Perilaku Masyarakat Dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong Dan Keluhan Kesehatan Kulit Di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

(1)

SKRIPSI

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI

KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010

Oleh :

ELFRIDA J. HUTAGAOL NIM. 061000021

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI

KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ELFRIDA J. HUTAGAOL NIM. 061000021

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI

KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : ELFRIDA J. HUTAGAOL

NIM. 061000021

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 07 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Devi N. Santi, MKes dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19700219 199802 2 001 NIP. 19780331 200312 1 001

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 19531018 198203 2 001


(4)

ABSTRAK

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa air. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang menggunakan air sungai dapat mengakibatkan tingginya angka penyakit kulit seperti dermatitis, kulit gatal, kulit melepuh dan kulit bersisik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif dengan populasi adalah seluruh KK di Desa Perbesi yaitu sebanyak 970 KK dan jumlah sampel sebanyak 91 KK. Penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria adalah masyarakat yang menggunakan air sungai Lau Gerbong.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden di Desa Perbesi dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dalam kategori sedang (91,2%) dan kategori kurang (8,8%). Sikap responden pada kategori sedang sebesar 79,1% dan kategori baik sebesar 20,9%. Tindakan responden dalam kategori baik hanya 2,2%, selebihnya pada kategori sedang sebesar 68,1% dan kategori buruk 29,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang masih kurang mengenai penggunaan air sungai menyebabkan masih ada masyarakat yang memiliki tindakan yang kurang baik dalam penggunaan air sungai dimana juga terdapat 78% responden mengalami keluhan kesehatan kulit.

Dengan demikian, diharapkan agar instansi pemerintah terkait memperhatikan dan menyediakan pembangunan sarana kesehatan lingkungan terutama penyediaan air bersih. Diharapkan puskesmas juga meningkatkan penyuluhan mengenai penggunaan air sungai serta perilaku hidup bersih dan sehat terhadap masyarakat. Bagi masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan air sungai terutama cara pengolahan air sungai sebelum digunakan agar terhindar dari dampak yang ditimbulkan pencemaran air yang digunakan sehari-hari.


(5)

ABSTRACT

Water was the most important substance in life after the air. Nobody could live without water. The availabity of clean water source should fulfill the need of people caused the limited of supplying clean water could cause disease emerged in society. Habitual in society that used river water could cause increase skin disease insidence like : dermatitis, itch skin, blistered and scaly skin.

The purpose of this study was to know about behavior of society in Lau Gerbong river water usage and skin disease complaint in Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo 2010.

This study used descriptive survey method with population was all of people in Desa Perbesi about 970 persons and total of samples about 91 persons. This study used Purposive Sampling method in criteria was people who used Lau Gerbong river water.

The resulted of this study showed that level of knowledge the respondent in Desa Perbesi about Lau Gerbong river water usage in medium category (91.2%) and less category (8.8%). The respondent attitude was in medium category about 79,1% and good category about 20,9%. The respondent action was in good category only 2,2%, the rest in medium category about 68,1% and bad category 29,7%. This problem showed the less knowledge about river water usage caused still have people which are bad action of river water usage in fact had 78% respondent got skin disease complaint.

Thus with, the goverment is suggested to give more attention and prepare for developing in facilities of clean water. Community health centre should increase

health promotion about river water usage and the behavior of purity life and healthy for society. The society is suggested to increase their knowledge of

river water usage especially the way of process river water before used so be avoided from effect which is cause water polluted in using everyday.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Elfrida J. Hutagaol

Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Pinang, 30 Juli 1988 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Cengkeh Raya No. 67b Perumnas Simalingkar Nama Orangtua :

1. Ayah : Jansen Hutagaol

2. Ibu : Valentina Napitupulu

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1994-2000 : SD RK Cinta Rakyat 2 Pematang Siantar Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 3 Pematang Siantar

Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 17 Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong dan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan FKM USU

2. Ir. Evi Naria,M.Kes selaku dosen penguji I dan Dr. Dra. Irnawati Marsaulina,MS selaku dosen penguji II

3. Bapak/Ibu Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU

4. Bapak Raja Edward Sebayang selaku Kepala Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

5. Teristimewa orangtuaku tercinta Ayahanda Jansen Hutagaol dan Ibunda Valentina Napitupulu yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.

6. Kakak dan abangku terkasih yaitu Lambok Ivo B. Hutagaol, SS dan istri Joice Panggabean, SS ; Artha Rotua Hutagaol dan suami M. Sihombing ; Mery T. Hutagaol, SE, SPd dan suami Sahat Sianipar, ST serta kakak-kakakku tercantik Lamria Rina Debora Hutagaol, SE ; Selvia Agnes Hutagaol, SH dan Christina Hutagaol, Amd yang telah memberikan motivasi, semangat dan


(8)

dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.

7. Sahabatku Anata Oshien Silitonga, Nesya Stefani dan Sartika Anggraini Siahaan yang menjadi sobat berbagi suka dan duka serta memberikan motivasi untuk menjadi yang lebih baik dan yang selalu ada di dalam doa walau jarak memisahkan.

8. Teman-teman seperjuanganku yang luar biasa semenjak masuk FKM yaitu Yenni G. Tarigan, Anta Amalia Panjaitan, Sairama H. Saragih, Ernawati Panjaitan dan Meta Lina br. Sitepu yang telah memberikan motivasi dan semangat, doa, teman berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

9. Personil Trio Manja yang luar biasa, dahsyat, membahana, fantastis serta fenomenal Olvariani Sitepu dan Andriansyah Munthe yang selalu memberikan motivasi, semangat, penghiburan dan dukungan hingga skripsi ini selesai.

10.Anak-anak iMaKeL yang luar biasa solid Gabriella Septiani; Efrata Fernando; Iskandar Zulkarnaen,SKM; Nurhayati Siregar; Tri Hendra A. Dinata; Mhd. Aulia; Fadlillah Widyaningsih; Widya Agnesia; Deslimah Lubis,SKM; Rahmadini,SKM dan Berkat Putra Sianipar yang selalu memberikan motivasi, semangat dan penghiburan serta bantuan hingga skripsi ini selesai.

11.Teman-temanku Neni Simanjuntak; Sylvia Azhari dan Asri Budiningsih serta seluruh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan stambuk ’06 yang selalu menghibur dan memberikan semangat.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Akhir kata semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya kepada kita dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengertian Air ... 6

2.2. Sumber-sumber Air... 7

2.3. Peranan Air Bagi Kehidupan ... 7

2.4. Peranan Air terhadap Penularan Penyakit... 9

2.5. Air Bersih... 10

2.5.1. Pengertian Air Bersih... 10

2.5.2. Standar Kualitas Air Bersih ... 11

2.6. Air Sungai ... 12

2.6.1. Pengertian Air Sungai ... 12

2.6.2. Pengolahan Air Sungai ... 13

2.7. Perilaku ... 14

2.7.1. Pengertian Perilaku ... 14

2.7.2. Pengetahuan ... 15

2.7.3. Sikap ... 17

2.7.4. Tindakan ... 17

2.7.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... 18

2.8. Kulit ... 19

2.8.1. Anatomi Kulit ... 19

2.8.2. Fungsi Kulit ... 20

2.8.3. Penyakit Kulit ... 21

2.9. Kerangka Konsep... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian... 25


(10)

3.3.1. Lokasi... 25

3.3.2. Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi... 26

3.3.2. Sampel... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data... 27

3.4.1. Data Primer ... 27

3.4.2. Data Sekunder ... 27

3.5. Defenisi Operasional... 27

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 28

3.7. Aspek Pengukuran ... 29

3.8. Analisa Data... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN... 33

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 33

4.2. Karakteristik Responden ... 34

4.3. Perilaku Masyarakat dalam Penggunaaan Air Sungai ... 35

4.3.1. Pengetahuan ... 35

4.3.2. Sikap... 37

4.3.3. Tindakan... 38

4.4. Keluhan Kesehatan Kulit ... 40

4.5. Tabulasi Silang... 42

BAB V PEMBAHASAN ... 44

5.1. Karakteristik Masyarakat di Desa Perbesi ... 44

5.2. Perilaku Masyarakat dalam Penggunaaan Air Sungai ... 45

5.2.1. Pengetahuan ... 46

5.2.2. Sikap... 49

5.2.3. Tindakan... 52

5.3. Keluhan Kesehatan Kulit ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN GAMBAR


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Pustu Perbesi Tahun 2009

Tabel 4.2. Karakteristik Responden di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.3. Pengetahuan Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan dalam

Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.5. Sikap Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.7. Tindakan Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga kabupaten Karo Tahun 2010 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan dalam

Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit setelah Menggunakan air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Responden dengan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010 Tabel 4.12. Tabulasi Silang Tindakan Responden dengan Keluhan Kesehatan Kulit


(12)

ABSTRAK

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa air. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang menggunakan air sungai dapat mengakibatkan tingginya angka penyakit kulit seperti dermatitis, kulit gatal, kulit melepuh dan kulit bersisik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode survai deskriptif dengan populasi adalah seluruh KK di Desa Perbesi yaitu sebanyak 970 KK dan jumlah sampel sebanyak 91 KK. Penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria adalah masyarakat yang menggunakan air sungai Lau Gerbong.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden di Desa Perbesi dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dalam kategori sedang (91,2%) dan kategori kurang (8,8%). Sikap responden pada kategori sedang sebesar 79,1% dan kategori baik sebesar 20,9%. Tindakan responden dalam kategori baik hanya 2,2%, selebihnya pada kategori sedang sebesar 68,1% dan kategori buruk 29,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang masih kurang mengenai penggunaan air sungai menyebabkan masih ada masyarakat yang memiliki tindakan yang kurang baik dalam penggunaan air sungai dimana juga terdapat 78% responden mengalami keluhan kesehatan kulit.

Dengan demikian, diharapkan agar instansi pemerintah terkait memperhatikan dan menyediakan pembangunan sarana kesehatan lingkungan terutama penyediaan air bersih. Diharapkan puskesmas juga meningkatkan penyuluhan mengenai penggunaan air sungai serta perilaku hidup bersih dan sehat terhadap masyarakat. Bagi masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan air sungai terutama cara pengolahan air sungai sebelum digunakan agar terhindar dari dampak yang ditimbulkan pencemaran air yang digunakan sehari-hari.


(13)

ABSTRACT

Water was the most important substance in life after the air. Nobody could live without water. The availabity of clean water source should fulfill the need of people caused the limited of supplying clean water could cause disease emerged in society. Habitual in society that used river water could cause increase skin disease insidence like : dermatitis, itch skin, blistered and scaly skin.

The purpose of this study was to know about behavior of society in Lau Gerbong river water usage and skin disease complaint in Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo 2010.

This study used descriptive survey method with population was all of people in Desa Perbesi about 970 persons and total of samples about 91 persons. This study used Purposive Sampling method in criteria was people who used Lau Gerbong river water.

The resulted of this study showed that level of knowledge the respondent in Desa Perbesi about Lau Gerbong river water usage in medium category (91.2%) and less category (8.8%). The respondent attitude was in medium category about 79,1% and good category about 20,9%. The respondent action was in good category only 2,2%, the rest in medium category about 68,1% and bad category 29,7%. This problem showed the less knowledge about river water usage caused still have people which are bad action of river water usage in fact had 78% respondent got skin disease complaint.

Thus with, the goverment is suggested to give more attention and prepare for developing in facilities of clean water. Community health centre should increase

health promotion about river water usage and the behavior of purity life and healthy for society. The society is suggested to increase their knowledge of

river water usage especially the way of process river water before used so be avoided from effect which is cause water polluted in using everyday.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup ; perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoatmodjo, 2003).

Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat kemajuan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air, udara dan tanah akan menyebabkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah akibatnya akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian lingkungan. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis, sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktifitas manusia serta organisme lainnya (Supardi, 2003).


(15)

Menurut Hendrik L. Blum, terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (hereditas). Dari keempat faktor tersebut, lingkungan dan perilaku mempunyai peranan yang besar disamping faktor lainnya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologi dan sosio kultural (Kusnoputranto, 2000).

Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosio kultural) mempunyai kaitan yang erat dengan faktor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, buang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat, termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air, seperti penyakit kulit, diare dan lain-lain (Depkes RI, 2003).

Air sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup, maka manusia berupaya memperoleh air yang cukup bagi dirinya, Namun dalam banyak hal air yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, sering ditemukan air tersebut mengandung bibit penyakit atau pun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia (Depkes, 1992).

Sesuai dengan penjelasan dalam Undang-undang Kesehatan No 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan manusia. Oleh sebab itu seharusnya air yang


(16)

dikonsumsi oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari selain harus mencukupi, juga harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia dan bakeriologis (Depkes, 1992).

Secara epidemiologis ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih dengan penyakit kulit, maka oleh sebab itu dengan adanya tingkat cakupan air bersih yang tinggi dapat menurunkan angka penyakit kulit. Dalam kaitan dengan hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Persyaratan kualitas tersebut telah tertuang dalam Permenkes No 416/1999 tentang syarat-syarat dan kualitas air bersih (Depkes RI, 1990).

Berdasarkan survei pendahuluan ternyata sebagian besar masyarakat Desa Perbesi menggunakan air sungai Lau Gerbong untuk mandi, mencuci pakaian maupun peralatan dapur, buang air besar/kecil, termasuk mencuci kendaraan bermotornya. Ada juga sebagian masyarakat memanfaatkan air sungai untuk membersihkan ternak seperti kerbau atau lembu. Selain itu, pembuangan akhir saluran limbah rumah tangga dialirkan ke sungai tersebut. Hal ini menyebabkan air sungai Lau Gerbong secara fisik bewarna keruh, berbau dan terdapat sampah yang terapung bahkan terdapat tumpukan sampah di pinggiran sungai yang ternyata tempat masyarakat biasa membuang sampah. Walaupun demikian, masyarakat tetap memanfaatkan air sungai tersebut. Berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu Perbesi, persentase masyarakat yang berkunjung ke Pustu Perbesi dengan keluhan penyakit kulit sebesar 12,5% . Penyakit kulit paling banyak adalah bintik merah kecil-kecil dan gatal-gatal.


(17)

Penyakit kulit yang dialami oleh masyarakat Desa Perbesi tidak tertutup kemungkinan hanya disebabkan oleh penggunaan air bersih saja, tetapi terdapat kemungkinan-kemungkinan lain seperti alergi makanan, kekurangan gizi, sanitasi lingkungan dan kesehatan perorangan. Perilaku masyarakat yang jelek tentang sanitasi terutama dalam hal penyediaan dan penggunaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyakit kulit. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Sebagian besar masyarakat Desa Perbesi menggunakan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih untuk MCK, bahkan ada yang memandikan ternak dan membersihkan kendaraannya di sungai tersebut. Hal ini menyebabkan sungai tersebut tercemar dan berwarna keruh. Namun demikian, masyarakat tetap memanfaatkan sungai tersebut. Berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu diketahui masyarakat yang memiliki keluhan penyakit kulit sebesar 12,5 %. Dengan demikian yang menjadi rumusan permasalahan adalah perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) masyarakat dalam


(18)

penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo 3. Untuk mengetahui sikap masyarakat tentang penggunaan air sungai Lau

Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

4. Untuk mengetahui tindakan masyarakat tentang penggunaan air sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan kulit yang diderita masyarakat di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan instansi yang terkait guna mencegah timbulnya keluhan kesehatan kulit yang disebabkan oleh penggunaan air sungai Lau Gerbong.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat dalam penggunaan air bersih untuk menghindari timbulnya keluhan kesehatan kulit.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008).

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).

Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).


(20)

2.2. Sumber-sumber Air

Sumber air dapat dibedakan atas : a) Air Hujan

Air hujan merupakan air yang didapat dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi (peristiwa jatuhnya air ke bumi). Air hujan merupakan penyubliman uap air menjadi air murni yang ketika turun ke bumi melalui udara melarutkan zat-zat dan partikel yang terdapat di udara seperti oksigen, karbondioksida, bakteri, debu dan lain-lain sehingga kualitasnya menjadi rendah (Kusnoputranto, 2000).

b) Air Permukaan

Air permukaan dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir seperti danau, sungai, laut, rawa dan lain-lain (Azwar, 1996). Air permukaan harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami pencemaran (Entjang, 1985).

c) Air Tanah

Air tanah adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam. Air ini umumnya sangat bersih karena telah mengalami penyaringan oleh tanah atau batu-batuan. Hanya saja kemungkinan mengandung zat mineral dalam kadar yang tinggi. Contoh air tanah, air sumur dan mata air (Azwar, 1996).

2.3. Peranan Air Bagi Kehidupan

Air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia. Air bukanlah sesuatu yang baru untuk dikonsumsi, oleh karena sejak ada kehidupan tidak satu pun manusia terlepas dari penggunaan air


(21)

secara terus menerus untuk kelangsungan hidupnya. Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan di atas bumi (Slamet, 1994).

Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa , sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indoesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 2003).

Adapun fungsi air bagi manusia antara lain adalah sebagai berikut ;

1. Mempertahankan kelembaban organ-organ tubuh. Jika organ tubuh kekurangan air bentuknya akan mengempis karena kehilangan kelembaban.

2. Untuk mempertahankan volume dan kekentalan darah dan getah bening. 3. Mengatur suhu tubuh. Jika kekurangan air tubuh akan menjadi panas.

4. Untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kulit akan menjadi kasar dan berkerut jika kekurangan air.

5. Sebagai mediator dan saluran dari berbagai reaksi kimia di dalam tubuh, proses metabolisme tubuh memerlukan air.

Dan masih banyak fungsi lainnya seperti sebagai pencuci, pelarut zat-zat gizi dan sebagainya (Harini, 2007).


(22)

2.4. Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit

Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam sebagai berikut (Juli Soemirat, 2007) :

1. air sebagai penyebar mikroba patogen 2. air sebagai sarang insecta penyebar penyakit

3. jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik

4. air sebagai sarang hospes sementara penyakit

Dalam hal memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 cara (Kusnoputranto, 2000) yaitu :

a. Cara Water Borne

Cara water borne merupakan penularan penyakit dimana air sebagai medianya. Kuman pathogen berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan. Yang termasuk penyakit yang dihantarkan melalui air ini antara lain ; penyakit kolera, typhoid, hepatitis dan disentri basiler.

b. Cara Water Washed

Cara water washed merupakan penularan penyakit berhubungan dengan air yang digunakan untuk kebersihan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia. Yang termasuk penyakit karena kurangnya air untuk kebersihan seseorang ini antara lain ; infeksi kulit dan selaput lendir, infeksi oleh insekta parasit pada kulit.


(23)

c. Cara Water Based

Cara water based merupakan penularan penyakit melalui pejamu (host) di air. Contoh penyakit yang ditularkan melalui water based adalah Schistomiasis. Pejamu (host) perantara ini hidup di air contohnya siput air. Dalam hal ini larva Schistomiasis hidup dalam siput air hingga berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut. Penyakit ini disebut Schistomiasis.

d. Cara Water Related Insecta Vector

Cara water related insecta vector merupakan penularan penyakit melalui vektor yang menggunakan air sebagai tempat berkembangbiaknya. Contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya bergantung pada air ini seperti malaria oleh vektor nyamuk Anopheles, demam berdarah oleh vektor nyamuk Aedes Aegypti. 2.5. Air Bersih

2.5.1. Pengertian Air Bersih

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.


(24)

Air bersih merupakan air yang tidak menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan-persyaratan air yang telah ditentukan (Kusnoputranto, 2000).

2.5.2. Standar Kualitas Air Bersih

Untuk keperluan hidup manusia sehari-hari, air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berdasarkan kepentingan kesehatan manusia. Hal yang pokok adalah agar air yang diminum atau dipakai manusia tidak membahayakan manusia. Pada umumnya kualitas air bersih harus memenuhi syarat-syarat kesehatan baik secara fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif sesuai Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air bersih (Depkes RI, 1990).

Dalam menangani penyediaan air bersih umumnya dan air minum pada khususnya perlu adanya standar kualitas air. Ada beberapa standar kualitas air bersih, diantaranya :

1. Standar Kualitas dari Departemen Kesehatan RI

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakatnya. 2. Standar Kualitas Air WHO

Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai


(25)

pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.

2.6. Air Sungai

2.6.1. Pengertian Air Sungai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).

Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).


(26)

2.6.2. Pengolahan Air sungai

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Hampir setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah urban dan pertanian (Darwono, 2001).

Air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengolahan (purifikasi) air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk kepentingan rumah tangga (RT).

Secara sederhana di tiap-tiap rumah dapat dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang akan sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan ini dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui pipa (Entjang, 1985).


(27)

2.7. Perilaku

2.7.1. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia itu mencakup eksternal activity (kegiatan eksternal) seperti berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya serta internal activity (kegiatan internal) seperti berpikir, persepsi maupun emosi. Dengan demikian perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Skinner (1983) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara peransang (stimulus) dan tanggapan (respon). Dan menurut Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut ransangan. Dengan demikian, maka suatu ransangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku


(28)

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor. Dalam perkembangannya, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.7.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membantuk tindakan seseorang (overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang), trial (mencoba) dan adoption (adopsi). Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari


(29)

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)


(30)

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.7.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan antara lain menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2003). 2.7.4. Tindakan

Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :


(31)

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons Terpimpin (giuded response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan merupakan praktek tingkat ketiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.7.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, yaitu :

a. Latar Belakang

Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas : pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku. b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental


(32)

tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang penyakit.

c. Sarana

Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam munculnya perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul.

d. Faktor Pencetus

Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit kulit (Kusmiati, 2002).

2.8. Kulit

2.8.1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus tubuh yang elastis, pelindung tubuh dari pengaruh luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit antara 1-2 mm, yang paling tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kulit terdiri atas tiga lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu lapisan basal atau stratum germinatium, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum komeum.


(33)

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung di bawah dermis (Harahap, 1990).

2.8.2. Fungsi Kulit

Fungsi kulit dalam tubuh adalah sebagai pelindung, pengatur suhu, penyerap cairan dan indera perasa. Gangguan pada kulit akan mempengaruhi fungsi kulit tersebut sehingga tidak sempurna sesuai fungsinya (Harahap , 1990).

1) Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Serta melindungi melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

2) Pengatur Suhu

Penguapan keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas. 3) Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang terlarut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang terlarut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit. 4) Indera Perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu untuk merasakan nyeri, perabaan,


(34)

2.8.3. Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain:

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan :

 Mengubah pH-nya

 Bereaksi dengan protein-protein (denaturasi)  Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya  Merendahkan daya tahan kulit

2. Agen-agen kimia terbagi menjadi empat kategori yaitu :

a) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, detergen, garam-garam dan logam.

b) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.

c) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral dan lain-lain.

d) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain.


(35)

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit, karena penggunaan air yang tidak bersih meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang terdapat pada kulit. Contoh : panau dan kurap.

Menurut Fregert (1988) eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit. Dermatitis kontak mengarah kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (eksternal agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena faktor-faktor endogen.

Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen).

Fregert (1988) menjelaskan bahwa pada orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya terlihat 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu. Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak alergika tipe “delayed” ; sindroma urtikaria kontakta; dermatitis kontak iritan tipe akut; dermatitis kontak iritan tipe kronik; dermatitis kontak fotoalergika; reaksi fototoksis.

Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Seringkali menyerang kedua belah tangan sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung


(36)

Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/ gelembung-gelembung kecil yang gatal. Pertama kali ruam terbatas pada tempat kontak tetapi kemudian menyebar. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh. Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan rental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu (Fregert, 1988).

Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak orang yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting.

Penyakit kulit lainnya adalah kudis. Kudis adalah penyakit kulit yang menular, penyakit ini dalam bahasa ilmiah disebut scabies, memiliki gejala gatal, dan rasa gatal tersebut akan lebih parah pada malam hari. Sering muncul di tempat-tempat lembab di tubuh seperti misalnya, tangan, ketiak, pantat, kunci paha dan terkadang di celah jari tangan atau kaki.


(37)

2.9. Kerangka Konsep

Keluhan Kesehatan Kulit

Karakteristik Responden

 Umur  Pendidikan  Pekerjaan  Pendapatan Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan Air Sungai

 Pengetahuan  Sikap  Tindakan


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dan keluhan kesehatan kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Masyarakat di daerah tersebut sebagian besar menggunakan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih, mandi dan cuci kakus (MCK). 2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong.

3. Terdapatnya kasus penyakit kulit berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu Desa Perbesi.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan Februari 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga atau yang mewakili dalam satu keluarga yang sudah dewasa di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo yang terdiri dari 970 Kepala Keluarga (KK).


(39)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Purposive Sampling dengan kriteria sampel adalah masyarakat yang menggunakan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

) ( 1 N d2

N n

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

) 1 , 0 ( 970 1 970 2   n ) 01 , 0 ( 970 1 970   n 7 , 9 1 970   n 7 , 10 970  n

n = 90,65 n = 91 orang


(40)

3.4. Metode Pengumpulan Data .4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada masyarakat dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong serta melakukan observasi langsung.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data Kantor Kepala Desa dan Puskesmas Pembantu Desa Perbesi. Data dari Kantor Kepala Desa berupa data kependudukan dan geografis wilayah Desa Perbesi. Data dari Puskesmas Pembantu Perbesi berupa data 10 penyakit terbesar di Desa Perbesi.

3.5. Definisi Operasional

1. Karakteristk responden adalah gambaran keadaan responden yang terdiri atas umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan keluarga.

2. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

3. Tingkat pendidikan adalah kegiatan akademik formal tertinggi yang pernah diikuti responden berdasarkan ijasah terakhir.

4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan imbalan berupa uang atau barang.

5. Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan rata-rata keluarga dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.


(41)

6. Pengetahuan adalah tingkat kemampuan responden dalam hal penggunaan air sungai Lau Gerbong (termasuk dampak dan penyakit yang berhubungan dengan air.

7. Sikap adalah tanggapan responden terhadap penggunaan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih untuk rumah tangga.

8. Tindakan adalah tingkah laku atau aktivitas nyata responden terhadap penggunaan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih untuk rumah tangga.

9. Keluhan kesehatan kulit adalah indikasi suatu penyakit yang ada pada lapisan luar tubuh yang ditandai dengan perubahan warna dan batas yang jelas, perubahan posisi permukaan, berisi nanah, tonjolan, bersisik, permukaan retak, permukaan lepas dan disertai dengan rasa gatal dan nyeri berdasarkan keluhan dan observasi pada masyarakat Desa Perbesi.

3.6. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.


(42)

2. Coding (Pemberian kode)

Data yang telah dikumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software komputer.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

3.7. Aspek Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002). Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yatu :

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang ada.

b. Kategori sedang adalah apabila responden mendapat nilai 45-75% dari skor yang ada.

c. Kategori kurang adalah apabila responden mendapat nilai < 45% dari skor yang ada.

1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dalam pengunaan air sungai dilakukan melalui pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skore 20 dan kriteria sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang mempunyai 2 pilihan ;

- Jawaban tahu (a) dengan kriteria sebagai berikut :


(43)

- skor = 1 jika 1-2 pilihan dapat disebutkan oleh responden

- Jawaban tidak tahu (b) = 0 jika tidak ada pilihan yang dapat disebutkan oleh responden

b. Berdasarkan jumlah nilai selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan baik apabila skore yang diperoleh > 75% atau memperoleh skore lebih dari 15

2. Tingkat pengetahuan sedang apabila skore yang diperoleh 45-75% atau memperoleh skore 9 sampai 15

3. Tingkat pengetahuan buruk apabila skore yang diperoleh < 45% atau memperoleh skore kurang dari 9

2. Sikap

Pengukuran sikap dalam pengunaan air sungai dilakukan melalui pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skore 20 dan kriteria sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang mempunyai 2 pilihan ; - Jawaban setuju = 0

- Jawaban tidak setuju = 2

Khusus untuk pertanyaan no 1, 8, 9, 10 jawaban setuju = 2 dan jawaban tidak setuju = 0.

b. Berdasarkan jumlah nilai selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik apabila skore yang diperoleh > 75% atau memperoleh skore lebih dari 15


(44)

3. Buruk apabila skore yang diperoleh < 45% atau memperoleh skore kurang dari 8

3. Tindakan

Pengukuran tindakan dalam pengunaan air sungai dilakukan melalui pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skore 20 dengan kriteria sebagai berikut :

c. Untuk jawaban yang mempunyai 2 pilihan ; - Jawaban ya (a) = 0

- Jawaban tidak (b) = 2

Khusus untuk pertanyaan no 7 dan 8, jawaban ya = 2 dan jawaban tidak = 0. d. Berdasarkan jumlah nilai selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik apabila skore yang diperoleh > 75% atau memperoleh skore lebih dari 15

2. Sedang apabila skore yang diperoleh 45-75% atau memperoleh skore 8-14 3. Buruk apabila skore yang diperoleh < 45% atau memperoleh skore kurang

dari 8

4. Keluhan Kesehatan kulit

Keluhan kesehatan kulit yang diderita responden yang menggunakan air sungai berdasarkan keluhan dan observasi pada periode 1 (bulan) terakhir, selanjutnya dikategorikan menjadi :

a. Ada, apabila pada responden ditemukan satu atau lebih indikasi penyakit kulit (perubahan warna dengan batas yang jelas, perubahan posisi permukaan,


(45)

berisi nanah, tonjolan, bersisik, permukaan retak, permukaan lepas dan disertai dengan rasa gatal dan nyeri).

b. Tidak ada, apabila pada responden tidak ditemukan indikasi penyakit kulit (perubahan warna dengan batas yang jelas, perubahan posisi permukaan, berisi nanah, tonjolan, bersisik, permukaan retak, permukaan lepas dan disertai dengan rasa gatal dan nyeri).

3.8. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang yang selanjutnya akan dideskripsikan.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Desa Perbesi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Secara geografis batas-batas wilayah desa Perbesi adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Sarinembah Kecamatan Munthe - Sebelah Timur : Desa Limang Kecamatan Tiga Binanga - Sebelah Selatan : Desa Buah Raya Kecamatan Kuta Buluh - Sebelah Barat : Desa Benjire Kecamatan Tiga Binanga

Jumlah penduduk desa Perbesi berdasarkan data profil kelurahan tahun 2009 adalah 970 KK dengan jumlah jiwa 3170 orang. Desa Perbesi terdiri dari 6 (enam) lingkungan yaitu ;

1. Rumah Jahe (Lingkungan I) 2. Rumah Tengah (Lingkungan II) 3. Rumah Muham (Lingkungan III) 4. Rumah Depari (Lingkungan IV) 5. Rumah Brahmana (Lingkungan V) 6. Rumah Sembelang (Lingkungan VI)

Berdasarkan tabel 4.1. di bawah ini dapat diketahui bahwa penyakit infeksi kulit merupakan urutan keempat dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas Pembantu Perbesi dengan persentase 12,5%.


(47)

Tabel 4.1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Pustu Perbesi Tahun 2009

No Jenis Penyakit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 494 28,3

2. Reumatik 325 18,6

3. Penyakit Infeksi Usus 283 16,2

4. Infeksi kulit 217 12,5

5. Hipertensi 114 6,5

6. Daire 87 4,9

7. Diabetes Melitus (DM) 76 4,4

8. Alergi Kulit 62 3,6

9. Bronchitis 45 2,6

10. Infeksi Saluran Kemih 41 2,4

Jumlah 1744 100,0

4.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.2. Karakteristik Responden di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

1 Laki-laki 62 68,1

2 Perempuan 29 31,9

Jumlah 91 100,0

Umur (tahun)

1 < 25 11 12,1

2 25-35 22 24,2

3 > 35 58 63,7

Jumlah 91 100,0

Pendidikan

1 Tidak sekolah/tidak tamat SD 13 14,3

2 Tamat SD/Sederajat 22 24,2

3 Tamat SLTP/Sederajat 12 13,2

4 Tamat SLTA/Sederajat 39 42,9

5 Akademik/Perguruan Tinggi 5 5,5

Jumlah 91 100,0

Pekerjaan

1 Petani 70 76,9

2 Pedagang/Wiraswasta 18 19,8

3 Pegawai Swasta -

-4 PNS 2 2,2

5 Buruh 1 1,1

Jumlah 91 100,0

Pendapatan

1 < UMR 37 40,7

2 > UMR 54 59,3


(48)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 62 orang (68,1%). Pada umumnya responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 58 orang (63,7%). Pendidikan responden sebagian besar tamat SLTA sebanyak 39 orang (42,9%) dengan pekerjaan sebagai petani sebanyak 70 orang (76,9%) dan pendapatan rata-rata lebih dari UMR sebanyak 54 orang (59,3%).

4.3. Perilaku Responden dalam Penggunaan Air Sungai 4.3.1. Pengetahuan

Gambaran pengetahuan responden dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Pengetahuan Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Tahu Tidak Tahu Jumlah

No Pengetahuan

N (%) n (%) n (%)

1 Pengertian air bersih 83 91,2 8 8,8 91 100,0 2 Sumber-sumber air bersih 90 98,9 1 1,1 91 100,0 3 Manfaat air bersih 91 100,0 - - 91 100,0 4 Sumber pencemaran air bersih 76 83,5 15 16,5 91 100,0 5 Manfaat air sungai 91 100,0 - - 91 100,0 6 Cara pengolahan air sungai sebelum

digunakan

32 35,2 59 64,8 91 100,0 7 Sumber pencemaran air sungai Lau

Gerbong

75 82,4 16 17,6 91 100,0 8 Akibat penggunaan air bersih yang

tidak memenuhi syarat kesehatan

79 86,8 12 13,2 91 100,0 9 Jenis penyakit kulit akibat

penggunaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan

82 90,1 9 9,9 91 100,0

10 Cara menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit kulit

87 95,6 4 4,4 91 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui lebih dari 80% responden telah memiliki pengetahuan secara umum dalam penggunaan air sungai. Namun hanya 32 orang (35,2%) responden yang tahu mengenai cara pengolahan air sungai


(49)

sebaiknya sebelum digunakan dan selebihnya 59 orang (64,8%) tidak tahu. Pada tabel tersebut dapat dilihat gambaran pengetahuan responden tentang pengertian air bersih sebanyak 83 orang (91,2%) yang tahu. Responden yang mengetahui sumber-sumber air bersih sebanyak 90 orang (98,9%). Seluruh responden telah mengetahui manfaat air bersih dan air sungai dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan responden tentang sumber pencemaran air bersih yang tahu sebanyak 76 orang (83,5%). Demikian pula yang tahu mengenai sumber pencemaran air sungai Lau Gerbong sebanyak 75 orang (82,4%). Responden yang tahu mengenai akibat penggunaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 79 orang (86,8%). Responden yang mengetahui tentang jenis penyakit kulit akibat penggunaan air bersih adalah sebesar 82 orang (90,1%). Pengetahuan responden mengenai cara menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit kulit yang tahu sebesar 87 orang (95,6%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

No Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik -

-2 Sedang 83 91,2

3 Buruk 8 8,8

Jumlah 91 100,0

Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan pengetahuan responden dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong pada kategori sedang yaitu sebanyak 83 orang (91,2%) dan selebihnya 8 orang (8,8%) pada kategori kurang.


(50)

4.3.2. Sikap

Gambaran sikap responden dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.5. Sikap Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Setuju Tidak Setuju Jumlah

No Sikap

N (%) n (%) n (%)

1 Air sungai Lau Gerbong digunakan sebagai sumber air bersih

87 95,6 4 4,4 91 100,0 2 Masyarakat membuang sampah ke

sungai

1 1,1 90 98,9 91 100,0 3 Masyarakat mandi di sungai 87 95,6 4 4,4 91 100,0 4 Masyarakat mencuci pakaian/piring

di sungai

85 93,4 6 6,6 91 100,0 5 Masyarakat membuang tinja ke

sungai

56 61,5 35 38,5 91 100,0 6 Masyarakat memandikan ternaknya

di sungai

52 57,1 39 42,9 91 100,0 7 Masyarakat membersihkan

kendaraannya di sungai

61 67,0 30 33,0 91 100,0 8 Mandi harus menggunakan sabun 91 100,0 - - 91 100,0 9 Kebersihan sungai harus dijaga 91 100,0 - - 91 100,0 10 Sumber air bersih harus terhindar

dari bahan pencemar

91 100,0 - - 91 100,0

Pada tabel 4.4 di atas menggambarkan bahwa responden yang menyatakan setuju bahwa air sungai Lau Gerbong digunakan sebagai sumber air bersih sebanyak 87 orang (95,6%). Hanya 1 orang (1,1%) responden yang menyatakan sikap setuju terhadap masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Sebanyak 87 orang (95,6%) responden menyatakan sikap setuju terhadap masyarakat mandi di sungai. Responden yang menyatakan sikap setuju terhadap masyarakat mencuci piring/pakaian di sungai sebanyak 85 orang (93,4%). Sebanyak 56 orang (61,5%) responden setuju terhadap masyarakat membuang tinja ke sungai dan 35 orang (38,5%) menyatakan tidak setuju.


(51)

Responden yang memiliki sikap tidak setuju terhadap masyarakat yang memandikan ternaknya di sungai sebanyak 39 orang (42,9%) dan 52 orang (57,1%) menyatakan sikap setuju. Sikap responden terhadap masyarakat membersihkan kendaraannya di sungai yang setuju sebanyak 61 orang (67,0%). Seluruh responden memiliki sikap setuju bila mandi harus menggunakan sabun dan kebersihan sungai harus dijaga serta sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

No Kategori Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 19 20,9

2 Sedang 72 79,1

3 Buruk -

-Jumlah 91 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan secara umum responden memiliki sikap dengan kategori sedang sebanyak 72 orang (79,1%) sedangkan selebihnya 19 orang (20,9%) berada dalam kategori baik.

4.3.3. Tindakan

Berdasarkan tabel 4.6 di bawah ini digambarkan bahwa seluruh responden menggunakan air sungai Lau Gerbong untuk mandi dan menggunakan sabun setiap kali mandi. Dan sebanyak 82 orang (90,1%) responden mandi tidak kurang dari 2 kali sehari. Responden yang menggunakan air sungai Lau Gerbong untuk menggosok gigi sebanyak 79 orang (86,8%) dan 12 orang (13,2%) tidak menggunakannya. Sebanyak 72 orang (79,1%) responden mengunakan air sungai Lau Gerbong untuk mencuci alat dapur sedangkan 19 orang (20,9%) tidak menggunakannya.


(52)

Berdasarkan tabel tersebut di bawah juga dapat diketahui responden yang mencuci pakaian menggunakan air sungai Lau Gerbong sebanyak 87 orang (95,6%). Sebanyak 70 orang (76,9%) responden membuang tinja ke sungai Lau Gerbong dan 21 orang (23,1%) responden tidak. Masih ada responden yang membuang sampah ke sungai Lau Gerbong sebanyak 23 orang (25,3%). Responden yang menggunakan air sungai untuk memandikan ternak hanya 29 orang (31,9%). Pada tabel tersebut juga digambarkan bahwa 65 orang (71,4%) responden menggunakan air sungai untuk membersihkan kendaraannya dan 26 orang (28,6%) responden tidak mengunakannya. Gambaran tindakan responden dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.7. Tindakan Responden dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Ya Tidak Jumlah

No Tindakan

N (%) n (%) n (%)

1 Menggunakan air sungai untuk mandi

91 100,0 - - 91 100,0 2 Menggunakan air sungai untuk

menggosok gigi

79 86,8 12 13,2 91 100,0 3 Menggunakan air sungai untuk

mencuci alat dapur

72 79,1 19 20,9 91 100,0 4 Mengunakan air sungai untuk

mencuci pakaian

87 95,6 4 4,4 91 100,0 5 Membuang tinja ke sungai 70 76,9 21 23,1 91 100,0 6 Membuang sampah ke sungai 23 25,3 68 74,7 91 100,0 7 Menggunakan air sungai untuk

memandikan ternak

29 31,9 62 68,1 91 100,0 8 Mandi tidak kurang dari 2 kali

sehari

82 90,1 9 9,9 91 100,0 9 Menggunakan air sungai untuk

membersihkan kendaraan

65 71,4 26 28,6 91 100,0 10 Menggunakan sabun setiap kali

mandi

91 100,0 - - 91 100,0


(53)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

No Kategori Tindakan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 2 2,2

2 Sedang 62 68,1

3 Buruk 27 29,7

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan secara umum responden memiliki tindakan dalam kategori sedang yaitu sebanyak 62 orang (68,1%) dan masih ada tindakan responden dalam kategori buruk yaitu 27 orang (29,7%). Tindakan responden dalam kategori baik hanya 2 orang (2,2%).

4.4. Keluhan Kesehatan Kulit

Berdasarkan tabel 4.8 di bawah digambarkan bahwa dari 91 responden yang menggunakan air sungai sebanyak 71 orang (78%) mengalami keluhan kesehatan kulit dan yang tidak 20 orang (22%). Sebanyak 35 orang (38,6%) responden memiliki anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan kulit dan yang tidak sebanyak 56 orang (61,5%). Responden yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 4 atau 4 orang yang mengalami keluhan kesehatan kulit yaitu sebanyak 32 orang (91,4%) dan yang lebih dari 4 orang sebanyak 3 orang (8,6%). Lama keluhan kulit yang dirasakan 60 orang (84,5%) responden adalah kurang dari 3 hari sedangkan 11 orang (15,5%) mengalami keluhan lebih dari 3 hari. Dari 71 responden yang mengalami keluhan yang melakukan pengobatan hanya 19 orang (26%) responden dan umumnya mereka hanya membeli obat.


(54)

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit Setelah Menggunakan Air Sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

No Keluhan Kesehatan Kulit Frekuensi Persentase (%)

1 Responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit

a. Ada 71 78,0

b. Tidak Ada 20 22,0

Jumlah 91 100,0

2 Responden yang memiliki anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan kulit

a. Ada 35 38,6

b. Tidak Ada 56 61,5

Jumlah 91 100,0

3 Jumlah anggota keluarga responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit

a. ≤ 4 orang 32 91,4

b. > 4 orang 3 8,6

Jumlah 35 100,0

4 Lama keluhan kesehatan kulit yang dirasakan oleh responden

a. ≤ 3 hari 60 84,5

b. > 3 hari 11 15,5

Jumlah 71 100,0

5 Dilakukan tindakan pengobatan

a. Ya 19 26,8

b. Tidak 52 73,2

Jumlah 71 100,0

6 Tempat pengobatan

a. Puskesmas 3 15,8

b. Bidan Desa -

-c. Balai Pengobatan 4 21,0

d. dll 12 63,2


(55)

4.5. Tabulasi Silang

4.5.1. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan dengan Keluhan Kesehatan Kulit

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Responden dengan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Keluhan Kesehatan Kulit Jumlah

No Tingkat Pengetahuan Ada

keluhan (%)

Tidak ada

keluhan (%) n (%)

1 Sedang 63 75,9 20 24,1 83 100,0

2 Buruk 8 100,0 - - 8 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan responden pada kategori sedang yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 63 orang (75,9%) dan yang tidak ada keluhan kesehatan kulit sebesar 20 orang (24,1%). Seluruh responden pada kategori pengetahuan buruk mengalami keluhan kesehatan kulit.

4.5.1. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Keluhan Kesehatan Kulit

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Keluhan Kesehatan Kulit Jumlah

No Sikap Ada

keluhan

(%) Tidak ada

keluhan

(%)

n (%)

1 Baik 14 73,7 5 26,3 19 100,0

2 Sedang 57 79,2 15 20,8 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan bahwa sikap responden pada kategori baik yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 14 orang (73,7%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 5 orang (26,3%). Sikap responden pada kategori sedang yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 57 orang (79,2%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 15 orang (20,8%).


(56)

4.5.2. Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Kulit Tabel 4.12. Tabulasi Silang Tindakan Responden dengan Keluhan Kesehatan

Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo Tahun 2010

Keluhan Kesehatan Kulit Jumlah

No Tindakan Ada

keluhan

(%) Tidak ada

keluhan

(%)

n (%)

1. Baik 1 50,0 1 50,0 2 100,0

2. Sedang 46 74,2 16 25,8 62 100,0

3. Buruk 24 88,9 3 11,1 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dijelaskan bahwa tindakan responden pada kategori baik yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 1 orang (50,0%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 1 orang (50,0%). Pada kategori sedang yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 46 orang (74,2%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 16 orang (25,8%). Tindakan responden pada kategori buruk yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 24 orang (88,9%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 3 orang (11,1%).


(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Masyarakat (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan) di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

Desa Perbesi adalah salah satu desa di Kecamatan Tiga Binanga yang sebagian besar masyarakatnya adalah suku Karo. Desa Perbesi ini dialiri sungai Lau Gerbong. Sebagian besar masyarakat di desa ini masih memanfaatkan air sungai ini sebagai sumber air bersih dalam kehidupan sehari-harinya seperti mandi, mencuci pakaian maupun peralatan dapur bahkan membersihkan kendaraan dan memandikan ternaknya.

Sesuai dengan kondisi wilayah Desa Perbesi yang merupakan daerah pertanian, umumnya masyarakat Desa Perbesi memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 75,8%. Selain itu masyarakat bekerja sebagai pedagang/wiraswasta dan PNS. Berdasarkan mayoritas pekerjaan masyarakat di Desa Perbesi,sebagian besar penghasilan mereka melebihi UMR yaitu 59,3% dan kurang dari UMR 40,7%.

Masyarakat Desa Perbesi berdasarkan hasil penelitian memiliki tingkat pendidikan umumnya tamat SLTA 42,9% dan tamat SD 24,2%. Pendidikan masyarakat yang masih rendah menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan terutama dalam kaitannya dengan menjaga kesehatan. Tingkat pendidikan akan selalu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Oleh sebab itu, orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi biasanya akan lebih tahu menjaga dirinya terkena suatu penyakit jika dibandingkan dengan orang yang tingkat


(58)

pendidikannya lebih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah secara tidak langsung akan mempengaruhi tindakan yang buruk pula terhadap lingkungan.

Masyarakat Desa Perbesi menggunakan air sungai Lau Gerbong untuk keperluan sehari-hari, hal ini karena masyarakat sulit mendapatkan sumber air bersih terlebih lagi yang memenuhi syarat. Terbatasnya penyediaan air bersih di desa tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih memanfaatkan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih. Menurut Kusnoputranto (2000), terbatasnya ketersediaan jumlah air bersih sehingga masyarakat tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik dapat menyebabkan penularan penyakit. Penyakit karena kurangnya air untuk kebersihan seseorang ini antara lain ; infeksi kulit dan selaput lendir, infeksi oleh insekta parasit pada kulit.

Sungai Lau Gerbong pada dasarnya dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Namun karena kebiasaan masyarakat Desa Perbesi yang tidak menjaga kebersihan sungai Lau Gerbong menyebabkan sungai tersebut tercemar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi dimana masih terdapat sampah-sampah yang terapung bahkan terdapat tumpukan sampah di pinggiran sungai yang ternyata tempat masyarakat di Desa Perbesi biasanya membuang sampah. Kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih sering menyebabkan masyarakat mengalami keluhan kesehatan kulit.

5.2. Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Air Sungai Lau Gerbong Sebagai Sumber Air Bersih dan Keluhan Kesehatan Kulit di Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo

Perubahan perilaku masyarakat dalam penggunaan air sungai dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai cara pemeliharaan kesehatan dan


(59)

pengetahuan tentang air bersih serta pengolahan dalam pemanfaatan air sungai yang lebih baik dan akan terhindar dari berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan melalui perantara air. Pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Menurut pendapat Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Terbentuknya perilaku perlu didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif agar perilaku tersebut dapat bertahan lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. 5.2.1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui pengertian air bersih sebesar 91,2% dimana pada umumnya mereka hanya menjawab tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap air yang tidak berwarna sudah termasuk air bersih. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 yang menyatakan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh.

Menurut Kusnoputranto (2000), air bersih merupakan air yang tidak menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, air tersebut hendaknya


(60)

diusahakan mendekati persyaratan air yang telah ditentukan. Dengan demikian air yang tidak berwarna belum tentu memenuhi persyaratan kesehatan.

Pengetahuan mengenai sumber pencemaran air bersih sebesar 83,5% responden yang tahu dimana sebagian besar menjawab limbah pabrik. Hal ini menunjukkan bahwa responden secara umum tidak mengetahui bahwa limbah RT juga dapat menyebabkan pencemaran air bersih.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa hanya 35,2% responden yang mengetahui cara pengolahan air sungai sebelum digunakan. Sebagian besar responden hanya mengetahui pengolahan air sungai dengan penyaringan. Sesuai dengan pendapat Entjang (1985) bahwa air permukaan seperti sungai harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami pencemaran. Oleh karena itu, seharusnya dilakukan tahap pengolahan terlebih dahulu terhadap air sungai Lau Gerbong sebelum dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lama apabila didasari oleh pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan yang baik tentang cara pengolahan air sungai sebelum digunakan sesuai dengan peraturan memungkinkan masyarakat tersebut dapat mengupayakan penyediaan air bersih sesuai dengan pengetahuannya. Dengan demikian penggunaan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu walaupun pengolahan itu masih sederhana.

Responden yang mengetahui sumber pencemaran air sungai Lau Gerbong sebesar 82,4% dimana umumnya menjawab berasal dari limbah RS. Hal ini menunjukkan bahwa responden sebagian besar tidak tahu bahwa limbah RT termasuk


(1)

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI

KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010

No. Responden : IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur : tahun 4. Pendidikan :

a. Tidak sekolah / tidak tamat SD b. Tamat SD

c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA

e. Perguruan Tinggi / Akademik 5. Pekerjaan :

a. Petani

b. Pedagang / wiraswasta c. Pegawai Swasta d. PNS

e. Buruh

6. Pendapatan : Rp / bulan

7. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih?

a. Ya

b. Tidak

PENGETAHUAN

1. Apakah bapak/ibu mengetahui yang dimaksud dengan air bersih? a. Tahu

bisa menyebutkan : - tidak berbau - tidak berasa

- tidak berwarna - tidak menularkan penyakit b. Tidak tahu

2. Apakah bapak/ibu mengetahui sumber-sumber air bersih tersebut? a. Tahu

bisa menyebutkan : - PDAM - sumur - mata air - sungai b. Tidak tahu

3. Apakah bapak/ibu mengetahui air bersih dimanfaatkan untuk apa saja? a. Tahu


(2)

bisa menyebutkan : - keperluan minum - keperluan mandi - keperluan mencuci - keperluan kakus b. Tidak tahu

4. Apakah bapak/ibu mengetahui dari mana sumber pencemaran air sungai? a. Tahu

bisa menyebutkan : - limbah RT - limbah RS - limbah pabrik - buangan irigasi b. Tidak tahu

5. Apakah bapak/ibu mengetahui air sungai dapat dimanfaatkan untuk apa saja? a. Tahu

bisa menyebutkan : - sumber air bersih - irigasi sawah - bahan baku air minum - keperluan MCK b. Tidak tahu

6. Apakah bapak/ibu mengetahui cara pengolahan air sungai sebaiknya sebelum digunakan?

a. Tahu

bisa menyebutkan : - disaring - diendapkan

- diberi koagulan (tawas) - diberi desinfektan (klorin) b. Tidak tahu

7. Apakah bapak/ibu mengetahui dari mana sumber pencemaran air sungai Lau Gerbong ini?

a. Tahu

bisa menyebutkan : - limbah RT - sampah - limbah RS - tinja b. Tidak tahu

8. Apakah bapak/ibu mengetahui akibat penggunaan air yang kotor? a. Tahu

bisa menyebutkan : - penyakit kulit - diare - cholera - disentri b. Tidak tahu

9. Apakah bapak/ibu mengetahui jenis penyakit kulit yang diakibatkan penggunaan air yang kotor?

a. Tahu

bisa menyebutkan : - dermatitis - kulit gatal - kulit melepuh - kulit bersisik b. Tidak tahu

10. Apakah bapak/ibu mengetahui cara menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit kulit?

a. Tahu

bisa menyebutkan : - mandi menggunakan air bersih - mandi minimal 2 x sehari - mandi menggunakan sabun - mengganti pakaian setiap hari b. Tidak tahu


(3)

SIKAP

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju 1. Air sungai Lau Gerbong digunakan sebagai sumber air

bersih

2. Masyarakat membuang sampah ke sungai 3. Masyarakat mandi di sungai

4. Masyarakat mencuci pakaian/piring di sungai 5. Masyarakat membuang tinja ke sungai

6. Masyarakat memandikan ternaknya di sungai 7. Masyarakat membersihkan kendaraannya di sungai 8. Setiap mandi harus menggunakan sabun

9. Kebersihan sungai harus dijaga

10. Sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar? TINDAKAN

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk mandi? 2. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk

menggosok gigi?

3. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk mencuci alat dapur?

4. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian?

5. Apakah bapak/ibu membuang tinja ke sungai? 6. Apakah bapak/ibu membuang sampah ke sungai?

7. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk memandikan ternak?

8. Apakah bapak/ibu mandi tidak kurang dari 2 kali sehari? 9. Apakah bapak/ibu menggunakan air sungai untuk

membersihkan kendaraan?

10. Apakah bapak/ibu menggunakan sabun setiap kali mandi?


(4)

KELUHAN KESEHATAN KULIT

1. Apakah dalam 1 bulan terakhir bapak/ibu pernah atau ada yang mengalami keluhan kesehatan kulit setelah menggunakan air sungai Lau Gerbong?

a. Ada b. Tidak ada

2. Apakah dalam 1 bulan terakhir anggota keluarga lainnya pernah atau ada yang mengalami keluhan kesehatan kulit setelah menggunakan air sungai Lau Gerbong?

a. Ada b. Tidak ada

3. Berapa anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan kulit?... orang 4. Tabel Keluhan Kesehatan Kulit

No. Keluhan Kesehatan Kulit Ya Tidak 1. Gatal-gatal

2. Bintik-bintik merah 3. Nyeri

4. Panas / hangat 5. Kulit Bersisik 6. Bengkak Lokal

5. Berapa lama keluhan kesehatan kulit yang dirasakan ?....hari 6. Apakah dilakukan tindakan untuk pengobatan ?

a. Ya b. Tidak

7. Kemana bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya berobat? a. Puskesmas

b. Balai Pengobatan c. Bidan Desa


(5)

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar Lampiran 1. Air Sungai Lau Gerbong


(6)

Gambar Lampiran 3. Masyarakat yang mencuci pakaian/piring di sungai Lau Gerbong