b. Jika terdapat perubahan data fisik Objek Pajak, misalnya jika penggabungan atau pemecahan, maka perlu dilakukan pengukuran
ulang atau identifikasi Objek Pajak serta mengadakan perubahan atau perubahan gambar pada konsep peta blok.
c. Menghitung kembali luas bidang Objek Pajak yang berubah berdasarkan hasil pengukuran dilapangan.
d. Memberi Nomor Objek Pajak untuk setiap bidang Objek Pajak secara berurutan dimulai dari sudut kiri atas peta, dan menempelkan disekitar
Nomor Objek Pajak pada Objek Pajak yang ada bangunannya. 4. Pembukuan
a. Mengadakan Perbaikan Buku Induk dan Master File b. Mengadakam perbaikan peta sket.
F. Faktor –Faktor Penyebab Perlunya Diadakan Verifikasi Lapangan
Pelaksanaan verifikasi lapangan objek pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dilaksanakan di wilayah Jakarta Timur Dua.
Dilaksanakannya verifikasi dilapangan tersebut dengan alasan sebagai berikut: 1. Data yang sekarang pada umumnya tidak sesuai lagi dengan keadaan yng
sebenarnya; 2. Semakin pesatnya pembangunan perkotaan yang menyebabkan perubahan
nilai jual terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan; 3. Semakin berkembangnya sektor ekonomi perdagangan sehingga banyak
bangunan yang berubah peruntukkannya.
Untuk memperoleh input yang akan diolah untuk menghasilkan informasi objek pajak yang akan digunakan sebagai dasar pengenaan PBB
maka dibentuklah suatu basis data yang meliputi pendaftaran, pendataan, penilaian serta pengolahan data subjek dan objek PBB dengan menggunakan
bantuan komputer yang dilaksanakan oleh KP PBBB Jakarta Timur Dua atau pihak luar yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Namun data yang terbentuk
sesuai dengan perkembangan kemajuan dan waktu sering mengalami perubahan sehingga perlu disesuikan dengan keadaan sebenarnya dalam
rangka memberikan pelayanan dan rasa keadilan dengan melakukan verifikasi atau pendataan ulang. Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai
berikut: 1. Perubahan Pemilikan Objek Pajak.
Perubahan objek pajak yang dimaksud adalah pengalihan hak atas objek pajak seseorang kepada orang lain yang disebabkan karena berbagai alasan
antara lain: a. Alasan ekonomi
Pemindahan kepemilikan objek pajak ini didorong oleh faktor ekonomi, seperti jual beli, gadai, sewa dan tukar menukar.
b. Hibah wasiat, yaitu pemberian hak atas tanah dan atau bangunan pada orang pribadi atau badan hukum tertentu.
c. Penunjukkan pembeli dalam lelang. d. Pelaksanaan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap yaitu sebagai pelaksana putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap akan terjadi peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum salah satu pihak pada pihak yang
telah ditentukan dalm putusan hakim tersebut. e. Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas
tanah dan bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada penerima hadiah.
Pengalihan hak atas objek pajak diatas menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah harus dilakukan dihadapan
pejabat yang berwenang atau pejabat pembuat akta tanah, tetapi masyarakat pada umumnya menghindari prosedur yang ada. Dengan adanya perubahan
pemilikan yang tidak dilaporkan kepada KP PBB tersebut, maka didalam penetapan pajak selanjutnya masih berdasarkan data yang lama yang otomatis
tidak sesuai lagi dengan keadaan sebenarnya. 2. Perubahan Nilai Jual Objek Pajak
a. Tanah Dasar pengenaan PBB ditentukan dari nilai jual objek pajak yang
diperoleh melalui deskripsi dan ciri-ciri objek pajak yang bersifat teknis dan selalu berubah-ubah yang dapat terjadi atas tanah dan
bangunan. Menurut teori penilaian. Tanah tidak mengalami penyusutan tetapi
nilainya tetap atau bahkan cenderung naik dengan cepat untuk daerah- daerah tertentu yang strategis atau memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. Nilai tanah atau land value merupakan suatu pengukuran nilai
tanah yang didasarkan pada kemampuan tanah secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategis ekonomisnya,
sedangkan harga tanah adalah penilaian atas tanah yang diukur berasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas
tertentu dari tanah tersebut Abdul Rahman, 2000: 9 Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antara nilai
tanah dan harga tanah akan mempunyai hubungan fungsional. Harga tanah akan ditentukan oleh nilai tanah, atau harga tanah akan
mencerminkan tinggi rendahnya nilai tanah. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah adalah
antara lain: 1 Pertambahan dan pengurangan penduduk
Pertambahan penduduk sangat berpengaruh pada nilai tanah karena pertambahan penduduk akan membawa peningkatan permintaan
akan lahan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti: tempat kediaman, kegiatan sosial, aktivitas ekonomi dan lain sebagainya,
sehingga dari tekanan permintaan akan meningkatkan nilai tanah. 2 Keadaan lingkungan
Nilai tanah dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya terhadap
bangunan yang
sedang dan
akan dijalankan
dilingkungannya Abdul Rahman, 2000:25. Pembangunan jalan, jalan raya, lapangan udara dan stasiun kereta api akan membawa
pengaruh terhadap nilai tanah disekitarnya. Dengan adanya sarana
perhubungan yang telah terbangun seperti: pembangunan jalan yang telah selesai dapat meningkatkan nilai tanah disekitarnya.
3 Keadaan ekonomi dan politik Faktor ekonomi dan politik akan membawa pengaruh terhadap
tingkat permintaan terhadap tanah. Pertumbuhan ekonomi dan politik yang positif akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
dalam negeri dan luar negeri untuk berinvestasi, sehingga membawa dampak yang positif terhadap pembangunan secara
otomatis mengakibatkan peningkatan terhadap permintaan akan tanah yang membawa pengaruh terhadap nilai tanah.
b. Bangunan Sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun
1985 Jo, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1994 objek pajak bumi dan bangunan adalah: Bumi dan atau Bangunan. Sebagaimana halnya
dengan tanah, objek bangunan juga harus ditentukan nilai jualnya. Nilai Jual Objek Pajak dihitung berdasarkan biaya pembuatan baru
untuk bangunan tersebut dikurangi dengan penyusutan. Untuk mempermudahkan perhitungan NJOP harus disusun Daftar Biaya
komponen Bangunan DBKB. DBKB terdiri dari tiga komponen yaitu:
1 Komponen utama, meliputi pekerjaan persiapan, pondasi, pekerjaan beton, struktur rangkap atap.
2 Komponen material, meliputi atap, dinding, langit-langit dan lantai.
3 Komponen fasilitas, yaitu komponen yang berfungsi sebagai pelengkap bangunan seperti: kolam renang, lapangan tenis, AC,
Lift, Eskalator, genset dan perkerasan. DBKB berlaku untuk setiap daerah tingkat II dan dapat disesuaikan
dengan perkembangan harga bahan dan upah. Pada dasarnya penetapan NJOP berdasarkan pasal 6 ayat 2 undang-
undang Nomor 12 Tahun 1985 Jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 adalah tiga tahun sekali. Namun demikian untuk
daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan NJOP cukup besar, maka penetapan nilai
jualnya ditetapkan setahun sekali. Oleh karena ketidakstabilan NJOP tersebut, maka perlu dilakukan
pendataan ulang, agar NJOP yang di data sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Perubahan Peruntukkan Tanah Dengan
semakin meningkatnya
perkembangan masyarakat
pembangunan dewasa ini, maka kebutuhan akan lahan semakin meningkat pula. Kebutuhan akan lahan tersebut didorong olah kebutuhan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas
sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran peruntukkan tanah seperti:
a. Perubahan dari tanah sawah menjadi tanah darat yang dipergunakan untuk perumahan dan perkantoran.
b. Perubahan dari tanah rawa menjadi tanah darat yang dipergunakan untuk kegunaan perindustrian dan pemukiman.
c. Perubahan dari peruntukkan tanah perumahan menjadi perkantoran dan perdagangan dan lain sebagainya.
Perubahan peruntukkan tanah dapat menyebabkan NJOP tanah tersebut meningkat pula sehingga perlu dilakukan pendataan agar status tanah dan
jenis penggunaannya sesuai dengan keadaan sebenarnya. 4. Perbaikan Administrasi PBB dalam Rangka Peningkatan Pelayanan
kepada Masyarakat. Dalam rangka mensukseskan tugas penerimaan PBB yang semakin
berat dan penuh tantangan yang ditandai dengan kompleksitas dan ragam wajib pajak yang semakin pandai dan kritis maka diperlukan layanan yang
serba berkualitas dan profesional, dimana keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh aparat atau karyawan yang bertugas sebagai ujung
tombak pelayanan pada wajib pajak. Peningkatan pelayanan tersebut ditandai dengan adanya dan PBB dengan tingkat akurasi yang tinggi,
dimana data-data yang terbentuk disesuaikan dengan keadaan di lapangan dan perkembangan waktu yang terjadi terhadap subjek dan objek pajak.
Untuk menciptakan tertib administrasi PBB yang akurat tersebut
diperlukan suatu sistem manajemen yang mengatur subjek dan objek pajak dalam hal ini yaitu SISMIOP, data-data yang terbentuk dalam SISMIOP
sangat tergantung dengan kegiatan pendataan yang dilakukan oleh petugas.
Basis data subjek dan objek pajak yang telah terbentuk sebelumnya tidak tertutup kemungkinan masih terdapat kesalahan mengenai subjek
maupun objek pajak yang disebabkan oleh kesalahan pendataan maupun kelalaian petugas, disamping itu seiring dengan perkembangan masyarakat
dan kemajuan pembangunan suatu wilayah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan atau penambahan subjek maupun objek pajak,
sehingga basis data yang terbentuk disesuaikan kembali melalui kegiatan pendataan ulang atau verifikasi. Jadi pendataan merupakan salah satu
langkah awal untuk menghasilkan data adminitrasi PBB, yang keakuratannya sangat dipengaruhi kualitas pendataan yang lengkap dan
akurat serta dapat dipertangungjawabkan sehingga akan melahirkan tingkat kepercayaan yang akan menimbulkan kesadaran untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian penerimaan negara dari sektor pajak dalam hal ini yaitu PBB dapat ditingkatkan dan
dioptimalkan setiap tahunnya.
G. Kerangka Pemikiran