Pembuatan sediaan uji ekstrak etanol bunga pepaya jantan Uji pendahuluan Pengujian toksisitas subkronik Analisis statistik

diperas. Ampas dicuci kembali dengan 3 liter etanol 80, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya disaring Depkes RI, 1979. Maserat etanol yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator ± 40 o C sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dipekatkan dengan freeze dryer ± -40 o C.

3.5 Pengujian Efek Toksisitas

Pengujian efek toksisitas meliputi pembuatan sediaan uji EEBPJ, uji pendahuluan, pengujian toksisitas subkronik meliputi gejala toksik, perubahan berat badan, kematian hewan, pengukuran kadar ALT, makropatologi dan histopatologi organ hati.

3.5.1 Pembuatan sediaan uji ekstrak etanol bunga pepaya jantan

Sediaan uji dibuat dengan konsentrasi 25, ditimbang ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam lumpang, dan ditambahkan akuades digerus hingga merata. Sediaan uji EEBPJ dimasukkan ke dalam labu ukur, cukupkan dengan akuades hingga dicapai batas volume.

3.5.2 Uji pendahuluan

Sebanyak 10 ekor mencit dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 ekor. Kelompok kontrol diberi akuades 1 bb, kelompok perlakuan diberi EEBPJ dosis 100, 200, 400 dan 800 mgkg bb secara oral selama 28 hari dan dilakukan pengamatan Hasti, dkk., 2012.

3.5.3 Pengujian toksisitas subkronik

Berdasarkan hasil uji pendahuluan maka didapatkan dosis untuk dilakukan pengujian toksisitas subkronik. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok, Universitas Sumatera Utara masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit yaitu: kelompok kontrol 1 dan kelompok perlakuan 2-5. - Kelompok 1: kontrol, diberi akuades 1 bb - Kelompok 2: diberi EEBPJ dosis 1000 mgkg bb - Kelompok 3: diberi EEBPJ dosis 2000 mgkg bb - Kelompok 4: diberi EEBPJ dosis 4000 mgkg bb - Kelompok 5: diberi EEBPJ dosis 8000 mgkg bb

3.5.4 Pengamatan

Penimbangan mencit dilakukan pada hari ke-0 kemudian pada hari ke-1 diberi sediaan uji secara oral setiap hari selama 28 hari dan dilakukan pengamatan OECD, 2008; Krysanti dan Widjanarko, 2014; Murtini, dkk., 2010; Prasetyawati, dkk., 2004.

3.5.4.1 Gejala toksik

Pengamatan dilakukan 3 jam pertama setelah pemberian sediaan uji Prasetyawati, dkk., 2004. Pengamatan untuk gejala toksik diamati adanya kejang, salivasi, diare, lemas, perubahan bulu, gerak-gerik mencit seperti berjalan mundur dan berjalan dengan perut OECD, 2008.

3.5.4.2 Berat badan

Mencit ditimbang setiap hari selama 28 hari untuk menentukan volume sediaan uji yang akan diberikan. Perubahan berat badan dianalisis seminggu sekali. Pada akhir penelitian, hewan yang masih hidup ditimbang dan diotopsi OECD, 2008.

3.5.4.3 Kematian hewan

Kematian mencit diamati dari hari pertama sampai hari terakhir dan mencit yang mati selama waktu pemberian sediaan uji segera diotopsi Hendriani, 2007; Klasseen, 2001; OECD, 2008. Universitas Sumatera Utara

3.5.4.4 Pengukuran kadar ALT

Pada akhir periode pemberian sediaan uji semua mencit yang masih hidup diotopsi. Hewan dianestesi dengan kloroform kemudian darah diambil melalui jantung intra cardiac secara perlahan-lahan menggunakan alat suntik steril sebanyak 1-3 ml. Sebanyak 1 ml darah dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifuge dan didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit, kemudian dipindahkan ke dalam tangas es dan segera disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum dipisahkan dan disimpan dalam lemari beku OECD, 2008; Sagita, dkk., 2012. Kadar ALT selanjutnya diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

3.5.4.5 Makropatologi

Mencit yang mati segera diotopsi dan dilakukan pengamatan OECD, 2008. Pengamatan meliputi warna, permukaan dan konsistensi organ hati secara visual Anggraini, 2008.

3.5.4.6 Histopatologi organ hati

Pada akhir periode pemberian sediaan uji semua mencit yang masih hidup dianestesi dengan kloroform kemudian diotopsi, selanjutnya diambil organ hati dan dicuci dengan larutan fisiologis 0,9 kemudian dimasukkan dalam larutan dapar formaldehida 10 dan hasilnya dilihat di bawah mikroskop OECD, 2008; Hendriani, 2007. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU.

3.5.5 Analisis statistik

Pengamatan berat badan, pengukuran ALT dianalisis dengan menggunakan one-way analysis of variance ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada program Statistic Product and Service Solutions SPSS versi 19. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara Medan, disebutkan sampel yang digunakan adalah tumbuhan bunga pepaya jantan Carica papaya L. suku Caricaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan gambar tumbuhan pada Lampiran 2.

4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Bunga Pepaya Jantan

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80. Hasil maserasi dari 1200 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 97,38 g randemen 8,115.

4.3 Hasil Uji Pendahuluan

Hasil uji pendahuluan selama 28 hari tidak ditemukan adanya gejala toksik dan kematian serta tidak ada perbedaan yang signifikan antara kenaikan berat badan dengan pemberian EEBPJ p 0,05 pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan dosis 100, 200, 400 dan 800 mgkg bb. Hasil uji pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 7. 4.4 Hasil Pengujian Toksisitas Subkronik Berdasarkan hasil uji pendahuluan dari EEBPJ maka didapatkan dosis untuk pengujian toksisitas subkronik yaitu dosis 1000, 2000, 4000 dan 8000 mgkg bb. Pengamatan dilakukan selama 28 hari meliputi gejala toksik, berat badan, kematian hewan, kadar ALT, makropatologi dan histopatologi organ hati. Universitas Sumatera Utara