Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 tidak diberi gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan kehidupan mereka beserta keluarganya dan untuk melemahkan dana kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu. Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. 3 Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia sebagaimana dikutip di situs www.voaindonesia.com, beliau mengatakan, “meski jumlah zakat yang dihimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.” Ia menyatakan bahwa jika dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi besar itu, dana yamg terkumpul baru sekitar Rp 1,8 triliun. Sri Adi memperkirakan, angka tersebut disebabkan karena perusahaan-perusahaan besar dan masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam menunaikan zakat. 4 Fenemona di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh BAZNAS ataupun Lembaga Amil Zakat yang ada di Indonesia. BAZNAS harus menjadi fasilitator antara duafa dan para aghniya, sehingga potensi zakat di Indonesia bisa dimaksimalkan sebaik mungkin. Karena berdasarkan data yang didapat pada tahun 2011, Lembaga Amil Zakat sekelas Dompet Dhuafa saja baru mampu mengumpulkan dana zakat sekitar 75 milyar pertahun, pada tahun yang sama BAZNAS baru mampu mengumpulkan dana zakat sekitar 30 milyar. Hal ini menunjukkan perlunya 3 M Arifin Purwakananta dkk, Gerakan Zakat Untuk Indonesia Jakarta: Khairul Bayan Press, 2008 h. 59 4 Budi Nahaba, “Potensi Zakat Bisa Capai Rp 300 T Per Tahun,” artikel diakses pada 9 Agustus 2014 dari m.voaindonesia.coma1455819.html 5 perhatian dari para praktisi zakat dan juga BAZ maupun LAZ agar bisa memaksimalkan aktifitas penghimpunan. Karena ketika kita membahas potensi zakat kemudian dikaitkan dengan BAZNAS, maka fokus perhatian kita akan tertuju pada aktifitas penghimpunan di lembaga itu sendiri. Untuk meraih hasil yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya untuk disalurkan kembali kepada yang berhak menerimanya, maka menjadi suatu keniscayaan bagi setiap Lembaga Zakat agar aktifitas penghimpunan dikelola dengan manajerial yang baik dan profesional. Mengelola aktifitas penghimpunan yang baik, maka dibutuhkan manajemen yang baik, karena menggalang dan menghimpun dana bukanlah hal yang mudah, banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada proses manajemen dalam menjalankan penghimpunan, dari mulai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dari aspek perencanaan saja Adrean Sargeant dan Eliane Jay mengemukakan setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu “Where are we now, where do we want to be and how are we going to get there. ” 5 Mereka menyebutkan bahwa dalam merencanakan penghimpunan poin-poin yang harus diperhatikan adalah organisasi harus mengetahui keadaan lingkungan dimana organisasi itu berada, kemudian objek penghimpunan kita segmentasinya siapa, apakah individu, perusahaan atau yayasan, setelah semuanya dilakukan maka lembaga atau organisasi membuat strategi dan taktik yang akan digunakan dalam penghimpunan untuk mencapai target yang telah ditentukan. 5 Adrean Sargeant dan Eliane Jay, Management Fundraising New York: Taylor Francis e- library, 2004, h. 19. 6 BAZNAS merupakan salah satu lembaga zakat yang telah berkiprah kurang lebih 13 tahun dalam pengelolaan zakat. BAZNAS merupakan badan amil zakat nasional yang konsen terhadap pemberdayaan generasi penerus bangsa, melalui jargon gerakan cinta yatim dan dhuafa Indonesia yang kemudian diejawantahkan dalam berbagai program yang mengutamakan pendidikan dan pembinaan anak duafa dan yatim. Namun apabila kita melihat laporan keuangan BAZNAS pada tahun 2013. 6 BAZNAS baru bisa mengumpulkan dana zakat kurang lebih 25 milyar, jelas ini masih jauh dari harapan, apabila melihat potensi zakat yang ada di Indonesia. Dengan tanggung jawab yang besar dalam membina generasi bangsa dan menjamin kehidupan yang layak untuk mereka, dan telah berdirinya asrama- asrama yatim yang tersebar di setiap kota yang ada Indonesia serta didirikannya lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sangar belajar hal ini jelas membutuhkan kecakapan dalam mencari dan mengelola dana zakat, agar sarana tersebut bisa benar-benar bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan pembinaan anak-anak yang berada dibawah naungan BAZNAS. Manajemen yang baik dalam proses penggalangan dana adalah suatu keniscayaan yang harus dilaksanakan oleh BAZNAS supaya segala sesuatu yang telah diprogramkan bisa terlaksana secara efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen penghimpunan di Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS yang kemudian penulis masukan dalam sebuah judul skripsi yaitu : Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. 6 Dokumentasi BAZNAS 7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai manajemen Penghimpunan memiliki cakupan yang sangat luas, agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada Manajemen Penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalahnya adalah: a. Bagaiman fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS yang diterapkan Pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. b. Bagaiman langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Penghimpunan Pada Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. b. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah : 8 a. Ilmu Pengetahuan, Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang zakat, infak dan sedekah secara umumnya dan dalam penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada khususnya. b. Manfaat akademik, yakni hasil dari penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan, inspirasi, serta pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi dalam manajemen pengumpulan dana yang baik. c. Manfaat praktis, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam pemberdayaan masyarakat setempat bagi lembaga yang bersangkutan. d. Lembaga terkait, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi BAZNAS secara umum, dan menjadi bahan kajian Divisi Penghimpunan yang menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum tercapai secara optimal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Di mana yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diambil didokumentasikan. Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara seutuhnya. 9

2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena data yang ditampilkan berupa kata-kata, bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan diberi berbagai kutipan data untuk memberikan gambaran atas laporan tersebut. Data tersebut bisa bersumber dari hasil wawancara, observasi, memo, dan dokumentasi lainnya.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS terhitung sejak bulan Februari sampai dengan April 2014 . 4. Teknik Pemilihan Informasi Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka dalam pemilihan informan dapat menentukan informasi kunci tertentu yang syarat informasinya sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat, maka dilakukan dengan sengaja, yaitu peneliti memilih dan menetukan orang-orang yang dapat menjadi informan untuk diwawancarai. 5. Sumber Data Sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Data primer, yakni data utama yang terdiri dari kata – kata dan tindakan. Data primer biasanya digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara dengan responden di lapangan dan hasil observasi pada subjek penelitian. b. Data sekunder, yakni data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip, serta dokumen milik Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. 10

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data – data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research, dimana peneliti datang langsung ke Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut : a. Observasi Istilah observasi berasal dari bahasa latin, yang berarti melihat dan memperhatikan. Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu- ilmu sosial, cara ini biasanya hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data dan menilai lingkungan yang dilihat. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala hal yang terkait dengan masalah mengenai strategi penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS. b. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidik. Dalam peneitian ini, penulis melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber di Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS yaitu dengan bapak Natsir Tajug selaku Manajer Divisi Penghimpunan. c. Dokumentasi