Bentuk-bentuk Dakwah Metode Dakwah

26 c. Dakwah bi al-Qalam Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet, Koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Serta tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. 23 Dakwah bi al-qalam ini sebenarnya sudah dimulai serta dikembangkan oleh Rasullah SAW sejak awal kelahiran dan kebangkitan Islam melalui pengiriman surat-surat dakwah kepada para kaisar, raja dan para pemuka masyarakat. 24 Maka dakwah bi al-Qalam ini merupakan bentuk dakwah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

B. Tujuan Dakwah dan Landasan Dakwah

Tujuan dakwah adalah salah satu faktor yang sangat penting dengan tujuan itukah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah. 25 Sedangkan tujuan dari kegiatan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara, dan antara negara. Dakwah juga bertujuan memanggil, kepada fungsi hidup, sebagai hamba Allah SWT, di atas dunia terbentang luas ini yang berisikan berbagai macam manusia dan kepercayaannya, yakni fungsi 23 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009,h.11 24 Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah Ciputat: Lembaga Penelititan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010,h.53 25 Hasanudin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 33 27 sebagai syuhada „ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah SWT. 26 Adapun Ki Moesa A. Machfoeld dalam bukunya Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, tujuan dari dakwah adalah untuk membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah SWT tersebut bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada di jalan-Nya. 27 Syekh Ali Mahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara, yaitu : 1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya. 2. Memindahkan hati dari kesadaran yang jelek kepada kesadaran yang baik. 3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum muslimin. 4. Menolak faham Atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja 5. Menolak Syubhat-Syubhat, Bid’ah dan Khutafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu Ushulludhin. 28 Selain itu, dakwah juga bertujuan untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan, ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerangan agama. 29 26 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, Gema Insani Press, 1999, Cet. Ke-1, h. 70 27 A. Machfoeld, Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, h. 15 28 Hasanudin, Hukum Dakwah tinjauan aspek dalam berdakwah di Indonesia, h. 34 29 Arifin M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Cet. Ke-5, h. 54 28 Adapun dari uraian di atas, tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia, dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang yang baik. 30 Serta dapat menuntut manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat dan terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika hidup maupun mati.Dan karenanya untuk bisa memperoleh semua ini, manusia membutuhkan pedoman yang dapat menuntun kehidupan mereka.

C. Pengertian Ustadz

Kata Ustadz berasal dari bahasa Arab yaitu “ustadzun’ yang mengandung arti seorang guru laki- laki atau “ustadzatun” yang mengandung arti seorang guru perempuan. 31 Realita yang ada khusunya di Indonesia, kata “ustadz dan Ustadzah” digunakan sebagai julukan seorang laki-laki atau seorang perempuan yang terlihat alim, rajin ke mesjid atau musholla baik untuk mengikuti sholat berjamaah maupun mengikuti pengajian rutin dan juga dapat memimpin doa baik berdo’a setelah shalat maupun selepas kegiatan keagamaan seperti tahlilan, syukuran, selamatan dan lain-lain sebagainya. Julukan ustadz atau ustadzah sepatutnya diberikan kepada guru, baik guru TPA, guru privat, guru pengajian, maupun gur-guru SD, SLTP, SMA, dan perguruan tinggi jika dilihat dari segi arti juga patut diberi julukan ustadz atau ustadzah. Akan teteapi dari segi etimologis julukan ustadz dan ustadzah lebih tepat jika diberikan kepada seorang guru yang ahli atau 30 M. Ali Aziz, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. Ke-1, h. 5 31 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah, 1989,h. 40.