Perbandingan Efektifitas Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Anak Usia 6-11 Tahun di Sekolah Bodhicitta, Medan

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN

CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP PENURUNAN

INDEKS PLAK PADA ANAK USIA 6-11 TAHUN

DI SEKOLAH BODHICITTA, MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

TAN XIAO CHUAN NIM : 060600155

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Januari 2010

Pembimbing Tanda tangan

1. T.HERMINA M, drg ... NIP : 130 892 565


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 14 Januari 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Essie Octiara, drg., SP.KGA

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA 2. T.Hermina M, drg


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Tahun 2010

Tan Xiao Chuan

Perbandingan Efektifitas Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Anak Usia 6-11 Tahun di Sekolah Bodhicitta, Medan x+50 Halaman.

Usia 6 tahun merupakan suatu periode yang paling kritis untuk terjadinya karies oklusal karena plak mudah akumulasi pada gigi yang sedang erupsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran dengan kelompok umur dan antar kelompok umur dengan metode pengajaran.

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah Rancangan Eksperimantal Sederhana. Sampel penelitian ini adalah anak usia 6-11 tahun dari sekolah Bodhicitta. Prosedur penelitian dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan sesudah pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan atau kombinasi kedua pengajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran cara menyikat gigi dengan kelompok umur dan adanya


(5)

perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur dengan metode pengajaran cara menyikat gigi.

Video tidak berefektif dalam mengajar cara menyikat gigi kepada anak umur 6-7 tahun. Pengajaran metode menyikat gigi yang diulang ternyata lebih efektif pada anak dibawah umur 8/9 tahun. Pengajaran metode menyikat gigi dalam bentuk peragaan saja sudah cukup efektif untuk anak umur 10/11 tahun.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros., Ph.D (K). selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Taqwa Daliemunthe,drg., Sp.KGA selaku Kepala Bagian Pedodonsia yang telah mengizinkan penulis menyelesaikan skripsi di bagian Pedodonsia.

3. T.Hermina M, drg. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg.,M.Kes., Sp.KG(K) selaku ketua UPT penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Pedodonsia FKG USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes selaku PUDEK I FKM-USU, atas bimbingan dan bantuannya dalam analisis statistik.


(7)

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalankan pendidikan di FKG USU.

8. Bapak Hartono, S.E. sebagai Kepala Sekolah Dasar Buddhis Bodhicitta yang telah mengizinkan dan memberi masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

9. Adik-adik di Sekolah Dasar Bodhicitta yang telah bersedia untuk turut serta dalam penelitian.

10. Kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda tercinta atas pengorbanan tenaga, materi, kasih sayang dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan sehingga penulis dapat mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

11. Teman-teman penulis yaitu peik chin, illi, vera, nisha, tere, ellysa, vincent, trisna, ciek, yufri, vivi, inda, steven, antony, albert, bang christwandi atas bantuan mereka dalam penelitian dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG USU ’06 atas kasih sayang, semangat dan persahabatannya.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang lebih baik lagi. Akhirnya, semoga skripsi dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan yang berguna bagi fakultas dan masyarakat.


(8)

Medan, ... 2010 Penulis,

NIM : 060600155 Tan Xiao Chuan


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penenelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental ... 6

2.1.1 Komposisi Plak... 7

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Plak. ... 7

2.1.3 Hubungan antara Mikroorganisme Plak dengan Karies.... 9

2.2 Karies... 10

2.3 Gingivitis... 11

2.4 Penyingkiran Plak dengan Menyikat Gigi... 11

2.4.1 Teknik dan Metode Menyikat Gigi... 12

2.4.2 Macam-Macam Sikat Gigi... 13

2.4.3 Pasta Gigi... 14


(10)

2.5 Perkembangan Psikologi Anak Usia 6-11 Tahun... 15

2.6 Metode Pengajaran Menyikat Gigi ... 18

2.7 Kerangka Teori... 21

2.8 Kerangka Konsep... 22

2.9 Hipotesa Penelitian... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 24

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 24

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel tergantung/ tercoba... 26

3.3.2 Variabel bebas/perlakuan... 26

3.3.3 Variabel kendali... 26

3.3.4 Variabel tidak terkendali... 27

3.3.5 Hubungan Antar Variabel... 27

3.4 Definisi Operational... 27

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian... 29

3.6 Sarana Penelitian... 29

3.7 Cara Pengumpulan Data... 30

3.8 Pengolahan Data... 31

3.9 Analisa Data... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Indeks Plak Awal dan Akhir... 32

4.2 Hasil Perhitungan Selisih Skor Indeks Plak Pengajaran Cara Menyikat Gigi antar Kelompok Kontrol, Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi dengan Menggunakan Video, Peragaan dan Kombinasi Kedua Pengajaran pada Kelompok Anak Usia 6-7 Tahun, 8-9 Tahun dan 10-11 Tahun... 33

4.3 Hasil Perhitungan Selisih Skor Indeks Plak Pengajaran Cara Menyikat Gigi antar Kelompok Anak Umur 6-7 Tahun, 8-9 Tahun dan 10-11 Tahun pada Kelompok Kontrol, Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi dengan Menggunakan Video, Peragaan dan Kombinasi Kedua Pengajaran... 36

BAB 5 PEMBAHASAN... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 45

6.2 Saran... 46


(11)

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata skor indeks plak sebelum dan sesudah pengajaran cara

menyikat gigi pada anak usia 6-11 tahun... 33 2. Hasil perhitungan selisih skor indeks plak pengajaran cara

menyikat gigi pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok anak

usia 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun (One-Way ANOVA)... 35 3. Hasil perhitungan selisih skor indeks plak pengajaran cara

menyikat gigi pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perbandingan antara kelompok perlakuan yang

berbeda berdasarkan umur anak... 36 2. Perbandingan antara kelompok umur berdasarkan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Informasi kepada orang tua/wali subjek penelitian... 51 2. Lembaran pemeriksaan... 53 3. Data penelitian... 56 4. Hasil perhitungan One-Way ANOVA awal pada anak usia 6-11 tahun.. 57 5. Hasil perhitungan One-Way ANOVA akhir pada anak usia 6-11 tahun.. 60 6. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak

pengajaran menyikat gigi pada anak usia 6-7 tahun... 63 7. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak

pengajaran menyikat gigi pada anak usia 8-9 tahun... 65 8. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak

pengajaran menyikat gigi pada anak usia 10-11 tahun... 67 9. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak pada

anak 6-11 tahun dengan pengajaran menggunakan video... 69 10. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak pada

anak 6-11 tahun dengan pengajaran menggunakan peragaan... 71 11. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak pada

anak 6-11 tahun dengan pengajaran menggunakan kombinasi kedua

pengajaran... 73 12. Hasil perhitungan One-Way ANOVA selisih skor indeks plak pada

anak 6-11 tahun tanpa pengajaran menyikat gigi... 75 13. Surat Ethical Clearance... 77


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Tahun 2010

Tan Xiao Chuan

Perbandingan Efektifitas Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Anak Usia 6-11 Tahun di Sekolah Bodhicitta, Medan x+50 Halaman.

Usia 6 tahun merupakan suatu periode yang paling kritis untuk terjadinya karies oklusal karena plak mudah akumulasi pada gigi yang sedang erupsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran dengan kelompok umur dan antar kelompok umur dengan metode pengajaran.

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah Rancangan Eksperimantal Sederhana. Sampel penelitian ini adalah anak usia 6-11 tahun dari sekolah Bodhicitta. Prosedur penelitian dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan sesudah pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan atau kombinasi kedua pengajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran cara menyikat gigi dengan kelompok umur dan adanya


(16)

perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur dengan metode pengajaran cara menyikat gigi.

Video tidak berefektif dalam mengajar cara menyikat gigi kepada anak umur 6-7 tahun. Pengajaran metode menyikat gigi yang diulang ternyata lebih efektif pada anak dibawah umur 8/9 tahun. Pengajaran metode menyikat gigi dalam bentuk peragaan saja sudah cukup efektif untuk anak umur 10/11 tahun.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.1 Hal ini menunjukkan bahwa upaya penyuluhan kesehatan gigi harus lebih ditingkatkan. Selain itu, penelitian Hestieyonini Hadnyanawati (2002) mengenai hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan gingivitis pada siswa sekolah dasar kelas V di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa siswa yang mengalami gingivitis lebih banyak daripada siswa yang sehat. Keadaan ini berhubungan dengan tingkat kebersihan gigi dan mulutnya. Semakin buruk tingkat kebersihan gigi dan mulutnya maka semakin mudah terserang gingivitis.2 Penyuluhan kesehatan gigi anak ternyata dapat menurunkan indeks plak, hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Simson Damanik dan Evi D. Sinaga (2002). Penelitian tersebut dilakukan terhadap murid-murid kelas IV dan V di dua SD negeri Medan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan sikat gigi yang diberikan kepada anak-anak sekolah dasar cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi dan efek ini masih bertahan sampai tiga minggu setelah penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan.3 Selain itu, hasil penelitian kesehatan gigi dan mulut pada siswa-siswi kelas I –VI SDN Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur oleh Silvia Anitasari dan Liliwati (2005) menunjukkan bahwa siswa-siswi yang sudah pernah mendapat penyuluhan dan pelatihan cara


(18)

menyikat gigi yang baik dan benar, didapati bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut mereka termasuk sedang. Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhan dan pelatihan yang diberikan setiap tahun dapat dimengerti dan dipraktek oleh siswa dan siswi ini.4

Usia 5-6 tahun merupakan usia erupsi gigi molar tetap pertama. Periode ini merupakan suatu periode yang paling kritis untuk terjadinya karies pada permukaan oklusal gigi. Permukaan oklusal pada gigi yang sedang erupsi lebih cenderung terjadi karies karena kondisinya yang menguntungkan akumulasi plak. Daya mekanis fisiologis pada gigi yang beroklusi penuh dipercayai dapat menganggu akumulasi plak dan menyebabkan permukaan ini kurang rentan terhadap perkembangan karies. Penelitian Carvalho et al. membuktikan bahwa terdapat pengurangan yang signifikan terhadap plak yang terbentuk setelah 48 jam tanpa higiene oral pada gigi yang erupsi penuh berbanding dengan gigi yang erupsi sebagian.5

Anak-anak berusia 6-8 tahun merupakan anak-anak yang berada dalam akhir masa kanak-kanak. Anak-anak dalam masa ini mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahun-tahun prasekolah.6 Hasil penelitian Shin Young Yim dkk. (2003) pada anak usia 7-12 tahun di Suwon, Korea menunjukkan keterampilan tangan dan kekuatan tangan anak meningkat ketika mereka bertambah usia.28

Rata-rata anak berusia enam tahun telah mengetahui sekitar 20,000 sampai 24,000 kata-kata, atau 5 sampai 6 persen dari kata-kata dalam kamus standar. Dengan meningkatnya minat dalam keanggotaan-kelompok maka meningkat pula minat untuk berkomunikasi dengan anggota-anggota kelompok. Anak segera mengetahui


(19)

bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai kecuali ia mengerti arti dari apa yang dikatakan oleh orang-orang lain kepadanya. Ini menimbulkan dorongan untuk meningkatkan pengertiannya. Peningkatan dalam pengertian juga dibantu oleh pelatihan konsentrasi di sekolah. Anak segera mengetahui bahwa ia harus menaruh perhatian terhadap setiap kejadian di kelas jika ingin mengerti semua pelajaran dengan baik. Sebagai contoh, mereka menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan oleh guru-guru dan teman-teman.6 Maka, anak-anak pada masa ini mempunyai pengertian yang lebih banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya. Mereka diharapkan lebih mengerti tentang isi penyuluhan dokter gigi dan dapat mengerjakannya lebih baik dibanding dengan anak yang lebih muda daripada mereka.

Penelitian Leal SC dkk. pada tahun 2002 di Brazil mengenai perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi pada anak 3-6 tahun dengan menggunakan metode audiovisual, anak sebagai model dan penyuluhan secara individu menunjukkan bahwa penyuluhan secara individu merupakan metode pengajaran cara menyikat gigi yang paling efektif.30 Akan tetapi, data mengenai perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi pada anak umur 6-11 masih belum ditemukan terutama di Sumatera Utara.


(20)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Apakah ada perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur 6-7

tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dengan metode pengajaran cara menyikat gigi yang menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran? 2. Apakah ada perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran

menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dengan metode pengajaran cara menyikat gigi yang menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran. 2. Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran

menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat untuk anak-anak sekolah dasar:

1. Mengajar anak-anak mengenai cara sikat gigi yang benar.


(21)

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Sebagai penelitian pendahuluan pengajaran metode menyikat gigi bagi bidang kedokteran gigi anak.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah maupun swasta dalam hal pencegahan karies dan gingivitis anak.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Plak Dental

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah pola pandang tentang plak. Sekarang ini, plak dianggap sebagai salah satu dari bentuk biofilm dalam rongga mulut karena arsitekturnya serupa dengan biofilm yang ada di alam. Dengan demikian plak yang disebut biofilm gigi dapat didefinisikan sebagai suatu deposit lunak yang mengandung berbagai macam kumpulan mikroorganisma pada permukaan gigi sebagai biofilm.9 Berdasarkan lokasi pembentukan pada permukaan gigi, plak dental dapat diklasifikasikan atas plak supragingival dan plak subgingival. Plak supragingival berada pada atau koronal dari tepi gingiva. Plak supragingival yang berada tepat pada tepi gingiva dinamakan secara khusus sebagai plak marginal. Plak subgingival adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Secara morfologis plak subgingival dibedakan atas plak subgingival yang berkaitan dengan gigi dan plak subgingival yang berkaitan dengan jaringan.8

Beberapa keistimewaan dari biofilm bertindak untuk melindungi dan meningkatkan nutrisi bakteri yang tinggal di dalamnya. Biofilm melindungi bakteri residennya dengan memberi keuntungan dalam persaingan dengan bakteri yang bebas. Matriks dari biofilm juga melindungi bakteri dari efek antibiotik dan antiseptik. Hal ini dikarenakan bahan-bahan tersebut tidak dapat menembus


(23)

hambatan yang dibentuk oleh matriks polisakarida.Biofilm hanya dapat disingkirkan secara mekanis dengan menggunakan sikat gigi atau dental floss.10

2.1.1 Komposisi Plak

Komposisi utama plak adalah mikroorganisme. Diperkirakan bahwa 1mm3 plak gigi dengan berat 1mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.1 Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat diantara matriks interseluler. Matriks interseluler plak yang merupakan 20%-30% massa plak, terdiri dari bahan organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus, dan produk bakteri. Bahan organiknya mencakup polisakarida, protein, glikoprotein, dan lemak.8 Polisakarida yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran, levan dan galaktosa. Komponen anorganik plak yang utama adalah kalsium, fosfor, magnesium, potasium, dan sodium.18

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Plak

Proses pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap yaitu: (1) pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi, (2) kolonisasi awal oleh bakteri, dan (3) kolonisasi sekunder dan pematangan plak.8

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri, pejamu dan debris. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah


(24)

pengeringan jaringan.8 Sifat pelikel sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.11

Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Hal ini menandai bermulanya tahap kolonisasi awal bakteri pada permukaan gigi. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisma fakultatif gram-positif, seperti Actinomyces

viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel

dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.8

Tahap akhirnya merupakan kolonisasi sekunder dan pematangan plak. Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella

loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam

massa plak. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.8


(25)

2.1.3 Hubungan antara Mikroorganisme Plak dengan Karies.

Pada abad ke-16, Antonie van Leeuwenhoek telah mengemukakan kemungkinan keterlibatan mikroorganisme dalam pembentukan karies. Ia merupakan orang pertama yang mengamati bakteri dalam plak melalui mikroskop. Penelitian lebih lanjut menegaskan tentang kemungkinan keterlibatan mikroorganisme dengan karies. Pada akhir 1800-an, Miller mengemukakan teori parasit kimia (chemicalparasitic) dalam pembentukan karies. Menurut Miller, mikroorganisme dalam kavitas mulut mengakibatkan pemecahan karbohidrat melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme itu sendiri yang seterusnya mengakibatkan peningkatan produksi asam dan demineralisasi enamel. Miller menganggap bahwa semua bakteri dalam mulut cenderung bersifat kariogenik. Konsep ini dikenal dengan hipotesa plak non-spesifik.17

Plak tidak selalu menyebabkan karies dan hanya plak tertentu yang mengandung koloni mikroba spesifik yang bertanggung jawab terhadap timbulnya karies pada gigi. Konsep ini dikenal dengan hipotesa plak spesifik.11 Berdasarkan konsep ini, setengah spesies khusus pada flora plak dianggap sebagai patogen mayor dalam etiologi karies. Spesis yang paling berperan dan berhubungan erat dengan karies merupakan Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.12 Laporan pertama mengenai keterlibatan Streptokokus dalam etiologi karies dikemukakan oleh Clarke pada tahun 1924. Dari karies manusia, Clarke mengisolasikan Stretokokus melalui karakteristiknya yang jelas dan menamainya sebagai Streptokokus mutans. Walupun demikian, bukti langsung pertama mengenai keterlibatan mikroorganisme spesifik dalam karies adalah dari penelitian Keyes pada tahun 1960.17 Genus kedua yang


(26)

berhubungan erat dengan karies adalah Laktobasilus. Laktobasilus biasanya diisolasi dari karies dentin dan dianggap sebagai habitat utamanya dalam mulut. Bakteri yang juga berhubungan dengan etiologi karies tetapi dianggap kurang kariogenik dibandingkan dengan Streptococcus mutans adalah Actinomyces odontologica dan

Actinomyces naeslundii.12

2.2Karies

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang difermentasi. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.1

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan, karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu: (1) faktor host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga faktor utama ini juga dipengaruhi oleh faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisma yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1


(27)

Banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah karies. Mengetahui penyebabnya merupakan hal penting agar mengerti bagaimana melakukan pencegahannya. Tak kalah penting pula untuk menganggap karies sebagai suatu proses penghancuran dan perbaikan yang silih berganti. Jika kekuatan penghancurannya melebihi kekuatan reparatif saliva, maka karies akan berlanjut. Sebaliknya jika kekuatan reparatifnya mengalahkan kekuatan perusaknya, karies akan berhenti atau bahkan membaik tergantung pada stadium apa terjadinya. Oleh karena itu, penegakan diagnosis dini sangatlah penting artinya, karena jika pengrusakan dibiarkan berlanjut terlalu jauh, maka hanya tindakan operatiflah yang dapat menangulanginya.11

2.3Gingivitis

Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan gingiva.19 Ginivitis yang berkaitan dengan plak saja adalah tipe gingivitis yang paling sering dijumpai. Inflamasi merupakan perubahan patologis primer dalam tipe gingivitis ini dan tidak ada komplikasi dari faktor sistemik. Gingivitis ini bisa bertahan tetap sebagai gingivitis dalam waktu yang lama, tetapi bisa juga berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis secara klinis ditandai dari gingiva yang bertambah merah warnanya, edema, pendarahan, berubah konturnya, kehilangan adaptasinya terhadap gigi, dan meningkat jumlah cairan sulkularnya.8

2.4Penyingkiran Plak dengan Menyikat Gigi

Plak dapat disingkirkan secara mekanis maupun kimiawi. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Tujuan


(28)

menyikat gigi adalah untuk menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.1

2.4.1 Teknik dan Metode Menyikat Gigi

Pada umumnya teknik menyikat gigi dikenal secara vertikal, horizontal, berputar, bergetar dan teknik up and down. Beberapa ahli menciptakan beberapa metode penyikatan gigi yang bertujuan khusus seperti metode Bass, metode Stilman yang dimodifikasi dan metode Charter. Tapi dari semua cara menyikat gigi tersebut tidak ada satupun cara yang lebih baik daripada yang lain karena masing-masing cara harus disesuaikan dengan keadaan gigi geligi dan kemampuan sikat gigi tersebut untuk membersihkannya.14 Perkembangan motorik halus dan kasar pada anak usia 6-11 tahun semakin menuju ke arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri. Teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada anak usia ini adalah teknik Roll. 13

Penelitian Natalia Ekaputri dan Sri Lestari (2003) tentang perbedaan efektivitas penyikatan gigi antara Teknik Roll dan Horizontal Scrubbing terhadap penyingkiran plak membuktikan teknik Roll lebih efektif dalam penyingkiran plak daripada teknik Horizontal Scrubbing.15 Cara menyikat gigi dengan teknik Roll adalah bagian samping sikat gigi diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi; bagian belakang sikat terletak setinggi permukaan oklusal gigi geligi. Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan ke atas pada rahang bawah


(29)

sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi. Sekitar 10 putaran dilakukan untuk tiap bagian dan kemudian sikat digeser ke bagian berikutnya. Bila lengkung pada segmen anterior sempit, sikat dapat digerakkan vertikal.18

Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada posisi gigi yang sulit, misal bagian bukal rahang atas dan rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua tetap memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan pemeriksaan kembali apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.13

2.4.2 Macam-macam Sikat Gigi

Berdasarkan cara untuk menggerakkan sikat gigi dikenal dua jenis sikat gigi yaitu sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual. Menurut beberapa peneliti sikat gigi elektrik lebih baik dibandingkan dengan sikat gigi manual dalam menyingkirkan plak dan memperbaiki kesehatan gusi. Sikat gigi elektrik menyebabkan lebih sedikit abrasi gigi.14 American Dental Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat

gigi anak-anak adalah 20×7 mm.1 Kepala sikat gigi harus cukup kecil untuk dapat dimanipulasikan dengan efektif di daerah manapun di dalam rongga mulut, tetapi tidak boleh terlalu kecil sehingga harus digunakan dengan sangat hati-hati untuk dapat menyikat seluruh permukaan gigi-geligi. Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan lunak maupun jaringan keras. Sikat harus mudah dibersihkan. Bulu-bulu nilon lebih terjaga kebersihannya daripada bulu-bulu natural. Pegangan sikat gigi harus enak dipegang dan stabil. Pegangan sikat


(30)

harus cukup lebar dan cukup tebal agar dapat dipegang dengan kuat dan dikontrol dengan baik.18

2.4.3 Pasta gigi

Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, air, pelembab, detergen, bahan pegikat, bahan penyegar, bahan pemanis, bahan terapeutik dan pewarna.1 Syarat-syarat pasta gigi yang baik adalah: mempunyai daya abrasif yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih yang maksimal, dapat mengemulsikan kotoran-kotoran yang ada di dalam mulut, dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang ada dalam mulut, tidak beracun, enak rasanya dan memberi kesegaran dalam rongga mulut.7 Kandungan fluor dalam pasta gigi merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan karena ada kemungkinan pasta gigi tertelan oleh anak-anak. Untuk menghindarkan risiko fluorosis, maka banyaknya pasta gigi yang dianjurkan adalah sebesar biji kacang.1 Kandungan fluor dalam pasta gigi yang disarankan untuk anak dalam pencegahan fluorosis adalah 550 ppm.20

2.4.4 Larutan disklosing

Sebagian besar pasien tidak menyadari adanya lapisan bakteri pada gigi dan “kotoran” dengan berbagai derajat perubahan warna. Dokter gigi sendiri, sering tidak menyadari bahwa gigi yang terlihat sangat bersih sebenarnya memiliki deposit yang besar. Penting untuk membuat deposit tersebut dapat dilihat adalah untuk menunjukkan adanya lapisan yang berbahaya dan memungkinkan diinstruksikannya pasien, untuk membersihkan lapisan tersebut. 16

Sifat larutan disklosing yang baik adalah: (1) dapat memberi warna terhadap plak secara selektif sehingga tidak mempengaruhi daerah gigi dan daerah sekitar gigi yang


(31)

bersih, (2) tidak mengubah warna dari struktur mulut yang lain seperti pipi, bibir dan lidah, (3) tambalan gigi depan jangan sampai berubah warna, (4) tidak boleh mempengaruhi rasa dan (5) tidak memberi efek yang berbahaya pada mukous membran, (6) tidak boleh menimbulkan bahaya bila tertelan dan (7) tidak boleh menimbulkan reaksi alergi. Sebagai contoh bagi larutan disklosing adalah: (1) tablet disklosing yang berwarna merah muda, (2) larutan dengan bahan dasar iodin dan (3) agent disklosing komersial lain seperti Displak dan Plaklite. Tablet disklosing berwarna merah muda dikenalkan sebagai disklosing wafer yang pada dasarnya merupakan ‘tablet’ dari pewarna makanan eritrosin. Keuntungan larutan dengan bahan dasar iodin adalah dapat memberi efek yang dramatis. Tipe bahan pewarna ini sangat ideal untuk pembuatan foto klinis. Keuntungan lain yang penting adalah harganya yang murah. Sedang kekurangannya adalah terdapat beberapa pasien yang alergi terhadap produk yang mengandung iodin. Ada pula yang tidak menyukai rasanya.16

2.5Perkembangan Psikologi Anak Usia 6-11 Tahun

Bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok. Usia ini merupakan masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Dengan meningkatnya minat dalam keanggotaan kelompok maka meningkat pula minat untuk berkomunikasi dengan anggota-anggota kelompok. Anak segera


(32)

mengetahui bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai kecuali ia mengerti arti dari apa yang dikatakan oleh orang-orang lain kepadanya. Hal ini menimbulkan dorongan untuk meningkatkan pengertiannya. Anak kelas satu rata-rata berumur 6-7 tahun mengetahui sekitar 20,000 sampai 24,000 kata-kata, atau 5 sampai 6 persen dari kata-kata dalam kamus standar. Oleh karena itu, anak pada usia ini mempunyai pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan anak prasekolah. Anak prasekolah yang berusia 5 tahun hanya menguasai 2000 kata-kata.6

Pada akhir masa kanak-kanak, anak-anak mempunyai sejumlah besar keterampilan. Keterampilan tersebut dapat dibagi ke dalam empat kategori: (1) keterampilan menolong diri-sendiri, (2) keterampilan menolong orang lain, (3) keterampilan sekolah dan (4) keterampilan bermain. Anak usia ini sudah dapat makan, berpakaian, mandi dan berdandan sendiri hampir secepat dan semahir orang dewasa. Mereka juga dapat menolong membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan menyapu. Di sekolah, anak mengembangkan pelbagai keterampilan seperti menulis, menggambarkan, melukis dan menari.6 Anak berusia 6-7 tahun sudah dapat menyikat gigi sendiri dengan baik. Anak dibawah umur tersebut masih belum pandai membersihkan banyak daerah dalam rongga mulut dan cenderung menelan pasta gigi. Oleh karena itu, anak dibawah umur 6-7 masih membutuhkan bantuan orang tua.20

Hasil penelitian Shin Young Yim dkk. (2003) pada anak usia 7-12 tahun di Suwon, Korea menunjukkan keterampilan tangan anak meningkat ketika mereka bertambah usia. Keterampilan tangan anak dapat dinilai dengan menggunakan papan pasak sembilan lubang (Nine-Hole Peg Board). Cara penilaiannya adalah dengan


(33)

menempatkan sembilan pasak ke dalam lubang pada papan tersebut oleh anak dengan menggunakan satu tangan. Anak seterusnya diminta untuk mengeluarkan semua pasak dari papan dengan tangan yang sama. Waktu yang tercatat oleh anak berusia 7 tahun dengan menggunakan tangan kanan adalah 26,1 detik sedangkan anak berusia 9 tahun hanya membutuhkan waktu selama 22 detik. Waktu yang dibutuhkan anak semakin berkurang ketika usia mereka bertambah. Anak berusia 11 tahun hanya membutuhkan waktu selama 17 detik untuk mengerjakan seluruh proses tersebut.28

Dalam hal kekuatan pegangan anak, kekuatan pegangan anak juga bertambah ketika usia mereka bertambah. Kekuatan pegangan pada tangan kanan anak laki-laki berusia 7 tahun adalah sebesar 21.9 lb. Kekuatan tersebut terus meningkat sehingga mencapai 33.5 lb pada usia 9 tahun dan 40.8 lb pada usia 11 tahun.28

Perhatian adalah sumber daya mental untuk berkonsentrasi atau memusatkan perhatian. Durasi waktu anak-anak memperhatikan sesuatu meningkat ketika mereka bertambah besar. Daripada dikendalikan oleh stimulus yang paling menonjol dalam lingkungan mereka, anak-anak yang lebih besar bisa mengarahkan perhatian mereka pada stimulus yang lebih penting. Perhatian pada informasi yang relevan terus meningkat terus selama tahun-tahun sekolah dasar dan sekolah menengah atas.21

Selain perhatian, rentang memori (memori span) anak juga meningkat ketika mereka bertambah besar. Rentang memori adalah jumlah angka yang bisa dilaporkan kembali oleh seseorang tanpa kesalahan dalam sekali presentasi. Berapa banyak angka yang bisa dilaporkan kembali oleh individu-individu bergantung pada usia mereka. Dalam sebuah studi, rentang memori meningkat dari 4,5 angka pada usia 6


(34)

tahun menjadi 5.5 angka pada usia 8 tahun, menjadi 6 sampai 7 angka pada usia 12 tahun.21

Hasil penelitian Susan E. Gathercole dkk. (2004) pada anak usia 6-7 tahun di

Southwest England menunjukkan nilai rata-rata daya ingatan pendengaran sebesar

9,34 dan ingatan penglihatannya sebesar 12,29; pada anak usia 8-9 tahun, nilai rata-rata daya ingatan pendengaran sebesar 11,64 dan penglihatannya sebesar 15,95 sedangkan pada anak usia 10-11 tahun, nilai rata-rata daya ingatan pendengaran sebesar 12,91 dan penglihatannya sebesar 19,64. Penelitian diatas menunjukkan bahwa daya ingatan baik pendengaran maupun penglihatan meningkat dari usia sekolah sampai usia remaja.27

2.6Metode Pengajaran Menyikat Gigi

Di dalam proses belajar-mengajar, instruktur harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.22

Demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati; mendengar, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh instruktur tersebut. Seringkali metode demonstrasi digunakan karena guru mengalami kesulitan untuk menjelaskan dengan kata-kata saja. Terutama dalam mengajarkan penguasaan keterampilan, anak lebih mudah mempelajarinya dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh instruktur. Kelebihan demonstrasi antara lain:22


(35)

a) Bagi anak melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan instruktur.23

b) Kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya.

c) Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit.

d) Siswa dapat partisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung. Kelemahan demonstrasi ialah:22

a) Bila alatnya terlalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat, menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa.

b) Bila waktu tidak tersedia dengan cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus.

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Kelebihan video antara lain:24

a) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya.

b) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis.


(36)

c) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar instruktur bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya.

d) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

e) Gambar proyeksi biasa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Instruktur bisa mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut.

Hal-hal yang negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan alat perekam pita video dalam proses belajar-mengajar adalah:24

a) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikkan. b) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian

bentuk umpan balik yang lain.

c) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna.


(37)

(38)

(39)

2.9 Hipotesa Penelitian

• Ada perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dengan metode pengajaran cara menyikat gigi yang menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran.

• Ada perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun.


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian:

Rancangan Eksperimental Sederhana.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah Anak umur 6-11 tahun yang terdapat di Sekolah Bodhicitta sebanyak 253 orang. Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan cara Simple Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi.

- Kriteria inklusi :

a. Anak berusia 6-11 tahun.

b. Keadaan kesehatan umum baik. c. Pada masa gigi bercampur.

d. Minimal terdapat 20 gigi untuk diperiksa.

e. Gigi yang diperiksa adalah gigi yang erupsi sempurna. f. Mempunyai indeks plak awal ≥ 2.

g. Disetujui oleh orang tua dengan pengisian informed consent. - Kriteria Eksklusi :

a. Anak yang tidak berkooperatif.


(41)

- Besar sampel penelitian ini didapat dengan menggunakan rumus :25 (t-1) x (r-1) ≥ 15

di mana t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada sampel yaitu pengajaran metode menyikat gigi dengan menggunakkan video, peragaan, kombinasi kedua pengajaran, sehingga t=3

Jumlah sampel (n) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : (t-1) x (r-1) ≥ 15

(9-1) x (r-1) ≥ 15 8 x (r-1) ≥ 15 r-1 ≥ 15/8 r-1 ≥ 1,9 r ≥ 1,9 + 1 r ≥ 2,9 n = 2.9 ≈ 5

Sampel diambil secara simple random sampling.26 - Kelompok usia 6-7 tahun : 20 orang - Kelompok usia 8-9 tahun : 20 orang - Kelompok usia 10-11 tahun : 20 orang


(42)

Setiap kelompok umur dibagi menjadi tiga kelompok pengajaran dan satu kelompok kontrol yaitu :

- Kelompok 1 : Pengajaran dengan menggunakan video sebanyak 5 orang. - Kelompok 2 : Pengajaran dengan menggunakan peragaan sebanyak 5

orang.

- Kelompok 3 : Pengajaran dengan menggunakan kombinasi pengajaran sebanyak 5 orang.

- Kelompok kontrol : Kelompok yang tidak diberikan perlakuan sebanyak 5 orang.

3.3 Variabel penelitian

3.3.1 Variable tergantung/tercoba :

Skor indeks plak

3.3.2 Variabel bebas/ perlakuan :

Metode pengajaran menyikat gigi

3.3.3 Variabel kendali : a) Umur 6-11 tahun

b) Skor indeks plak c) Sekolah

d) Sikat gigi

e) Jumlah pasta gigi f) Jenis pasta gigi g) Teknik menyikat gigi


(43)

3.3.4 Variabel tidak terkendali :

a) Kemampuan menerima instruksi anak b) Kemampuan motorik anak

3.3.5 Hubungan Antar Variabel

3.4Definisi Operatinal

− Umur adalah ulang tahun terakhir dari anak. − Umur anak yang diteliti adalah 6-11 tahun.

− Metode mengajar menyikat gigi adalah cara memberikan pendidikan tentang menyikat gigi anak dengan menggunakan video dan peragaan.


(44)

− Video adalah mengajar metode menyikat gigi dengan menggunakan anak berumur 9 tahun sebagai model. Video diputarkan sebanyak 2 kali selama 6 menit.

− Peragaan adalah mengajar metode menyikat gigi dengan menggunakan model kemudian menggunakan anak sebagai model untuk mengetahui apakah anak mengerti tentang pengajaran yang diberikan. Durasi peragaan selama 10 menit. − Skor Indeks plak adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak dibagi

dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa.

Cara pemeriksaan klinis pada plak yang ditentukan berdasarkan indeks plak modifikasi Turesky dari Quigley-Hein adalah, sebagai berikut :29

a) Digunakan bahan pewarna gigi berwarna merah (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada mahkota gigi.

b) Pemeriksaan dilakukan pada tiap gigi yaitu : permukaan bukal dan lingual. c) Kriteria penilaian :


(45)

Kode Kriteria

0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada cervical margin dan gigi

2 Lapisan tipis < 1 mm dan plak disekeliling servik

3 Lapisan plak > 1 mm tapi menutupi < 1/3 permukaan gigi 4 Lapisan plak menutupi antara 1/3-2/3 permukaan gigi 5 Lapisan plak menutupi > 2/3 permukaan gigi

Indeks plak diperiksa yang gigi permukaan jumlah plak skor al jumlah tot =

Jumlah total skor plak = (jumlah skor bukal dan lingual pada rahang atas) + (jumlah skor bukal dan lingual pada rahang bawah)

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Sekolah Bodhicita Jln Selam no 39-41, Medan.. Waktu : 6 bulan.

3.6 Sarana penelitian

Alat:

- Tiga serangkai - Masker

- Gelas Kumur - Senter

- Sarung tangan - Handuk - Sikat gigi


(46)

- Video - Model gigi Bahan: - Kapas

- Alkohol 70% - Disclosing solution - Dettol

- Pasta gigi

- Formulir pemeriksaan

3.7Cara Pengumpulan Data

Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah Bodhicitta, lalu memberikan

informed consent kepada orang tua murid. Sampel yang telah diperoleh

dikelompokkan berdasarkan umur yaitu umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun. Masing-masing kelompok mendapat 3 perlakuan yaitu pengajaran dengan metode peragaan, video dan kombinasi dari kedua pengajaran.

Prosedurnya anak pada kelompok umur tertentu dikelompokkan secara acak menjadi 4 sub-kelompok yaitu kelompok video, kelompok peragaan, kelompok kombinasi kedua pengajaran dan kelompok kontrol. Sub-kelompok 1 diajarkan metode menyikat gigi dengan video. Anak-anak diajak untuk melihat video tentang cara menyikat gigi yang berdurasi sekitar 3 menit sebanyak 2 kali. Sub-kelompok 2 diajarkan metode sikat gigi dengan peragaan menggunakan model gigi dan menggunakan anak sebagai model untuk mengetahui apakah anak sudah mengerti pengajaran tersebut dengan baik. Sub-kelompok 3 diajarkan metode


(47)

sikat gigi dengan mengajak anak melihat video dan dilakukan peragaan. Sub-kelompok 4 tidak diberikan pengajaran apapun. Setelah pengajaran selesai dilakukan, pemeriksaan klinis awal dilakukan pada anak yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan disclosing solution untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi. Kemudian, hasil pemeriksaan dicatat sebagai indeks plak awal dalam fomulir pemeriksaan. Setiap anak dibagikan sikat gigi dan diberikan pasta gigi sesuai dengan kebutuhan. Kemudian dilakukan acara menyikat gigi bersama. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis akhir dengan menggunakan disclosing solution untuk memeriksa plak yang masih tersisa setelah dilakukan penyikatan gigi dan hasil pemeriksaan dicatat sebagai indeks plak akhir dalam formulir pemeriksaan, pengolahan dan analisa data.

3.8Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS.

3.9 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi dan dianalisis dengan menggunakan One Way ANOVA.


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Siswa yang telah disetujui orang tua untuk mengikut program kesehatan gigi dikelompokkan secara random berdasarkan umur yaitu kelompok umur 6-7, 8-9, dan 10-11 tahun. Kemudian masing-masing kelompok umur mendapatkan perlakuan pengajaran metode menyikat gigi dengan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran. Pemeriksaan indeks plak awal terlebih dahulu untuk memperoleh sampel yang memenuhi kriteria inklusi kemudian disuruh untuk menyikat gigi dan dilakukan pemeriksaan indeks plak akhir.

4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Indeks Plak Awal dan Akhir.

Skor indeks plak awal dan akhir pengajaran cara menyikat gigi pada anak usia 6-11 tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis One-Way ANOVA memperlihatkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna pada rata-rata skor indeks plak awal dan terlihat terjadinya penurunan rata-rata skor indeks plak akhir baik pada kelompok pengajaran maupun kelompok kontrol.


(49)

Tabel 1. Rata-rata skor indeks plak sebelum dan sesudah pengajaran cara menyikat gigi pada anak usia 6-11 tahun.

Umur Perlakuan n Skor Indeks Plak Awal

( X ± SD )

P Skor Indeks Plak Akhir

( X ± SD )

6-7 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

2,71 ± 0,34 2,69 ± 0,41 2,89 ± 0,48 3.31 ± 0,91

0,336 2,43 ± 0,32

2,10 ± 0,41 2,01 ± 0,46 2,18 ± 0,94 8-9 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

2,79 ± 0,78 3,07 ± 0,87 2,64 ± 0,65 3,01 ± 0,52

0,761 2,33 ± 0,77

2,21 ± 0,83 1,52 ± 0,69 1,74 ± 0,52 10-11 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

3,16 ± 0,66 2,94 ± 0,92 3,12 ± 0,46 3,21 ± 0,62

0,931 2,46 ± 0,62

2,01 ± 0,89 1,88 ± 0,47 1,90 ± 0,57 *Terdapat perbedaan yang bermakna.

4.2 Hasil Perhitungan Selisih Skor Indeks Plak Pengajaran Cara Menyikat Gigi antar Kelompok Kontrol, Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi dengan Menggunakan Video, Peragaan dan Kombinasi Kedua Pengajaran pada Kelompok Anak Usia 6-7 Tahun, 8-9 Tahun dan 10-11 Tahun.

Hasil analisis One-Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan selisih rata-rata skor indeks plak yang sangat bermakna pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok anak usia 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun (P < 0,05) (Tabel 2).


(50)

Perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok anak usia 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dapat dilihat pada lampiran 6-8 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan indeks plak yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok anak umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun (P < 0,05).

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang sangat bermakna pada anak usia 6-9 tahun yang diajarkan cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peraga dan kombinasi kedua pengajaran (P < 0,05). Adanya perbedaan penurunan indeks plak pada kelompok anak umur 10-11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan menggunakan video dan peraga (P < 0,05) tetapi tidak adanya perbedaan penurunan indeks plak yang bermakna pada anak umur 10-11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan peraga dan kombinasi kedua pengajaran (P>0,05).


(51)

Tabel 2. Hasil perhitungan selisih skor indeks plak pengajaran cara menyikat gigi pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok anak usia 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun (One-Way ANOVA).

Umur Perlakuan n Selisih Rata-Rata Skor Indeks Plak ( Sebelum- Sesudah)

X ± SD

P 6-7 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

0,28 ± 0,04 0,59 ± 0,07 0,88 ± 0,05 1,12 ± 0,04

0,0001* 8-9 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

0,46 ± 0,15 0,86 ± 0,09 1,12 ± 0,06 1,28 ± 0,04

0,0001* 10-11 Tahun Kontrol Video Peragaan Kombinasi 5 5 5 5

0,70 ± 0,14 0,94 ± 0,06 1,24 ± 0,05 1,31 ± 0,07

0,0001*

*Terdapat perbedaan yang bermakna.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan kombinasi kedua pengajaran adalah cara yang paling efektif sedangkan pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan video saja merupakan cara yang paling tidak efektif.


(52)

Gambar 1. Perbandingan antara kelompok perlakuan yang berbeda berdasarkan umur anak.

4.3 Hasil Perhitungan Selisih Skor Indeks Plak Pengajaran Cara Menyikat Gigi antar Kelompok Anak Umur 6-7 Tahun, 8-9 Tahun dan 10-11 Tahun pada Kelompok Kontrol, Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi dengan Menggunakan Video, Peragaan dan Kombinasi Kedua Pengajaran.

Hasil analisis One-Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan selisih rata-rata skor indeks plak yang sangat bermakna pada kelompok anak umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peraga, dan kombinasi kedua pengajaran (P < 0,05) (Tabel 3).

Perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok anak umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan, dan kombinasi kedua pengajaran dapat

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Kontrol Video Peraga Kombinasi

Umur 6-7 Tahun Umur 8-9 Tahun Umur 10-11 Tahun


(53)

dilihat pada lampiran 9-12 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang bermakna antara kelompok anak umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun yang tidak diajarkan metode menyikat gigi (kelompok kontrol) (P < 0,05).

Selain itu, hasil analisis Post Hoc Test juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada penurunan selisih rata-rata skor indeks plak antara kelompok anak umur 6-7 tahun dengan kelompok anak umur 8-9 tahun yang diajarkan cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran (P<0,05). Adanya perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang bermakna antara kelompok anak umur 8-9 tahun dengan kelompok anak umur 10-11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan peragaan (P<0,05) namun tidak ada perbedaan yang bermakna pada penurunan indeks plak antara kelompok anak umur 8-9 tahun dengan kelompok anak umur 10-11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan menggunakan video dan kombinasi kedua pengajaran (P>0,05).


(54)

Tabel 3. Hasil perhitungan selisih skor indeks plak pengajaran cara menyikat gigi pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun pada kelompok kontrol, metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran (One-Way ANOVA).

Metode Pengajaran

Umur n Selisih Rata-Rata Skor Indeks Plak ( Sebelum- Sesudah)

X ± SD

P

Kontrol 6/7 Tahun 8/9 Tahun 10/11 Tahun

5 5 5

0,28 ± 0,04 0,46 ± 0,15 0,70 ± 0,14

0,0001*

Video 6/7 Tahun 8/9 Tahun 10/11 Tahun

5 5 5

0,59 ± 0,07 0,86 ± 0,09 0,94 ± 0,06

0,0001*

Peragaan 6/7 Tahun 8/9 Tahun 10/11 Tahun

5 5 5

0,88 ± 0,05 1,12 ± 0,06 1,24 ± 0,06

0,0001*

Kombinasi Kedua Pengajaran

6/7 Tahun 8/9 Tahun 10/11 Tahun

5 5 5

1,12 ± 0,04 1,28 ± 0,04 1,31 ± 0,07

0,0001*

*Terdapat perbedaan yang bermakna.

Gambar 2 menunjukkan bahwa anak yang umurnya lebih besar mempunyai penurunan indeks plak yang lebih besar. Kelompok anak umur 10-11 tahun mempunyai penurunan indeks plak yang paling besar sedangkan kelompok anak umur 6-7 tahun mempunyai penurunan indeks plak yang paling kecil.


(55)

Gambar 2. Perbandingan antara kelompok umur berdasarkan kelompok perlakuan yang diberikan.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Umur 6-7 Tahun Umur 8-9 Tahun Umur 10-11 Tahun

Kontrol Video Peraga Kombinasi


(56)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan sesudah pengajaran metode menyikat gigi terhadap anak usia 6-11 tahun sebanyak 60 orang di sekolah Bodhicitta. Tujuannya adalah untuk menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur dengan pengajaran metode menyikat gigi dan kelompok umur tertentu yang diajarkan metode menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan, dan kombinasi kedua pengajaran.

Dalam melakukan penyikatan gigi anak-anak dipisahkan sesuai dengan kelompok pengajaran metode menyikat gigi, anak-anak juga tidak lagi dibantu dalam bentuk apapun karena peneliti telah mengajarkan metode penyikatan pada anak-anak sesuai dengan pengelompokan metode pengajaran. Anak-anak tidak di kontrol lamanya waktu menyikat dan banyaknya gerakan menyikat. Anak diberikan pujian untuk mendorong semangat mereka agar mau menyikat gigi.

Hasil penelitian penurunan selisih rata-rata indeks plak anak usia 6-11 tahun yang tidak mendapatkan pengajaran (kelompok kontrol) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna (P<0,05) (Lampiran 9). Anak umur 10 dan 11 tahun mempunyai penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang paling tinggi sedangkan anak umur 6 dan 7 tahun mempunyai penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang paling rendah (Gambar 2). Anak yang umurnya lebih tua dapat menyikat gigi mereka dengan lebih efektif jika membandingkan dengan anak yang


(57)

umurnya lebih muda karena keterampilan tangan dan kekuatan pegangan anak meningkat ketika mereka bertambah usia. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Shin Young Yim dkk. pada tahun 2003 di Suwon, Korea.

Perbandingan hasil penelitian antara anak yang tidak mendapatkan pengajaran (kelompok kontrol) dengan anak yang telah mendapat pengajaran menyikat gigi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna (P<0,05) pada penurunan selisih rata-rata skor indeks plak pada anak berusia 6 hingga 11 tahun (Lampiran 6-8). Penyuluhan kesehatan gigi anak ternyata dapat menurunkan indeks plak. Hal ini telah dibukt ikan oleh penelitian Simson Damanik dan Evi D. Sinaga pada tahun 2002. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian Silvia Anitasari dan Liliwati (2005) di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur yaitu penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi dapat menurunkan skor indeks plak anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang sangat bermakna pada anak usia 6-9 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan menggunakan video, peraga dan kombinasi kedua pengajaran (P < 0,05) (Lampiran 6 dan 7). Gambar 1 di bagian hasil penelitian terlihat bahwa pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan kombinasi kedua pengajaran adalah cara yang paling efektif pada anak umur 6-9 tahun dibandingkan dengan pengajaran hanya menggunakan video atau peraga. Hal ini mungkin karena pengulangan dapat meningkatkan memori anak tentang pengajaran yang diberikan. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Simson Damanik dan Evi D. Sinaga pada tahun 2002 yaitu hasil penyuluhan pada anak kelas IV dan V di dua SD negeri


(58)

Medan menunjukkan bahwa efek penyuluhan hanya dapat bertahan selama tiga minggu setelah penyuluhan. Oleh karena itu, pengulangan pengajaran menyikat gigi harus diadakan pada anak dibawah 9 tahun agar efek penyuluhan dapat dipertahankan. Peragaan merupakan pengajaran menyikat gigi yang lebih efektif daripada video. Hal ini demikian karena peragaan lebih menarik, dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan instruktur dalam video dan anak dapat melihat dengan jelas bagaimana proses menyikat gigi berlangsung. Selain itu, kesan yang diterima anak dari peragaan juga lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Kehadiran instruktur dalam metode peragaan juga banyak membantu dalam proses belajar anak. Video kurang mampu menampilkan detail dari proses menyikat gigi yang disajikan secara sempurna dan perhatian anak pada video sulit dikuasai.

Pada anak umur 10 dan 11 tahun, hasil penelitian tetap menunjukkan perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang bermakna (P < 0,05) antara kelompok peragaan dengan kelompok video tetapi memperlihatkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) antara kelompok peragaan dengan kelompok kombinasi (Lampiran 8). Hal ini mungkin karena anak umur 10 dan 11 tahun telah mempunyai kemampuan penangkapan dan daya merekam yang cukup mengenai materi pengajaran menyikat gigi yang diberikan dan pengajaran menyikat gigi yang hanya dalam bentuk peraga saja sudah dapat dikuasai mereka dengan baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa program pengajaran cara menyikat gigi pada anak umur 10 dan 11 tahun adalah lebih menghemat waktu dan dana dibandingkan anak yang usianya lebih muda.


(59)

Perbandingan hasil penelitian antara kelompok anak umur 6-7 tahun dengan kelompok umur 8-9 tahun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang sangat bermakna pada pengajaran metode menyikat gigi dengan menggunakan video, peraga dan kombinasi kedua pengajaran (P < 0,05) (Lampiran 10-12). Penurunan selisih rata-rata skor indeks plak pada anak umur 8 dan 9 tahun adalah lebih besar dibandingkan dengan anak umur 6 dan 7 tahun (Gambar 2) karena daya ingatan pendengaran dan penglihatan anak meningkat ketika umur mereka bertambah. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Susan E. Gathercole dkk. (2004) pada anak usia 4-15 tahun di Southwest England. Durasi waktu anak-anak memperhatikan sesuatu juga meningkat ketika mereka bertambah besar.

Hal yang sama dijumpai pada perbandingan hasil penelitian antara kelompok umur 8 dan 9 tahun dengan kelompok umur 10 dan 11 tahun yaitu anak umur 10 dan 11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan peragaan mempunyai penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang lebih besar dibandingkan anak umur 8 dan 9 tahun namun tidak ada perbedaan penurunan selisih rata-rata skor indeks plak yang bermakna antara kelompok anak umur 8 dan 9 tahun dengan kelompok umur 10 dan 11 tahun yang diajarkan metode menyikat gigi dengan menggunakan video dan kombinasi kedua pengajaran (P>0,05) (Lampiran 10-12). Hal ini mungkin karena kelompok anak umur 8-9 tahun dan kelompok anak umur 10-11 tahun mempunyai kemampuan daya tangkap yang sama terhadap pengajaran cara menyikat gigi yang diberikan melalui video dan metode kombinasi kedua pengajaran.


(60)

Pada kelompok umur anak dibawah 8/9 tahun, pengulangan pengajaran menyikat gigi masih dibutuhkan agar anak dapat mengerjakan metode menyikat gigi dengan benar dan efektif. Metode pengajaran dengan menggunakan video tidak disarankan kepada kelompok anak umur 6/7 tahun karena kemampuan penangkapan anak mengenai materi pengajaran menyikat gigi yang disampaikan melalui video masih terbatas.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan efektifitas pengajaran metode menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 6-11 tahun di sekolah Bodhicitta Medan disimpulkan bahwa:

1. Pengajaran metode menyikat gigi efektif dalam meningkatkan efektifitas menyikat gigi anak.

2. Efektifitas menyikat gigi anak meningkat ketika umur mereka bertambah. 3. Kemampuan merekam dan daya merekam anak juga meningkat ketika

mereka bertambah besar.

4. Video tidak berefektif dalam mengajar metode menyikat gigi kepada anak umur 6/7 tahun.

5. Pengajaran metode menyikat gigi yang diulang ternyata lebih efektif pada anak dibawah umur 8/9 tahun.

6. Kelompok anak umur 8-9 tahun dan kelompok anak umur 10-11 tahun mempunyai kemampuan daya tangkap yang sama terhadap metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video dan kombinasi kedua pengajaran.

7. Pengajaran metode menyikat gigi dalam bentuk peraga saja sudah cukup efektif untuk anak umur 10/11 tahun.


(62)

6.2 Saran

Pengajaran menyikat gigi harus disarankan dan ditingkatkan dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak umur 6-11 tahun. Pada kelompok umur anak dibawah 8/9 tahun, pengulangan pengajaran menyikat gigi masih dibutuhkan agar anak dapat mengerjakan metode menyikat gigi dengan benar dan efektif. Metode pengajaran dengan menggunakan video tidak disarankan kepada kelompok anak umur 6 dan 7 tahun karena kemampuan penangkapan anak mengenai materi pengajaran menyikat gigi yang disampaikan melalui video masih terbatas. Pengajaran metode menyikat gigi yang disarankan kepada anak umur 10 dan 11 tahun adalah pengajaran dalam bentuk peragaan. Pengajaran menyikat gigi yang berbeda pada anak umur 6-11 tahun dengan satu kali pengajaran cukup efektif untuk menurunkan indeks plak, tetapi hasil penelitian ini tidak untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut pada penelitian yang sama.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press, 2008: 4-6, 30-1, 74-81.

2. Hadnyanawati H. Hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan gingivitis

pada siswa sekolah dasar kelas V di Kabupaten Jember. J Ked Gigi

Universitas Indonesia 2002; 9(2): 10-12.

3. Danamik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan

indek plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan.

Dentika Dent J 2002; 7(1): 1-4.

4. Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat

kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Dentika Dent J

2005; 10(1): 22-32.

5. Maltz M, Silva BB, Carvalho DQ, Volkweis A. Result after two years of

non-operative treatment of occlusal surface in children with high caries prevalence. Brazil Dent J 2003; 14(1): 48-54.

6. Hurlock EB. Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 1999: 113-52.

7. Natamiharja L. Tobing JSK. Pemilihan Dan Pemakaian Pasta Gigi Di

Kelurahan Sudirejo Kecamatan Medan Kota. Majalah Kedokteran Gigi USU


(64)

8. Daliemunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 99, 106-8, 112-4, 154-7.

9. Chismirina S, Tjahajani A, Brotosoetarno S. Pembentukan mikrobial biofim

dalam rongga mulut. J Ked Gigi Universitas Indonesia 2006; 13(1): 55-60.

10.Rose FL, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontics: Medicine,

Surgery, and Implant. St Louis : Mosby, 2004: 101-2.

11.Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar Karies. Trans. Sumawinata N, Faruk Safrida. Jakarta : EGC, 1992: 3-10, 142.

12.Axelsson P, Karlstad. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries, Vol 2. Carol Stream : Quintessence, 2000: 18.

13.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak Minggu 2005: 16.

14.Dewi O. Pemilihan sikat gigi individual. Dentika Dent J 2003; 8(1): 54-60. 15.Ekaputri N, Lestari S. Perbedaan efektivitas penyikatan gigi antara teknik

Roll dan Horizintal Scrubbing terhadap penyingkiran plak. Scientific J in

Dentistry 2003; 53: 93-7.

16.Forrest JO. Pencegahan Penyakit Mulut. Trans. Yuwono L. Jakarta : Hipokrates, 1995: 29-31.

17.Balakrishnan M, Simmonds RS, Tagg JR. Dental caries is a preventable

infectious disease. Australian Dent J 2000; 45(4): 235-45.

18.Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. Trans. Anastasia S. Jakarta : Hipokrates, 1993: 109-11.


(65)

19.Zwemer T, Fehrenbach MJ, Emmons M, Tiedemann MA. Mosby’s Dental

Dictionary. St Louis : Mosby, 2004: 269.

20.Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric Dentistry. New York : Oxford University Press, 2005: 117-23.

21.Santrock JW. Psikologi Pendidikan. Trans. Angelica D. Jakarta : Salemba Humanika, 2009: 355-64.

22.Roestiyah NK. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2008: 1, 83.

23.Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta, 2004: 113.

24.Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, Rahardjito. Media Pendidikan:

Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo

Persada, 2008: 74-5.

25.Hanafiah KA.Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003: 9-10.

26.Praktiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008: 70, 129-32.

27.Gathercole SE, Pickering SJ, Ambridge B. The Structure of Working Memory

From 4 to 15 Years of Age. Developmental Psychology J 2004; 40(2):

177-90.

28.Shin YY, Ja RC, II YL. Normative Data amd Developmental Characteristics

of Hand Function for Elementary School Children in Suwon Area of Korea: Grip, Pinch and Dexterity Study. J Korean Med Sci 2003; 18: 552-8.


(66)

29.WHO. Quigley Hein index.

november

2009)

30.Leal SC, Bezerra ACB. Effectiveness of Teaching Methods for Toothbrushing


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan efektifitas pengajaran metode menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 6-11 tahun di sekolah Bodhicitta Medan disimpulkan bahwa:

1. Pengajaran metode menyikat gigi efektif dalam meningkatkan efektifitas menyikat gigi anak.

2. Efektifitas menyikat gigi anak meningkat ketika umur mereka bertambah. 3. Kemampuan merekam dan daya merekam anak juga meningkat ketika

mereka bertambah besar.

4. Video tidak berefektif dalam mengajar metode menyikat gigi kepada anak umur 6/7 tahun.

5. Pengajaran metode menyikat gigi yang diulang ternyata lebih efektif pada anak dibawah umur 8/9 tahun.

6. Kelompok anak umur 8-9 tahun dan kelompok anak umur 10-11 tahun mempunyai kemampuan daya tangkap yang sama terhadap metode pengajaran cara menyikat gigi dengan menggunakan video dan kombinasi kedua pengajaran.

7. Pengajaran metode menyikat gigi dalam bentuk peraga saja sudah cukup efektif untuk anak umur 10/11 tahun.


(2)

6.2 Saran

Pengajaran menyikat gigi harus disarankan dan ditingkatkan dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak umur 6-11 tahun. Pada kelompok umur anak dibawah 8/9 tahun, pengulangan pengajaran menyikat gigi masih dibutuhkan agar anak dapat mengerjakan metode menyikat gigi dengan benar dan efektif. Metode pengajaran dengan menggunakan video tidak disarankan kepada kelompok anak umur 6 dan 7 tahun karena kemampuan penangkapan anak mengenai materi pengajaran menyikat gigi yang disampaikan melalui video masih terbatas. Pengajaran metode menyikat gigi yang disarankan kepada anak umur 10 dan 11 tahun adalah pengajaran dalam bentuk peragaan. Pengajaran menyikat gigi yang berbeda pada anak umur 6-11 tahun dengan satu kali pengajaran cukup efektif untuk menurunkan indeks plak, tetapi hasil penelitian ini tidak untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut pada penelitian yang sama.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press, 2008: 4-6, 30-1, 74-81.

2. Hadnyanawati H. Hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan gingivitis pada siswa sekolah dasar kelas V di Kabupaten Jember. J Ked Gigi Universitas Indonesia 2002; 9(2): 10-12.

3. Danamik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indek plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan. Dentika Dent J 2002; 7(1): 1-4.

4. Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Dentika Dent J 2005; 10(1): 22-32.

5. Maltz M, Silva BB, Carvalho DQ, Volkweis A. Result after two years of non-operative treatment of occlusal surface in children with high caries prevalence. Brazil Dent J 2003; 14(1): 48-54.

6. Hurlock EB. Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 1999: 113-52.

7. Natamiharja L. Tobing JSK. Pemilihan Dan Pemakaian Pasta Gigi Di Kelurahan Sudirejo Kecamatan Medan Kota. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 5: 1-9.


(4)

8. Daliemunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 99, 106-8, 112-4, 154-7.

9. Chismirina S, Tjahajani A, Brotosoetarno S. Pembentukan mikrobial biofim dalam rongga mulut. J Ked Gigi Universitas Indonesia 2006; 13(1): 55-60. 10.Rose FL, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontics: Medicine,

Surgery, and Implant. St Louis : Mosby, 2004: 101-2.

11.Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar Karies. Trans. Sumawinata N, Faruk Safrida. Jakarta : EGC, 1992: 3-10, 142.

12.Axelsson P, Karlstad. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries, Vol 2. Carol Stream : Quintessence, 2000: 18.

13.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak Minggu 2005: 16.

14.Dewi O. Pemilihan sikat gigi individual. Dentika Dent J 2003; 8(1): 54-60. 15.Ekaputri N, Lestari S. Perbedaan efektivitas penyikatan gigi antara teknik

Roll dan Horizintal Scrubbing terhadap penyingkiran plak. Scientific J in Dentistry 2003; 53: 93-7.

16.Forrest JO. Pencegahan Penyakit Mulut. Trans. Yuwono L. Jakarta : Hipokrates, 1995: 29-31.

17.Balakrishnan M, Simmonds RS, Tagg JR. Dental caries is a preventable infectious disease. Australian Dent J 2000; 45(4): 235-45.

18.Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. Trans. Anastasia S. Jakarta : Hipokrates, 1993: 109-11.


(5)

19.Zwemer T, Fehrenbach MJ, Emmons M, Tiedemann MA. Mosby’s Dental Dictionary. St Louis : Mosby, 2004: 269.

20.Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric Dentistry. New York : Oxford University Press, 2005: 117-23.

21.Santrock JW. Psikologi Pendidikan. Trans. Angelica D. Jakarta : Salemba Humanika, 2009: 355-64.

22.Roestiyah NK. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2008: 1, 83.

23.Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta, 2004: 113.

24.Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, Rahardjito. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008: 74-5.

25.Hanafiah KA.Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003: 9-10.

26.Praktiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008: 70, 129-32.

27.Gathercole SE, Pickering SJ, Ambridge B. The Structure of Working Memory From 4 to 15 Years of Age. Developmental Psychology J 2004; 40(2): 177-90.

28.Shin YY, Ja RC, II YL. Normative Data amd Developmental Characteristics of Hand Function for Elementary School Children in Suwon Area of Korea:


(6)

29.WHO. Quigley Hein index.

november

2009)

30.Leal SC, Bezerra ACB. Effectiveness of Teaching Methods for Toothbrushing in Preschool Children. Braz Dent J 2002; 13(2): 133-136.