dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari. Selama pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas. Selama waktu dan
pada akhir periode pemberian sediaan uji, hewan yang mati dan masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap
organ dan jaringan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi OECD, 2008.
2.3.1.3 Toksisitas kronik
Uji toksisitas kronis dilakukan dengan memberikan senyawa uji berulang- ulang selama masa hidup hewan uji atau sebagian besar masa hidupnya Priyanto,
2009. Prinsip toksisitas kronik oral pada umumnya sama dengan uji toksisitas subkronik, hanya sediaan uji yang diberikan lebih lama tidak kurang dari 12
bulan. Pengamatan juga dilakukan secara lengkap seperti gejala toksik, monitoring berat badan dan konsumsi makanan, pemeriksaan hematologi,
biokimia klinis, makropatologi, penimbangan organ dan histopatologi OECD, 2008.
2.3.2 Toksisitas khusus
2.3.2.1 Uji teratogenik
Uji teratogenik adalah suatu pengujian untuk memperoleh informasi adanya abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian suatu zat dalam masa
perkembangan embrio Priyanto, 2009. Prinsip pengujian ini senyawa uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan
kepada beberapa kelompok hewan hamil selama paling sedikit masa organogenesis dari kehamilan, satu dosis untuk satu kelompok. Sesaat sebelum
waktu melahirkan, uterus diambil dan dilakukan evaluasi terhadap fetus OECD, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.2 Uji mutagenik
Uji mutagenik adalah uji yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kemungkinan terjadinya efek mutagenik suatu senyawa. Efek
mutagenik merupakan efek yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat genetika sel tubuh makhluk hidup Loomis, 1978.
2.3.2.3 Uji karsinogenik
Uji karsinogenik adalah uji yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai efek korsinogenik suatu senyawa pada hewan percobaan Lu, 1995 dan
untuk mengetahui apakah zat jika dipakai dalam jangka panjang akan dapat menimbulkan kanker . Uji ini dilakukan jika nantinya obat akan digunakan dalam
jangka panjang selama 2 tahun Priyanto, 2009.
2.4 Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik adalah hati. Bahan kimia kebanyakan mengalami metabolisme dalam hati oleh karenanya
berpotensi merusak sel-sel hati. Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hepatotoksik Wisaksono, 2002.
2.4.1 Anatomi hati
Hati merupakan organ tubuh terbesar kedua di dalam tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut sebelah kanan di
bawah diafragma Junqueira and Carneiro, 2007. Hati terbagi dalam dua belahan utama kanan dan kiri yang dipisahkan oleh fisura longitudinal Irianto, 2004.
Warnanya dalam keadaan segar merah kecoklatan, warna tersebut terutama disebabkan oleh adanya darah yang amat banyak Lee, et al., 1997.
Gambar anatomi hati dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut Tenggara, 2012.
Universitas Sumatera Utara