Pengertian Metode Dakwah Metode Dakwah

18 menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia nasihat diartikan sebagai memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Atau mengatakan sesuat yang benar dengan cara “melunakan hati”. Orang yang menyampaikan nasihat disebut nashih d. Fatwa, yaitu pemberian uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya berupa berita-berita menggembirakan orang yang menerimanya seperti berita janji Allah dengan pahala dan surga kepada orang yang selalu beriman dan bertaqwa. Istilah ini hampir sama dengan tarhib yaitu menerangkan ajaran agama yang dapat menyenangkan hati dan dapat memberikan semangat untuk mengamalkannya bagi orang yang menerimanya. e. Tandzir, yaitu menyampaikan ajaran agama Islam kepada orang lain yang isinya berupa peringatan, atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar syariat Allah dengan harapan orang tersebut berhenti dari perbuataan tersebut. Orang yang memberikan Tandzir disebut Nadzir.

4. Macam-Macam Metode Dakwah

Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al- Qur’an surat An-Nahl ayat 125 :                           “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan 19 pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”. QS.An-Nahl ; 125 Pada ayat tersebut mengadung arti tentang cara menjalankan dakwah atau seruan terhadap manusia, agar mereka berjalan diatas jalan Allah dengan memakai tiga macam cara, yaitu : a. Metode Al-Hikmah kebijaksanaanadil Kata “Hikmah” sering disebut dalam Al-Quran baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “Hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah.Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, jika dikaitkan dengan dakwah berarti maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melakukan tugas dakwah. Al- Hikmah juga sering diartikan sebagai al’adl keadilan, al- haq kebenaran,al-ilmu pengetahuan terakhir dan nubuwwah kenabian. Disamping itu, al-Hikmah juga diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada porsinya. Hikmah dalam bahasa Arab berarti kebijaksaan, pandai, adil, lemah lembut, kenabian sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan, keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana yaitu suatu pendekatan hikmah sering kali pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwah kan atas kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan. 13 13 Hamka, Tafsir Al-azhar, Jakarta : Pustaka Panjimas,1983, h.321. 20 Menurut M.Abduh, seperti yang dikutip H.Munzier Suparta, M.A dalam bukunya metode dakwah berpendapat bahwa, hikmah mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan alam arti ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau semestinya. Dalam bahasa komunikasi, hikmah ini menyangkut situasi total yang mempengaruhi sikap pihak komunikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa yang disebut dengan bil hikmah itu merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang yang dilakukan atas dasar persuasif. 14 Jadi, perkataan hikmah kebijaksaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta peletakan sesuatu pada tempatnya. Sebagai metode dakwah, al-hikmah dartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian kepada agama atau tuhan. Ibnu Qoyim dalam bukunya At- Tafsirul Qoyyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah yang seperti dilakukan oleh mujahid dan malik yang mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan kebenarannya. Hal ini tidak dapat dicapai kecuali dengan memahami al-Quran, mendalami Syariat-syariat Islam serta hakikat iman. 15 14 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gaya Media Pratama,1997, cet ke 1, h 43 . 15 Munzir Suparta, Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2003, cet ke- 1 h 10.