Sikap Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 95,6

Tingkatan pengetahuan masyarakat Desa Perbesi dalam penggunaan air sungai yang persentase terbesar pada kategori sedang dapat dijelaskan masih pada tingkat pengetahuan yang hanya mengetahui dan memahami, belum mampu mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis ataupun mengevalusi. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan air sungai Lau Gerbong sebagai sumber air bersih yang masih belum baik akan mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Green 2005 yang dikutip dari Notoatmodjo 2003 yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Dengan demikian peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pengunaan air sungai dalam kehidupan sehari-hari penting dalam upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat itu sendiri.

5.2.2. Sikap Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 95,6

responden menyatakan setuju air sungai Lau Gerbong digunakan sebagai sumber air bersih. Namun sesuai pendapat Entjang 1985, air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengolahan purifikasi air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk kepentingan rumah tangga. Universitas Sumatera Utara Sebanyak 95,6 responden juga menyatakan setuju apabila masyarakat mandi di sungai. Hal ini menunjukkan sikap responden masih buruk sehingga menganggap mandi di sungai adalah hal yang wajar. Seharusnya untuk keperluan hidup manusia sehari-hari termasuk mandi, air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berdasarkan kepentingan kesehatan manusia. Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa sebanyak 93,4 responden setuju jika masyarakat mencuci pakaian maupun piring di sungai. Selain itu dalam hal masyarakat memandikan ternaknya di sungai sebanyak 57,1 responden juga menyatakan setuju. Demikian pula dalam hal masyarakat membersihkan kendaraannya di sungai sebanyak 67 responden menyatakan setuju. Dengan demikian ini menunjukkan sikap responden dalam hal pemeliharaan kebersihan sungai masih kurang. Hal ini tidak sesuai dengan sikap responden dimana seluruh responden menyatakan setuju bila kebersihan sungai harus dijaga dan sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar. Sikap responden yang saling bertolak belakang ini menunjukkan pemahaman responden mengenai sumber pencemaran air bersih masih kurang. Sebagaimana perilaku mencuci pakaian maupun piring di sungai, memandikan ternak di sungai dan membersihkan kendaraan di sungai dapat menyebabkan air sungai tercemar. Bahkan sebanyak 61,5 responden menyatakan setuju bila masyarakat membuang tinja ke sungai. Berdasarkan pengkategorian sikap responden dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong di Desa Perbesi termasuk kategori sedang sebesar 79,1. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pemahaman masyarakat Desa Perbesi Universitas Sumatera Utara mengenai kesehatan lingkungan terutama pemahaman tentang pemanfaatan air sungai dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang kurang baik akan mempengaruhi tindakan yang kurang baik pula. Menurut Ajzen 1988 yang dikutip dari Azwar 2005, sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal maupun informal yang diperoleh oleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, apabila pengetahuan seseorang baik maka sikap juga baik. Menurut Notoatmodjo 2003 bahwa sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa sikap masyarakat yang kategori sedang dapat dikatakan masih pada tingkatan menghargai namun belum dapat bertanggung jawab sehingga memungkinkan masyarakat melakukan tindakan yang kurang baik. Sikap masyarakat yang baik belum tentu menghasilkan tindakan yang baik pula. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan dengan tindakan, hal ini dikarenakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung diantaranya fasilitas ataupun dukungan dari pihak lain. Menurut Entjang 1985 masalah hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan pada hakekatnya merupakan masalah sikap hidup dan penggarapan ke arah perubahan sikap hidup. Pendidikan kesehatan membuat perorangan dan masyarakat, bebas dari ketidakmengertian ini, sehingga masyarakat menyadari bahwa pemeliharaan kebersihan diri dan lingkungan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling efesien. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Tindakan