BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki kekuatan hukum yang diatur dalam Undang-Undang, hal tersebut mempunyai tujuan agar tidak terjadi
penyimpangan dari orang-orang yang berniat menyalahgunakan pajak. Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tanggal 27 Desember tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1994 selanjutnya di sebut Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan UU PBB.
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tanggal 2 Agustus Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan selanjutnya disebut Undang- Undang Ketentuan Umum Perpajakan UU KUP.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang pembagian dan penggunaan biaya pemungutan Pajak Bumi dan bangunan.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 523 KMK. 04 1994 tentang klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak.
5. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP- 533 PJ-6 2000 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek dan
Subjek PBB.
B. Sekilas Tentang Lahirnya Pajak Bumi dan Bangunan.
Dalam rangka pencapaian tujuan negara, yaitu membangun suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa sebagian besar kehidupan rakyat dan perekonomian bercorak agraris maka selanjutnya untuk mewujudkan cita-
cita mulia itu diperlukan adanya pengaturan atas bumi termasuk perairan serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bumi termasuk kekayaan alam yang tekandung di dalamnya adalah merupakan hak negara atau dibawah penguasaan negara yang dipergunakan
seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat. Negara, dalam hal ini pemerintah berkewajiban mengatur atas pemberian hak dan penggunaan bumi oleh
perorangan atau badan, sehingga bagi mereka yang memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung atas bumi itu, wajar bilamana
menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak. Sejak jaman kolonial, kita telah mengenal berbagai
macam pajak yang dikenakan tehadap tanah yang dimiliki dan dikelola rakyat, yang pada masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stanford Rafles
1811-1814 dikenal Landrent yaitu pajak atas tanah yang semata-mata hanya untuk kepentingan penjajah, sehingga hal ini semakin memberatkan beban
bagi rakyat. Setelah penjajahan Inggris berakhir, Indonesia dijajah kembali oleh Belanda, Pajak tersebut diganti dengan nama menjadi “Landrente“
dengan sistem atau cara pengenaan yang sama. Pada jaman Jepang, namanya diganti dengan “Pajak Tanah” dan
setelah Indonesia merdeka, pajak atas tanah masih diberlakukan sampai
Ordonansi Landrent dihapus dan diganti pada tahun 1951 tantang Pajak Peralihan. Sebelum Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan bangunan diberlakukan terhadap tanah yang tunduk pada hukum adat yang dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Prp tahun 1959,
pajak tanah yang tunduk terhadap hukum barat dengan Ordonansi Verponding Indonesia 1923 dan Ordonansi Verponding 1928.
Pelaksanaan pungutan pajak yang terjadi secara tumpang tindih seperti tersebut diatas menimbulkan beban pajak berganda bagi masyarakat serta
tidak efisien dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Garis Besar Haluan Negara GBHN maka perlu
diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang lebih sederhana, mudah pelaksanaannya, adil dan merata, sehingga dapat memberikan kesadaran
membayar pajak bagi masyarakat dan meningkatkan penerimaan pajak. Undang-undang tersebut dikenal dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 1994.
Dengan berlakunya undang-undang tersebut diatas maka undang- undang sebelumnya yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan tidak
berlaku lagi. Undang-undang tersebut adalah: 1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga Tahun 1908
2. Ordonansi Verponding Indonesia Tahun 1923 3. Ordonansi Pajak Kekayaan Tahun 1932
4. Ordonansi Verponding Tahun 1928
5. Ordonansi Pajak Jalan Tahun 1942 6. Pasal 14 Undang-Undang Darurat Nomor 11 Drt. Tahun1957 Tentang
Peraturan Umum Pajak Daerah. 7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Prp. Tahun
1959 Tentang pajak Hasil Bumi. Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan didasarkan pada asas sebagai
berikut: a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
b. Adanya kepastian hukum c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak berganda
C. Tinjauan Umum Atas Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak