BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan KP PBB Jakarta Timur Dua merupakan salah satu unit organisasi Direktorat Jenderal Pajak yang
dalam pelaksanaan tugasnya di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak jakarta IV.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 443KMK.012001 tanggal 23 Juli 2001, maka wilayah kerja KP PBB Jakarta Timur Dua meliputi
6 enam kecamatan dan 37 kelurahan. Sebelumnya, wilayah kerja KP PBB Jakarta Timur meliputi 10 kecamatan. Pada tahun 2002, KP PBB Jakarta
Timur dipecah menjadi KP PBB Jakarta Timur Satu dan KP PBB Jakarta Timur Dua. Wilayah kerja KP PBB Jakarta Timur Dua menjadi 6 kecamatan.
Adapun batas wilayah kerja KP PBB Jakarta Timur Dua sebagai berikut : a. Sebelah Utara: Depok
b. Sebelah Selatan: Depok c. Sebelah Barat: Jakarta Selatan
d. Sebelah Timur: Depok dan Bekasi Wilyah cakupan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur
Dua memiliki data monografi dan statistik sebagai berikut :
Tabel 4.1 Monografi dan Statistik Wilayah Cakupan KP PBB Jakarta Timur Dua
Luas Wilayah :
11.417 Ha
Jumlah Penduduk :
1.120.450 Jiwa
Kepadatan Penduduk :
10.587 Per Km
2
Jumlah Kepala Keluarga :
218.615 KK
Jumlah Kecamatan :
6 Kecamatan
Jumlah Kelurahan :
37 Kelurahan
Jumlah RW :
363 RW
Jumlah RT :
3.807 RT
Jumlah Objek Pajak :
227.518 Objek Pajak
Sumber:Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur Dua
B. Upaya Peningkatan Ketetapan Pokok Melalui Verifikasi Lapangan
1. Gambaran Pelaksanaan Verifikasi Lapangan di Wilayah Jakarta Timur Dua
Kegiatan Verifikasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua diadakan setiap tahun, hal ini
karena adanya keberatan yang diajukan oleh wajib pajak. Kegiatan verifikasi ini dilakukan untuk mencocokan data yang ada pada
administrasi PBB dengan keadaan objek pajak yang sebenarnya di lapangan.
Kegiatan verifikasi lapangan yang dilakukan merupakan kelanjutan dari kegiatan pemutakhiran atau pemeliharaan data SISMIOP yang pernah
dilakukan pada tahun sebelumnya terhadap kecamatan-kecamatan lain di wilayah KP PBB Jakarta Timur Dua yang bertujuan untuk penyempurnaan
data objek dan subjek PBB. Jumlah pendata atau fiskus yang dikerahkan untuk pelaksanaan verifikasi di tiap kelurahan adalah berjumlah 2 sampai
3 orang. 2. Hasil Pelaksanaan Verifikasi Lapangan di Wilayah Jakarta Timur Dua.
Secara singkat diatas telah diuraikan tentang gambaran umum pelaksanaan pendataan dengan verifikasi data objek dan subjek PBB yang
telah dilaksanakan di wilayah Jakarta Timur Dua. Kegiatan verifikasi ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan pendataan awal yang
sebelumnya pernah dilakukan di wilayah tersebut, sehingga telah menghasilkan data baru objek PBB dan selanjutnya akan digunakan
sebagai dasar dalam menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak terutang SPPT untuk tahun pajak 2006. Pada dasarnya data yang dihasilkan dalam
pelaksanaan verifikasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Data objek pajak, yang muncul disebabkan adanya perubahan letak
administrasi pemerintah seperti: perubahan RT dan RW, selain itu perubahan letak objek yang disebabkan adanya perubahan alamat
objek pajak yang terdiri dari nama jalan atau nomor rumah. Perubahan-perubahan ini kemudian diberi tanda pada peta blok baru
sebagai revisi dari peta blok yang telah mengalami perubahan. b. Data wajib pajak, yang muncul disebabkan banyaknya objek pajak
yang melakukan mutasi sehinga identitas wajib pajak berubah, seperti
perubahan status wajib pajak atau perubahan nama wajib pajak. Perubahan status wajib pajak, misalnya: pada awalnya PBB dibayar
oleh pengontrak, karena objek pajak telah dibeli maka status wajib pajak berubah dari pengontrak menjadi pemilik. Sedangkan perubahan
nam wajib pajak disebabkan karena wajib pajak melakukan balik nama SPPT PBB.
c. Data tanah, yang meliputi: perubahan luas tanah dan jenis penggunaan. Perubahan luas tanah merupakan faktor penting dalam menentukan
besarnya jumlah ketetapan PBB. Oleh karena itu perubahan luas tanah harap dibuatkan SPOP baru untuk diperbaiki datanya. Hasil verifikaasi
dapat dilihat pada tablel berikut :
Tabel 4.2 Daftar Luas Tanah Per Kelurahan Hasil Verifikasi
No Kelurahan
Luas Tanah M
2
1 Pekayon
2.754 2
Cijantung 8.676
3 Gedong
9.518 4
Kalisari 17.653
5 Cipayung
2.967 6
Cilangkap 11,825
7 Bambu Apus
2,484 8
Lubang Buaya 1,382
9 Cawang
1,088 10
Cililitan 2,085
11 Makasar
307 12
Pinang Ranti 151
13 Cipinang Melayu
391 14
Pondok Bambu 833
15 Pondok Kelapa
8,963 16
Klender 2,402
17 Duren Sawit
874 18
Pondok Kopi 176,607
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur d. Data bangunan, yang meliputi jumlah bangunan, jenis penggunaan,
luas bangunan dan tahun bangunan atau tahun direnovasi. Perubahan data bangunan ini juga sangat mempengaruhi besarnya jumlah
ketetapan PBB. Dari perubahan-perubahan data bangunan tersebut yang paling dapat mempengaruhi besarnya ketetapan PBB adalah luas
bangunan, tahun bangunan atau tahun renovasi, hal ini sebagai akibat
meningkatnya pendapatan masyarakat di wilayah Jakarta Timur Dua, sehingga banyak wajib pajak yang melakukan renovasi terhadap objek
pajaknya, salah satunya yaitu dengan menambah jumlah lantai pada bangunannya. Oleh karena itu dengan bertambahnya jumlah lantai,
maka luas bangunan bertambah. Tabel 4.3
Daftar Luas Bangunan Per Kelurahan Hasil Verifikasi No
Kelurahan Luas Bangunan M
2
1 Pekayon
4,432 2
Cijantung 12,779
3 Gedong
4,946 4
Kalisari 6,204
5 Cipayung
1,973 6
Cilangkap 5,104
7 Bambu Apus
4,359 8
Lubang Buaya 8,046
9 Cawang
9,802 10
Cililitan 15,166
11 Makasar
19,663 12
Pinang Ranti 24,984
13 Cipinang Melayu
12,386 14
Pondok Bambu 1,156
15 Pondok Kelapa
790 16
Klender 1,920
17 Duren Sawit
8,600 18
Pondok Kopi 2,627
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur
Tiap-tiap perubahan yang terjadi pada objek pajak seperti yang telah disebutkan di atas, maka harus dibuatkan SPOP baru untuk kemudian
diperbaiki datanya pada adaministrasi PBB di KP PBB Jakarta Timur Dua. SPOP-SPOP perbaikan tersebut kemudian diteliti dan dilakukan
pembundelan SPOP beserta pendukungnya. Setelah diteliti dan dibundel, data yang ada pada SPOP direkam ke dalam komputer. Hasil dari
perekaman tersebut akan berwujud DHR Daftar Hasil Perekaman yang kemudian akan divalidasi oleh petugas yang berwenang. Validasi DHR ini
dimaksudkan untuk memeriksa kebenaran perekaman data informasi objek dan subjek dari SPOP ke dalam komputer.
Dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah selesainya verifikasi lapangan, menghasilkan produk-produk keluaran yaitu berupa
bundel SPOP, peta blok, peta kelurahan dan DHR yang telah divalidasi. Selanjutnya untuk penerbitan SPPT tahun 2006, data yang diperoleh dari
hasil verifikasi data objek PBB dilapangan tercatat dalam SPOP akan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan besarnya jumlah ketetapan
PBB yang baru, beserta nama wajib pajak dan letak atau alamat objek pajaknya.
Pendataan subjek dan objek PBB melalui kegiatan verifikasi objek di lapangan yang dilaksanakan oleh KP PBB Jakarta Timur Dua dalam
rangka pemeliharaan basis data SISMIOP, yang bertindak sebagai penanggungjawab pendataan adalah Kepala KP PBB Jakarta Timur Dua,
sedangkan pengawas pelaksanaannya adalah kepala seksi pendataan dan
penilaian. Pelaksanaan verifikasi dilaksanakan oleh 15 petugas pendata yang ditugaskan di tiap-tiap kelurahan yang terdiri dari 2 sampai 3 orang
petugas pendata dengan prestasi kerja mampu mendapatkan data baru hasil verifikasi lapangan sebanyak 20 objek pajak perhari atau perkelurahan.
Pelaksanaan verifikasi objek pajak yang dilaksanakan ini, antara lain mempunyai maksud untuk melengkapi dan menyempurnakan data
yang sudah ada baik data subjek maupun data objek pajak sekaligus untuk menentukan jumlah ketetapan PBB untuk tahun pajak yang akan datang.
Jika di 18 kelurahan tersebut masih menggunakan data lama hasil pendatan tahun 1997, berarti data yang dipakai sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan yang sebenarnya, dimana objek pajak sudah mengalami perubahan dan perkembangan, artinya banyak NJOP yang mengalami
kenaikan. Kegiatan verifikasi yang dilakukan di wilayah Jakarta Timur Dua
dalam rangka pemutakhiran atau pemeliharaan basis data SISMIOP, adanya peningkatan data jumlah objek, luas tanah dan luas bangunan, serta
jumlah ketetapan disajikan pada tabel beriku :
Tabel 4.4 Jumlah OP, Luas Areal dan Ketetapan Pokok Sٍebelum Verifikasi
Sebelum Verifikasi
No Kelurahan
Jumlah OP
Luas Tanah Luas
Bangunan Ketetapan Pokok
1 Pekayon
6,260 2,039,070
624,075 3,267,991,457
2 Cijantung
5,930 1,400,975
436,956 831,364,407
3 Gedong
5,589 1,516,322
403,386 1,846,603,023
4 Kalisari
7,401 1,725,364
384,570 788,668,916
5 Cipayung
4,601 1,913,421
227,978 972,373,591
6 Cilangkap
4,288 2,375,829
161,380 1,326,462,315
7 Bambu Apus
4,622 2,300,435
225,352 1,706,384,858
8 Lubang Buaya
8,921 3,042,034
496,297 1,638,386,587
9 Cawang
4,712 1,409,024
802,209 3,139,058,299
10 Cililitan
6,161 1,319,138
721,731 1,060,123,525
11 Makasar
5,190 962,962
359,524 553,599,280
12 Pinang Ranti
2,811 1,260,054
216,451 1,312,573,013
13 Cipinang Melayu
6,836 1,846,026
683,385 1,477,905,114
14 Pondok Bambu
10,721 2,876,617
993,260 2,974,057,554
15 Pondok Kelapa
14,111 4,242,512
1,242,322 3,774,555,465
16 Klender
9,421 2,064,512
913,314 1,913,440,415
17 Duren Sawit
11,517 3,339,251
1,041,080 2,753,603,431
18 Pondok Kopi
6,130 1,618,825
464,168 973,403,881
Total 125,222
37,252,371 10,397,438
32,310,555,131
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur
Tabel 4.5 Jumlah OP, Luas Areal dan Ketetapan Pokok Sesudah Verifikasi
Sesudah Verifikasi
No Kelurahan
Jumlah OP
Luas Tanah
Luas Bangunan
Ketetapan Pokok
Peningkatan
1 Pekayon
6,285 2,041,824
628,507 3,634,855,205
11.23 2
Cijantung 6,111
1,409,651 449,735
1,094,855,180 31.69
3 Gedong
5,656 1,525,840
408,332 2,175,785,069
17.82 4
Kalisari 7,683
1,743,017 390,774
1,029,756,043 30.57
5 Cipayung
4,649 1,916,388
229,951 1,373,736,449
41.28 6
Cilangkap 4,392
2,367,654 166,484
1,997,602,934 50.59
7 Bambu Apus
4,675 2,302,919
229,711 2,403,495,943
40.83 8
Lubang Buaya 9,077
3,013,416 504,343
2,184,818,634 33.35
9 Cawang
4,813 1,405,112
812,011 3,021,225,714
9.62 10
Cililitan 6,369
1,321,223 736,897
1,570,491,750 48.14
11 Makasar
5,389 963,269
379,187 708,991,750
28.07 12
Pinang Ranti 2,887
1,260,205 241,435
1,788,193,615 36.24
13 Cipinang Melayu
6,923 1,846,417
695,771 1,893,056,581
28.09 14
Pondok Bambu 10,801
2,877,450 992,416
3,013,497,331 13.26
15 Pondok Kelapa
14,870 4,251,475
1,243,112 3,895,471,541
32.04 16
Klender 9,915
2,066,914 915,234
2,011,345,972 51.17
17 Duren Sawit
11,811 3,340,125
1,049,680 2,815,975,402
22.65 18
Pondok Kopi 6,290
1,795,432 466,795
1,001,787,591 29.15
Total 128,596
37,448,331 10,540,375
37,614,942,704 16.42
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur Dengan melihat perubahan data objek pajak dan pokok ketetapan seperti
yang tertulis pada daftar tabel diatas, dapat dilihat bahwa setelah adanya kegiatan verifikasi lapangan ini, jumlah objek pajak, luas areal, dan pokok
ketetapan mangalami perkembangan, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Peningkatan jumlah objek pajak Berdasarkan daftar diatas terlihat bahwa ada kenaikan potensi PBB yang
disebabkan adanya kegiatan verifikasi. Menurut data sebelum dilakukan verifikasi, jumlah objek pajak hanya terdapat 125.222 dan setelah
diadakan verifikasi jumlah objek pajak naik sebesar 2,7. Kenaikan jumlah objek pajak ini disebabkan antara lain terjaringnya objek-objek
baru yang sebelumnya belum dikenakan PBB. Tabel 4.6
Daftar Jumlah Objek Pajak Hasil Verifikasi Lapangan
No Kelurahan
Jumlah OP
1 Pekayon
25 2
Cijantung 181
3 Gedong
67 4
Kalisari 282
5 Cipayung
48 6
Cilangkap 104
7 Bambu Apus
53 8
Lubang Buaya 156
9 Cawang
101 10
Cililitan 208
11 Makasar
199 12
Pinang Ranti 76
13 Cipinang Melayu
87 14
Pondok Bambu 80
15 Pondok Kelapa
759 16
Klender 494
17 Duren Sawit
294 18
Pondok Kopi 160
Total 3,374
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur
Kenaikan jumlah objek pajak yang hanya sebesar 2,7 dari jumlah objek pajak tahun yang lalu memang hanya akan memberikan kontribusi
yang kecil terhadap peningkatan ketetapan pokok, namun hal tersebut justru merupakan keberhasilan tersendiri bagi Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua yang ada diwilayahnya. Selain itu upaya KP PBB Jakarta Timur Dua dalam pemerataan pengenaan PBB bagi
seluruh masyarakat kotamadya Jakarta Timur Dua. Secara keseluruhan jumlah objek pajak yang ada di tiap kelurahan mengalami peningkatan.
Dengan demikian semakin banyak jumlah objek pajak yang dikenakan PBB, derajat pemerataan pengenaan PBB menjadi semakin tinggi terhadap
subjek pajak, maka prinsip keadilan dalam perpajakan akan dapat terpenuhi.
b. Peningkatan luas area Tabel 4.7
Daftar Luas Tanah dan Luas Bangunan Hasil Verifikasi Lapangan
Luas Tanah M
2
Luas Bangunan M
2
Kelurahan Data Lama
Data Baru Data Lama
Data Baru Pekayon
2,039,070 2,041,824
624,075 628,507
Cijantung 1,400,975
1,409,651 436,956
449,735 Gedong
1,516,322 1,525,840
403,386 408,332
Kalisari 1,725,364
1,743,017 384,570
390,774 Cipayung
1,913,421 1,916,388
227,978 229,951
Cilangkap 2,375,829
2,367,654 161,380
166,484 Bambu Apus
2,300,435 2,302,919
225,352 229,711
Lubang Buaya 3,042,034
3,013,416 496,297
504,343 Cawang
1,409,024 1,405,112
802,209 812,011
Cililitan 1,319,138
1,321,223 721,731
736,897 Makasar
962,962 963,269
359,524 379,187
Pinang Ranti 1,260,054
1,260,205 216,451
241,435 Cipinang Melayu
1,846,026 1,846,417
683,385 695,771
Pondok Bambu 2,876,617
2,877,450 993,260
992,416 Pondok Kelapa
4,242,512 4,251,475
1,242,322 1,243,112
Klender 2,064,512
2,066,914 913,314
915,234 Duren Sawit
3,339,251 3,340,125
1,041,080 1,049,680
Pondok Kopi 1,618,825
1,795,432 464,168
466,795
Total 37,252,371
37,448,331 10,397,438
10,540,375
Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian KP PBB Jakarta Timur Adanya peningkatan luas tanah dan luas bangunan yang dikenakan
PBB ini menunjukkan bahwa semakin banyak potensi PBB yang ada di wilayah Jakarta Timur Dua telah tergali untuk menunjang sektor
penerimaan. Peningkatan luas tanah tidak akan memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan jumlah ketetapan jika nilai tanah yang
ada mengalami penurunan. Oleh karena itu, selain pelaksanaan verifikasi
lapangan yang dilakukan oleh KP PBB Jakarta Timur Dua yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan basis data PBB ini, juga
harus diikuti oleh kegiatan penyempurnaan ZNT NIR, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatan nilai tanah yang ada sesuai dengan
perkembangan pasar. Dengan adanya kenaikan nilai tanah, peningkatan luas tanah yang diperoleh dari hasil pelaksanaan verifikasi di lapangan
akan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan ketetapan pokok PBB di wilayah Jakarta Timur Dua. Selain itu dengan adanya
peningkatan luas tanah tersebut KP PBB Jakarta Timur Dua juga telah melakukan prinsip keadilan dalam pemerataan perpajakan.
c. Peningkatan ketetapan pokok PBB Dengan semakin banyaknya jumlah OP dan luas yang dikenakan PBB,
maka secara otomatis ketetapan pokok yang lama akan meningkat karena data objek pajak yang baru baik tanah maupun bangunan yang mungkin
selama belum dikenakan PBB melalui kegiatan verifikasi objek – objek pajak yang ada dapat terjaring.
Berdasarkan ketetapan pokok dari data yang lama yaitu sebesar Rp. 32.310.555.131,- sehingga, naik menjadi sebesar Rp. 37.614.942.704,-
dapat dikatakan bahwa ketetapan pokok di wilayah Jakarta Timur Dua mengalami peningkatan sebesar 16,42.
3. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Verifikasi Lapangan di Wilayah Jakarta Timur Dua dan Upaya Penyelesaian Masalahnya.
Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa KP PBB Jakarta Timur Dua berusaha memperbaharui data PBB dengan mengadakan pendataan yang
selanjutnya akan meningkatan ketetapan pokok PBB Jakarta Timur Dua. Namun demikian dalam pelaksanaan pendataan di wilayah KP PBB
Jakarta Timur Dua tidak terlepas dari beberapa masalah yang harus dihadapi baik dalam pelaksanaan teknis maupun non teknis yang
mengganggu kelancaran pelaksanaannya. Masalah yang dihadapi dapat diakibatkan karena kondisi wajib pajak dan tingkat pengetahuannya yang
berbeda-beda atau karena faktor lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan dialog dengan petugas pendata,
penulis menemukan beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pendataan antara lain sebagai berikut:
a. Faktor hambatan intern 1 Terbatasnya tenaga kerja
Pelaksanaan pendataan
dengan verifikasi
lapangan memerlukan aparatur pendata yang berkualitas yang mampu dan
serta memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendataan sehingga diharapkan kualitas hasil pendataan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masalahnya jumlah
pelaksana yang ada pada KP PBB Jakarta Timur Dua tidak sebanding dengan jumlah objek pajak yang akan didata, untuk
mengatasi hal ini ada beberapa upaya penyelesaianya, yaitu:
a Mengikutsertakan dan memanfaatkan tenaga-tenaga pendata
dari mahasiswa yamg sedang melaksanakan PKL. b
Mengambil tenaga lulusan SMA STM Bangunan apabila pekerjaan ada melebihi kemampuan tenaga yang tersedia.
c Mengadakan pelatihan secara intensif terhadap tenaga-tenaga
musiman harian KP PBB Jakarta Timur Dua oleh tenaga yang sudah profesional tenaga fungsional yang sudah
berpengalaman. 2 Terbatasnya waktu dan biaya
Secara garis besar biaya untuk pelaksanaan pendataan dalam rangka pemeliharaan basis data terdiri atas 5 kelompok, yaitu:
pekerjaan persiapan, pekerjaan lapangan, pekerjaan kantor, sarana pendukung dan kegiatan pembianaan serta dengan biaya yang
terbatas harus dapat dikelola sebaik-baikanya sehingga efektivitas dan efisiensi akan tercapai, upaya yang dapat dilakukan
menciptakan efektifitas dan efisiensi tersebut adalah sebagai berikut:
a Membuat perencanaan kerja berupa time schedule yang
akurat sebelum pelaksanaan pendataan dimulai, sehingga pada saat pelaksanaan pendataan dilapangan sesuai dengan
yang diharapakan yaitu efektifitas dan efisiensi. b
Memperhitungkan jumlah tenaga pelaksana dan biaya yang akan dikeluarkan serta mengasumsikan biaya tak terduga.
c Kurangnya koordinasi antara KP PBB Jakarta Timur Dua
dengan instansi terkait. Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan
diperlukan koordinasi dengan beberapa instansi pemerintahan antara lain dalam hal ini yaitu Badan Pertahanan Nasional BPN,
Pemda Setempat Jakarta Timur, kelurahan, RT RW. Disini peranan aparat BPN mengambil andil sebagai pendukung dalam
pelaksanaan tugas pendataan di kecamatan Cipayung dirasakan sangat kurang. Misalnya pada waktu pelaksanaan pendataan
terbentur dengan proses adjudikasi yaitu proses penerbitan sertifikasi tanah secara massal untuk satu atau sebagian daerah
administrasi tertentu, sehingga RTRW setempat tidak mau didata karena mereka takut adanya perbedaan luas tanah hasil pendataan
dengan pengukuran BPN. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus menunggu hasil
pengukuran di BPN terhadap luas tanah. Apabila hasil pengukuran tersebut tidak dapat ditunggu maka masyarakat wajib pajak
diberikan penjelasan bahwa tanah dan bangunan masih menggunakan data yang lama, jika tidak ada perubahan atau yang
berubah hanya komponen material bangunan saja. Dilain pihak nampak kurangnya koordinasi antara KP PBB Jakarta Timur Dua
dengan aparatur pemerintah dari kecamatan, kelurahan, RT RW setempat, ini terlihat dari kurang siapnya masyarakat untuk
dilakukan pendataan. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi jauh hari sebelum dilakukan pendataan agar masyarakat wajib pajak
mempersiapkan segala sesuatunya. b. Faktor Hambatan Ekstern
Adapun hambatan-hambatan ekstern yang dihadapi dalam melaksanakan verifikasi lapangan di kecamatan Pasar Rebo dan
kecamatan Cipayung, yaitu: 1 Wajib pajak sulit ditemui.
Pelaksanaan pendataan sering terhambat dikarenakan wajib pajak sulit ditemu. Penyebab wajib pajak sulit ditemui karena
wajib pajak tersebut berdomisili tetap diluar daerah atau wajib pajak sibuk dengan pekerjaannya dan selalu pulang malam hari.
Hambatan ini mengakibatkan sulitnya pendataan karena untuk membubuhkan tanda tangan dan minta keterangan wajib pajak
diperlukan waktu yang cukup lama, disamping itu dalam pengukuran suatu objek pajak batas-batas bidang miliknya tidak
jelas. Maka upaya yang dapat dilakukan dengan melalui pendektan dengan ketua RT RW atau kader.
2 Objek pajak tidak diketahui pemiliknya Hal ini sering terjadi karena berubahnya kepemilikan tanah
yaitu pengalihan hak atas tanah seseorang kepada orang lain yang biasanya dikarenakan jual beli, gadai, sewa, dan sebagainya.
Pengalihan hak atas tanah seharusnya dilakukan dihadapan PPAT,
Camat dan Kepal Desa. Tetapi sebagian masyarakat menghindari biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan akta di bawah
tangan tanpa melaporkan kepada yang berwenang sehingga sulit mencari siapa pemilik yang sebenarnya. Keadaan ini banyak terjadi
pada tanah kosong kapling dengan batas yang tidak jelas. 3 Kesadaran dan kurangnya pengetahuan wajib pajak
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan wajib pajak dalam hal perpajakan tentu saja akan menyulitkan petugas pendata untuk
memperoleh data yang benar tentang objek pajak yang diukur. Penyebabnya adalah karena subjek atau wajib pajak merasa
ketakutan didatangi oleh petugas karena takut disalahgunakan walaupun petugas sudah menjelaskan maksud dan tujuan
pendataan ini secara panjang lebar dan menunjukkan identitas pendata, disamping itu adapula subjek atau wajib pajak yang
memang tidak mau sama sekali untuk didata karena takut pembayaran PBBnya terlalu besar kalau benar-benar diukur.
Dalam kasus seperti ini kita dapat mempergunakan asumsi sebagai seorang penilai untuk memperkirakan luas tanah dan
bangunan tersebut, tetapi diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dengan data yang sebenarnya. Selanjutnya di dalam SPOP tidak
perlu di tanda tangani oleh wajib pajak dan diberi keterangan wajib pajak tidak mau di data atau tidak mau tanda tangan.
4 Sengketa Sengketa bisa terjadi karena dua sebab yaitu warisan dan
adanya kesalahpahaman terhadap SPPT. Sengketa karena warisan ini menyebabkan sulitnya pelaksanaan pendataan karena tidak jelas
siapa sebenarnya yang memiliki atau memanfaatkan SPPT sebagai bukti pembayaran wajib pajak, biasanya terjadi pada masyarakat
pedesaan. Anggapan mereka bahwa SPPT merupakan bukti kepemilikan ini semakin kuat, dengan ditunjang banyaknya
birokrasi pemerintahan yang dikaitkan dengan SPPT dan STTS. Untuk sengketa karena masalah warisan, petugas belum bisa
melanjutkan pengukuran, tapi dengan menunggu keputusan baik dari pengadilan ataupun dari kelurahan. Dalam hal penyebab
sengketa adalah karena perbedaan pemahaman SPPT sebagai bukti kepemilikan dan dan bukti pembayaran pajak, maka penyuluhan
kepada masyarakat perlu lebih diintersifikasikan dengan dukungan dari pemerintah daerah dan KP PBB setempat agar SPPT sebagai
bukti pembayaran pajak benar-benar dipahami oleh wajib pajak.
C. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KP PBB Jakarta Timur Dua.