat menemukan sebuah konsep, teori, pemecahan masalah, berdasarkan bimbingan atau arahan dari guru.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning

Di dalam setiap model pembelajaran pasti ada keuntungan dan kekurangannya, begitu juga dengan model pembelajaran guided discovery. Menurut Marzano (dalam Markaban, 2008: 18) Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut:

(a) siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (b) menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry

(mencari-temukan), (c) mendukung kemampuan problem solving

siswa, (d) memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (e) materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Sedangkan menurut Siadari (dalam Nupita, 2013: 4) keuntungan dari model guided discovery learning, yaitu:

(a)pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, (b) meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, (c) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja, (d) terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.

Penemuan terbimbing membuat siswa dapat lebih mengenal sains dan teknologi, karena siswa benar-benar mendapatkan kesempatan untuk


(24)

berperan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuan intelektualnya melalui bimbingan dari guru.

Sementara menurut Markaban (2008: 18-19) kekurangan dari model guided discovery learning adalah sebagai berikut:

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kelebihan model guided discovery learning adalah siswa dapat menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa dapat memiliki kemampuan untuk membuat konsep tentang materi yang telah diajarkan, sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan penilaian terhadap individu siswa.

4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning

Di dalam proses pembelajaran diperlukan suatu langkah-langkah pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan model pembelajaran tersebut. Menurut Eggen (2012: 189) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan pembelajaran temuan terbimbing, yaitu:

Fase 1: Pendahuluan

Fase 1 diniatkan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. Fase ini bisa mulai dengan berbagai cara dan dapat terdiri dari pernyataan-pernyataan sederhana.

Fase 2: fase berujung-terbuka (open-ended phase)

Fase berujung-terbuka bertujuan mendorong keterlibatan siswa dan memastikan keberhasilan awal mereka, pada fase ini dapat dimulai dengan berbagai cara, yaitu :


(25)

a. Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh-contoh itu.

b. Melaksanakan kelas pelajaran dalam situasi kelas-utuh, memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamati dan menggambarkannya.

c. Memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswa untuk

membandingkan keduanya.

d. Memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswa

menggambarkannya. Fase 3: Konvergen

Pada fase ini, guru membimbing para siswa agar respon mereka seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik. Inilah fase dimana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4: Penutup dan Penerapan

Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyatakan

karakteristik-karakteristik dari konsep atau secara verbal

menggambarkan hubungan yang ada di dalam generalisasi. Fase 4

juga memberikan kesempatan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan mereka mengenali informasi yang tidak relevan, kemampuan yang merupakan keterampilan berpikir penting. Fase penerapan umumnya mencakup tugas di tempat duduk atau di rumah. Akan tetapi, terlepas dari pengembangan cermat konsep atau generalisasi, penerapan kerap menuntut bantuan tambahan dari guru. Memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri.

Sedangkan menurut Markaban (2008: 17) langkah–langkah dalam penemuan terbimbing yaitu:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang

dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.


(26)

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru

menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Langkah-langkah dalam pembelajaran model guided discovery

learning dapat dimodifikasi untuk menunjang pembelajaran yang lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi dalam langkah-langkah pembelajaran model guided discovery learning.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah model guided discovery learning adalah : (1) pendahuluan, guru berusaha untuk menarik perhatian siswa agar fokus pada pembelajaran, (2) guru menyajikan contoh suatu konsep materi pembelajaran (3) guru menarik perhatian siswa agar aktif bertanya (4) guru membuat pertanyaan yang lebih spesifik untuk membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep, dan (5) guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan menerapkan konsep yang telah di dapat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Menurut Hamalik (2008: 27) bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan menurut Syah (2003: 63) belajar adalah kegiatan yang


(27)

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Dengan belajar, dapat menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Komalasari (2010: 2) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam pengetahuan, afektif (sikap), dan keterampilan.

Domain pengetahuan adalah domain pembelajaran yang berfokus pada pengetahuan dan keahlian intelektual, domain afektif terkait dengan sikap, motivasi, kesediaan berpartisipasi, menghargai apa yang sedang dipelajari dan pada akhirnya menghayati nilai-nilai itu ke dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan domain keterampilan berfokus pada menjalankan kegiatan motorik hingga satu tingkat akurasi, kelancaran, kecepatan, atau kekuatan tertentu (Eggen, 2012: 8-9).

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang menghasilkan perubahan pemahaman, keterampilan, dan tingkah laku.

C. Kinerja Guru

Guru merupakan salah satu pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, guru diibaratkan sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Peranan dan kinerja guru diharapkan selalu meningkat,


(28)

agarpembelajaran semakin berkualitas. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Seorang guru harus mempunyai sejumlah kompetensi serta menguasai berbagai aspek seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Selanjutnya, masih sama dengan yang termuat dalam PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru pada Pasal 3 ayat 2 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan terhadap atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d) perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) evaluasi hasil belajar, dan (h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: (a) beriman dan bertakwa, (b) berakhlak mulia (c) arif dan bijaksana, (d) demokratis, (e) mantap, (f) berwibawa, (g) stabil, (h) dewasa, (i) jujur,


(29)

(j) sportif, (k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (l) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, (m) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk: (a) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.


(30)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Susanto 2013: 29) kinerja diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Lebih lanjut lagi menurut Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja seseorang berkenaan dengan hasil kerja, prestasi yang ditunjukkan pada saat tertentu. Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru yaitu prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan) Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan seorang guru melaksanakan pembelajaran termasuk bagaimana mempersiapkan perangkat pembelajaran dan cara mengevaluasinya.

D. Motivasi Belajar

Motivasi sangat penting bagi diri siswa. Dengan adanya motivasi dalam diri siswa, siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar. Menurut Sardiman (2011: 73) menjelaskan bahwa:


(31)

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif’, maka terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi yakni: motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan rangsangan karena adanya tujuan.

Sedangkan motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2010: 909) Merupakan kelas kata benda yang berarti: (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, dan (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.

Menurut Ryan (dalam Eggen, 2012: 118) teori motivasi yang menonjol menyimpulkan bahwa kita semua memiliki dorongan untuk merasa kompeten, yang merupakan cara lain untuk mengatakan kita ingin merasa pintar. Terkadang siswa berbohong atau bahkan berpura-pura untuk tidak peduli apakah mereka pintar atau tidak, padahal sebenarnya pintar itu penting bagi mereka. Menurut Eggen (2012: 118) mengajar berpikir adalah salah satu cara paling efektif untuk membantu siswa merasa pintar dan alhasil meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Semakin banyak penekanan yang diberikan pada proses berpikir di dalam pembelajaran, semakin besar juga motivasi yang ada pada siswa. Sedangkan menurut Fathurrohman (2010: 31) motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang


(32)

lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Motivasi dapat mengarahkan siswa ke arah satu tujuan. Siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar memberikan kepuasan sendiri bagi guru. Menurut Sardiman (2011: 85) fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

(a) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (c) menyeleksi perbuatan, yakni arah menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

Dari beberapa pengertian tentang motivasi belajar yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu dapat mencapai tujuan pembelajaran.

E. Alat Ukur Motivasi

Dalam proses pembelajaran, motivasi sangat penting bagi siswa, jika siswa tidak mempunyai motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar. Menurut Hanafiah (2010: 29), ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut:

(a)tes tindakan (performance test), yaitu alat untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, targeting, kesadaran, durasi, dan frekuensi kegiatan, (b) kuesioner (questionaire) untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas, (c) mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya, (d) tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya, (e) skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.


(33)

Menurut Notoatmodjo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi, yaitu: (a) tes proyektif, (b) kuesioner, dan (c) observasi perilaku. Sedangkan menurut Kemendikbud (2013: 9) observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator yang diamati. Selanjutnya menurut Sudjana (2010: 84) melalui pengamatan/observasi dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Observasi memudahkan guru untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran. Menurut Arifin (2011: 153) tujuan utama observasi adalah:

(1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik) interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kecakapan sosial. Sebagaimana instrumen lain, observasi memiliki kelebihan dan kelamahan, yaitu:

a. Kelebihan observasi:

1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.

3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi.

4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.

b. Kelemahan observasi:

1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.

2) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.


(34)

Sudjana (2010: 61) mengemukakan bahwa kriteria dalam menilai motivasi belajar siswa yaitu: (a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, (b) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, (c) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (d) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, (e) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Penulis menyimpulkan bahwa motivasi dapat diukur melalui lembar observasi dengan mengamati minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Indikator tersebut dapat dimodifikasi menyesuaikan dengan kondisi siswa.

F. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang sangat penting, karena melalui belajar, diharapkan dapat mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum tercapai. Keller (dalam Nashar, 2004: 77), memandang hasil belajar sebagai keluaran dari berbagai masukan. Berbagai masukan tersebut menurut Keller dapat dibedakan menjadi masukan pribadi (personal inputs) dan masukan dari lingkungan (environment inputs).

Sedangkan menurut Kunandar (2012: 276) hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses


(35)

pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Poerwanti (2009: 7.4) keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman setelah dilakukannya proses belajar.

G. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014. Dalam pembelajaran tematik tidak ada lagi mata pelajaran, melainkan menggunakan istilah tema. Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran tematik adalah:

Suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 79) pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sedangkan menurut Subroto (dalam Trianto, 2010: 82) pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman


(36)

kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model guided discovery learning pada pembelajaran tematik tema “Cita-citaku”. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema, dalam tema tersebut berisi materi-materi yang saling berkaitan antar pelajaran, jadi di dalam pembelajaran tematik sudah tidak ada penggalan dalam bentuk mata pelajaran.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pada pembelajaran tematik terdapat model-model pembelajaran yang membuat suatu aktivitas pembelajaran itu relevan, baik aktivitas formal maupun yang informal. Menurut Sukaryati (dalam prastowo, 2013: 149-150)

Karakteristik dari pembelajaran tematik adalah: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman, (4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan (5) sarat dengan muatan keterkaitan. Karakteristik tersebut untuk menekankan seperti apa sebenarnya pembelajaran tematik tersebut.

Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran yang lainnya. Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas tersendiri. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 91)

Pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, (2)


(37)

kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik dari pembelajaran tematik antara lain yaitu pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, minat siswa, dan dalam pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada hasil.

H. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Dalam pembelajaran scientific, seorang siswa harus aktif dalam melakukan keterampilan ilmiah, bukan lagi guru yang melakukan. Menurut Kemendikbud (2013: 9-11) pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut:

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Guru perlu membimbing pesrta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Mengumpulkan informasi/ eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.


(38)

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai

kesimpulan dari pola yang ditemukan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa

yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Anak perlu dibiasakan untuk mengemukakan dan mengkomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya kepada orang lain (teman atau guru bahkan orang luar).

Sedangkan menurut Sudrajat (dalam www.wordpress.com, 2013) upaya penerapan pendekatan scientific bukan hal yang aneh tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan yang menggiring siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pendekatan ini juga siswa dapat lebih mandiri.

I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014, mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilain Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara


(39)

objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan disusun untuk menjadi acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam kurikulum 2013, salah satu yang ditekankan dalam kurikulum ini adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 35-36), Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Menurut Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian autentik merupakan:

penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Dalam penilaian autentik, bukan hanya kompetensi afektif (sikap), pengetahuan (pengetahuan), keterampilan (keterampilan) yang diperhatikan, tetapi masalah input, proses, dan output siswa juga harus diperhatikan.

Penilaian input adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, penilaian ini biasanya menggunakan pre tes. Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini biasanya menggunakan soal latihan, Pekerjaan Rumah (PR), diskusi kelompok. Penilaian output adalah penilaian yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar dari siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum. Penilaian output ini dapat dilakukan melalui ulangan harian, ujian tengah semester, dan juga ujian semester. Menurut Kunandar (2013: 38-39) ciri-ciri penilaian autentik adalah:


(40)

1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil.

2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung.

3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus

mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian

peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).

Menurut Kunandar (2013: 39-40) karakteristik penilaian autentik adalah, (1) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur

keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (3)

Berkesinambungan dan terintegrasi, dan (4) dapat digunakan sebagai feed back.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang ditujukan untuk menilai apa yang seharusnya dinilai dari siswa, baik itu proses ataupun hasil.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan yaitu “Jika dalam pembelajaran menerapkan model guided discovery learning dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014.”


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Penelitian Siklus ini berlangsung dua kali. Menurut Arikunto (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Pada tahap awal peneliti bekerjasama dengan guru kelas IVB untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah penyusunan tersebut selesai, selanjutnya adalah menerapkan model guided discovery learning dalam pembelajaran. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun tahap-tahap dari siklus PTK ini adalah sebagai berikut:


(42)

Permasalaha n

Gambar. 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tulung Balak. Terletak di Desa Tulung Balak, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur.

Permasalahan baru hasil

refleksi

Perencanaan tindakan I

Refleksi I

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II pengumpulan data Pengamatan dan II

Pelaksanaan tindakan II Pengamatan dan pengumpulan data

I Pelaksanaan

tindakan I

Siklus I


(43)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2014.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah 19 orang siswa yang terdiri 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui teknik nontes, tes, dan dokumentasi.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, mengenai motivasi belajar siswa, hasil belajar keterampilan, penerapan model guided discovery learning dan kinerja guru. Dalam penelitian ini, guru kelas IVB tetap bertindak sebagai guru, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer, mengamati motivasi siswa menggunakan lembar observasi dengan indikator yang diperhatikan yaitu minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang ditunjukkan terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Observer juga mengamati kinerja guru menggunakan lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) dengan


(44)

indikator yang diperhatikan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang dimiliki oleh guru.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Tes ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model guided discovery learning yang diadakan setiap akhir pembelajaran di setiap siklus yang direncanakan 3 kali kegiatan pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil evaluasi belajar dan keterangan dari guru mengenai kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah observasi, dan tes. 1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan

guru kelas yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kinerja guru, motivasi, dan hasil belajar. Setiap indikator yang diamati dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut. a) Indikator Motivasi Siswa

1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya


(45)

4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

(Sumber: Sudjana, 2010 : 61)

b) Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya 1) Mengangkat tangan saat bertanya

2) Bertanya kepada guru untuk memperoleh informasi

3) Menggunakan bahasa yang soan dan formal saat bertanya

4) Pertanyaan terfokus pada masalah

5) Pertanyaan jelas, singkat dan mudah dimengerti (Sumber: Kemendikbud, 2014: 61)

c) Indikator Kinerja Guru

Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

2 Mengajukan pertanyaan menantang.

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai.

6 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.

7 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.

8 Menguasai kelas.


(46)

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

10 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif (nurturant effect).

11 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

yang direncanakan.

12 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

13 Memancing peserta didik untuk bertanya.

14 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 15 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 16 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

17 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses

berpikir yang logis dan sistematis).

18 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

19 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

pembelajaran.

20 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran.

21 Menghasilkan pesan yang menarik.

22 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

23 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

24 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

25 Merespon positif partisipasi peserta didik.

26 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

27 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

28 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam

belajar.

29 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan peserta didik

30 Memberihan tes lisan atau tulisan .


(47)

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

32 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. Kompetensi Kepribadian

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kompetensi Sosial

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi. Kemampuan Profesional

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran.

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

5 Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

6 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata

pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

7 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen

karakteristik terpadu.

8 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan

menyenangkan.

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 310-312)

d) Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning Tabel 3.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning

No Aspek yang diamati

1. Guru berusaha untuk menarik perhatian siswa agar fokus

pada


(48)

2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik melalui model guided discovery learning di kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak di semester genap.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

a.Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu motivasi siswa, keterampilan siswa, penerapan model guided discovery learning, dan kineja guru selama

pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan

pengamatan terhadap motivasi siswa, keterampilan siswa, penerapan model guided discovery learning, dan kineja guru dengan menggunakan lembar observasi.

1) Nilai motivasi setiap siswa diperoleh dengan rumus:

100 x SM

R

N

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

No Aspek yang diamati

2. Guru menyajikan beberapa contoh dan bukan contoh dari

suatu konsep materi pembelajaran

3. Guru menarik perhatian siswa agar aktif bertanya

4. Guru membuat pertanyaan yang spesifik untuk

membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep

5. Guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan


(49)

R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2012: 102)

Tabel 3.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai.

No Konversi

Nilai Akhir (skala 0-100)

Konversi Nilai Akhir

(skala 0-4

Predikat Kategori

1 86-100 3,68 - 4,00 A Sangat Baik

2 81-85 3,34 - 3,67 A-

3 76-80 3,01 - 3,33 B+ Baik

4 71-75 2,68 - 3,00 B

5 66-70 2,34 - 2,67 B-

6 61-65 2,01 - 2,33 C+ Cukup

7 56-60 1,68 - 2,00 C

8 51-55 1,34 - 1,67 C-

9 46-50 1,01 -1,33 D+ Kurang

10 0-45 0 - 1,00 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

2) Nilai persentase motivasi siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P =

x 100

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen

No Siswa yang termotivasi (%) Arti

1 86 – 100 Sangat baik

2 76 – 85 Baik

3 60 – 75 Cukup

4 55 – 59 Kurang

5 ≤ 54 Kurang Sekali


(50)

3) Nilai Keterampilan Siswa diperoleh dengan rumus:

100 x SM

R

N

Keterangan: N = Nilai

R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto (2012: 102)

Tabel 3.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai

No Konversi

Nilai Akhir (skala 0-100)

Konversi Nilai Akhir

(skala 0-4

Predikat Kategori

1 86-100 3,68 - 4,00 A Sangat Baik

2 81-85 3,34 - 3,67 A-

3 76-80 3,01 - 3,33 B+ Baik

4 71-75 2,68 - 3,00 B

5 66-70 2,34 - 2,67 B-

6 61-65 2,01 - 2,33 C+ Cukup

7 56-60 1,68 - 2,00 C

8 51-55 1,34 - 1,67 C-

9 46-50 1,01 -1,33 D+ Kurang

10 0-45 0 - 1,00 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

4) Nilai Keterampilan siswa secara Klasikal

(Sumber: Aqib, 2009: 41)


(51)

Tabel 3.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen

No Siswa yang memiliki Keterampilan (%) Arti

1 86 – 100 Sangat baik

2 76 – 85 Baik

3 60 – 75 Cukup

4 55 – 59 Kurang

5 ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

5) Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru.

No Konversi

Nilai Akhir (skala 0-100)

Konversi Nilai Akhir

(skala 0-4

Predikat Kategori

1 86-100 3,68 - 4,00 A Sangat Baik

2 81-85 3,34 - 3,67 A-

3 76-80 3,01 - 3,33 B+ Baik

4 71-75 2,68 - 3,00 B

5 66-70 2,34 - 2,67 B-

6 61-65 2,01 - 2,33 C+ Cukup

7 56-60 1,68 - 2,00 C

8 51-55 1,34 - 1,67 C-

9 46-50 1,01 -1,33 D+ Kurang

10 0-45 0 - 1,00 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

6) Nilai Penerapan Model Guided Discovery Learning diperoleh melalui rumus:

(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)

Tabel 3.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning


(52)

No Konversi Nilai Akhir (skala 0-100) Konversi Nilai Akhir (skala 0-4

Predikat Kategori

1 86-100 3,68 - 4,00 A Sangat Baik

2 81-85 3,34 - 3,67 A-

3 76-80 3,01 - 3,33 B+ Baik

4 71-75 2,68 - 3,00 B

5 66-70 2,34 - 2,67 B-

6 61-65 2,01 - 2,33 C+ Cukup

7 56-60 1,68 - 2,00 C

8 51-55 1,34 - 1,67 C-

9 46-50 1,01 -1,33 D+ Kurang

10 0-45 0 - 1,00 D

Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

b.Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru melalui model guided discovery learning.

1) Menghitung hasil belajar pengetahuan siswa secara individual

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2012: 112)

Tabel 3.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa

No Konversi

Nilai Akhir (skala 0-100)

Konversi Nilai Akhir

(skala 0-4

Predikat Kategori

1 86-100 3,68 - 4,00 A Sangat Baik


(53)

No Konversi

Nilai Akhir (skala 0-100)

Konversi Nilai Akhir

(skala 0-4

Predikat Kategori

3 76-80 3,01 - 3,33 B+ Baik

4 71-75 2,68 - 3,00 B

5 66-70 2,34 - 2,67 B-

6 61-65 2,01 - 2,33 C+ Cukup

7 56-60 1,68 - 2,00 C

8 51-55 1,34 - 1,67 C-

9 46-50 1,01 -1,33 D+ Kurang

10 0-45 0 - 1,00 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131) 2) Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa

Keterangan:

: Nilai rata-rata yang dicari

∑ : jumlah nilai siswa

n : banyaknya siswa

(Sumber: dari Muncarno, 2010: 15)

3) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.10 Kategori Hasil Belajar Siswa dalam Satuan Persen

No Rentang Nilai Kategori

1. 86 – 100 Sangat Baik

2. 76 – 85 Baik

3. 60 – 75 Cukup

4. 55 – 59 Kurang

5. ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)


(54)

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I, dan siklus II.

1. Siklus I Pertemuan 1

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Siklus pertama peneliti merencanakan mengambil tema 7 Cita-citaku dan subtema 2 Hebatnya Cita-Cita-citaku pembelajaran ke 4.

2) Membuat perangkat pembelajaran dengan memadukan 3 mata

pelajaran, yaitu (1) Matematika dengan materi pokok tentang jaring-jaring bangun ruang, (2) SBdP dengan materi pokok tentang media karya kreatif, (3) IPS dengan materi pokok tentang interaksi sosial, yang akan disampaikan selama 1 kali pertemuan atau 6 x 35 menit.

3) Menganalisis kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi serta tujuan pembelajaran yang ada di buku guru.

4) Bersama dengan guru, peneliti menyusun RPP, LKS, media

pembelajaran, dan lembar panduan observasi (motivasi,

keterampilan, IPKG, dan penerapan model guided discovery

learning). Dalam hal ini, peneliti dan guru saling berkolaborasi memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.


(55)

6) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk mengamati motivasi, kinerja guru, penerapan model guided discovery learning dan hasil belajar keterampilan siswa.

7) Menyusun alat evaluasi hasil belajar pengetahuan dan pedoman penskoran.

8) Mempersiapkan kamera untuk dokumentasi saat pembelajaran

berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Guru mengajak berdo’a sebelum mengawali pembelajaran agar dalam proses belajar mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

c) Guru mengabsen siswa.

d) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

e) Guru mengajak siswa untuk melakukan yel-yel agar siswa termotivasi untuk belajar.

f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan

tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, serta menuliskan tanggal, bulan, tahun di sudut kiri atas papan tulis dan judul materi di papan tulis.


(56)

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 kelompok secara heterogen

b) Guru menunjukkan gambar tentang para perajin

c) Penerapan model guided discovery learning:

Pertama, guru menunjukkan gambar dan deskripsi tentang kehebatan seorang perajin.

Kedua, guru menugaskan setiap kelompok untuk membaca teks dan mengamati gambar tentang perajin. Siswa membaca teks bacaan mengenai kehebatan seorang perajin. Ajarkan siswa untuk memahami bacaan secara rinci dan cermat dengan cara memahami setiap kalimat yang dibacanya.

Ketiga, guru membimbing siswa untuk dapat menanyakan kosakata yang sulit kepada guru atau melihatnya di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Guru memberikan stimulan-stimulan pertanyaan, contoh: apa saja yang kamu dapat lihat dari gambar, bahan apa yang digunakan oleh perajin, apa manfaat barang yang dibuat perajin tersebut bagi masyarakat, apa yang terjadi jika tidak ada perajin.

Keempat, guru memberikan 4–5 gambar profesi seorang perajin kepada setiap kelompok.

Kelima, guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk mengamati dan menuliskan tentang isi gambar tersebut. g) Guru menyampaikan apersepsi tentang “Hebatnya Cita-citaku”


(57)

Keenam, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Ketujuh, guru mengklarifikasi dan mengapresiasi setiap jawaban.

d) Pada pertemuan sebelumnya, guru menugaskan siswa untuk membawa bungkus kotak/kardus bekas makanan dari rumahnya. Bisa berupa kotak susu, kotak pasta gigi, dan sebagainya. Semakin banyak model kardus yang dibawa semakin baik.

e) Guru menunjukkan potongan-potongan bangun datar.

f) Guru mendorong siswa agar mengetahui tentang potongan-potongan bangun datar (jaring-jaring bangun ruang)

g) Guru menugaskan siswa untuk memperhatikan kotak/kardus yang mereka bawa dan membandingkannya dengan sebuah bangun datar yang sudah disiapkan oleh guru.

h) Guru menugaskan siswa untuk mengamati kotak yang mereka

bawa dan memperhatikan bangun datar yang membentuknya.

i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum

paham untuk bertanya.

j) Guru menugaskan siswa untuk menggambarkan prediksi

jaring-jaring bangun datar yang membentuk kardus yang mereka bawa dalam tabel yang ada di buku siswa. Setelah itu, siswa membuka kotak kemasan yang mereka bawa dan memperhatikan jaring-jaring atau bangun-bangun datar yang


(58)

membentuknya. (*guru juga mempersiapkan kemasannya sendiri dari rumah). Catatan: guru harus memperhatikan bahwa desain kardus kemasan jaring-jaringnya tidak sama dengan jaring-jaring sederhana sehingga harus disederhanakan dulu. Contoh: bagian yang digunakan untuk menempel bisa dibuang terlebih dahulu.

k) Guru membimbing siswa dalam menggambarkan jaring-jaring

dari kotak kardus yang benar.

l) Guru menugaskan siswa mendemonstrasikan membongkar

pasang bangun tersebut menjadi susunan-susunan baru yang bisa membantuk bangun ruang yang sama. Setiap menemukan pola jaring–jaring yang baru, siswa langsung menggambar di buku siswa.

m) Guru membagi tugas untuk setiap kelompok (kelompok yang sudah dibuat sebelumnya) kelompok pertama mendapatkan bangun ruang kubus, kelompok kedua mendapatkan bangun ruang balok, kelompok ketiga mendapatkan bangun ruang prisma segitiga, kelompok keempat mendapatkan bangun ruang limas segitiga, kelompok kelima mendapatkan bangun ruang limas segiempat

n) Guru membagikan potongan-potongan bangun datar sesuai kelompoknya (Ps untuk pembentuk prisma segitiga, K untuk pembentuk kubus, B untuk pembentuk balok, L3 untuk pembentuk limas segitiga, L4 untuk limas segiempat).


(59)

o) Guru menugaskan kepada setiap untuk membongkar-pasang bangun ruang yang mereka punya sehingga membentuk jaring-jaring baru sesuai dengan jenis bangun ruang yang ditentukan. Untuk menghubungkan antarbangun, gunakan lem.

p) Guru membimbing setiap kelompok agar dapat menyelesaikan

tugasnya, jika susunan yang siswa buat bisa menutup dan membentuk bangun ruang dengan sempurna, jaring-jaring tersebut berhasil. Jika tidak, guru menggiring siswa mencari tahu mana yang letaknya kurang tepat.

q) Guru menugaskan kepada siswa untuk mengidentifikasi

bangun segibanyak pada pola pengubinan jaring-jaring balok, limas, dan prisma. Dalam waktu berkala (misalnya setiap 10 menit), guru memberi tanda dengan tepuk tangan dan minta

siswa bertukar bangun ruang dengan teman-teman

sekelompoknya.

r) Guru mengingatkan siswa agar selalu bersyukur atas apa pun yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

s) Guru menugaskan siswa untuk menugaskan siswa untuk

membuat karya 3 dimensi dengan memanfaatkan jaring-jaring dari bangun ruang yang telah mereka siapkan. Langkah-langkah pembuatan celengan, yaitu: Langkah-langkah 1 siapkan jaring-jaring dari sebuah bangun ruang yang kalian inginkan, langkah 2 lubangi kardus untuk tempat memasukan koin, langkah 3 mengelem bagian dari jaring-jaring bangun ruang


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model guided discovery learning siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I motivasi belajar siswa berada pada kategori “Kurang Sekali”, pada siklus II berada pada kategori “Baik”.

2. Penerapan model guided discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan maupun keterampilan siswa pada pembelajaran tematik. Siklus I hasil belajar pengetahuan berada pada kategori “Cukup” dan pada siklus II berada pada kategori “Baik”. Sedangkan hasil belajar keterampilan siswa pada siklus I berada pada kategori “Cukup” dan pada siklus II berada pada kategori “Baik”.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif untuk berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperhensif baik pengetahuan, afektif, dan keterampilan.


(2)

2. Guru

Diharapkan guru lebih berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga menghasilkan minat siswa untuk belajar.

3. Kepala Sekolah

Diharapkan dapat menyediakan fasilitas penunjang yang mampu mendukung usaha pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

4. Keilmuan ke SD-an,

Diharapkan akan ditemukan ilmu-ilmu baru yang dapat memperbaiki pendidikan, khususnya di bidang ke SD-an.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2011. Pengembangan Kemandirian dalam Belajar. Jakarta: Media Pusindo..

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 201. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Eggen, Paul, dkk. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.

Faturrohman, Pupuh & Robry. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang, dkk. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hernawan Herry, Asep. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kemendikbud. 2013. Penilaian Teknis Penilaian Kelas. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.


(4)

2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

2013. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 ayat 8. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 1 Ayat 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2013. Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindaka Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontektual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: Pusat pengembangan dan pemberdaaan pendidik dan tenaga kependidikan matematika.

Muncarno. 2010. Bahan Ajar statistik Pendidikan. Metro: Bahan Ajar.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nupita, Evi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(5)

Poerwanti, Endang, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Nasional. JakartaSardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Diva Press.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rustaman, Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sapriati, Amalia. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardiman, 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2013. Pendekatan Saintifik/ Ilmiah dalam Proses Pembelajaran.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendeka tan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 4 Februari 2014 pukul 16.00 WIB.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 3 Tentang pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.

Undang – Undang Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.


(6)

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Widodo, Ari, dkk. 2010. Pendidikan Ipa di Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 02 TULUNG BALAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

13 68 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENNGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 2 TULUNG BALAK

0 8 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR TP. 2013/2014

1 16 238

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 88

JUDUL INDONESIA: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 87

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 18 71

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 5 79

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IVB SD NEGERI 10 METRO TIMUR

17 168 90

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI MANGKUBUMEN KIDUL NO 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 28