Ijtihad yaitu pemikiran para sahabat atau ulama dalam menyelesaikan hal-hal pembagian waris yang belum atau tidak disepakati. Maksudnya ialah ijtihad dalam
menerapkan istinbath hukum, bukan untuk mengubah pemahaman atau ketentuan yang sudah ada.
19
C. Sejarah Hukum Kewarisan Islam
1. Kewarisan pada masa pra-Islam Pada zaman jahiliyah, bangsa Arab memiliki hobi mengembara dan
berperang, kehidupannya bergantung pada hasil perniagaan rempah-rempah dan harta rampasan perang. Mereka beranggapan bahwa kaum laki-laki yang sudah
dewasa saja yang mampu, memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam pemeliharaan harta kekayaan. Itulah sebabnya harta warisan hanya diberikan kepada kaum laki-laki
tidak diberikan kepada perempuan dan anak-anak, dan harta warisan ini juga diberikan kepada orang-orang yang mempunyai perjanjian prasetya dan orang-orang
yang diadopsi. Pada zaman jahiliyah hanyalah orang yang memiliki ikatan-ikatan berikut ini yang mendapatkan harta warisan yaitu :
20
a. Adanya pertalian kerabat;
b. Adanya ikatan janji prasetia;
c. Adanya pengangkatan anak adopsi.
19
Aep Saifullah, Analisa Perbandingan Hukum Kewarisan Adat Sunda Dengan Hukum Kewarisan Islam, Konsentrasi Peradilan Agama
, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2007
20
Ashari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur. Ilmu Waris Al-Faraidl Deskripsi Berdasar Hukum Islam Praktis dan Terapan
, h.15.
2. Kewarisan pada masa awal Islam Pada masa awal Islam, kekuatan kaum muslimin masih sangat lemah
dikarenakan jumlah umat Islam masih sangat lemah. Setelah menerima perintah dari Allah SWT. Rasulullah SAW. Bersama sejumlah sahabat besar meninggalkan kota
Mekkah menuju Madinah. Kedatangan Rasulullah SAW. Dan pengikutnya kaum muhajirin disambut gembira oleh masyarakat Madinah kaum anshor, untuk
memperteguh dan menjadikan persaudaraan kaum muhajirin dan kaum anshor. Rasulullah SAW menjadikan ikatan persaudaraan tersebut sebagai salah satu sebab
untuk saling mewarisi. Pada masa ini ditetapkan sebab-sebab seseorang memperoleh harta warisan yaitu :
21
a. Adanya pertalian kerabat, nasab;
b. Adanya janji prasetia;
c. Adanya pengangkatan anak;
d. Adanya hijrah;
e. Adanya muakhkhah persaudaraan.
22
Dasar hukum dari hijrah dan muakhkhah sebagai sebab mewarisi yaitu : :-
e v I
T S
5
S 4
‚ • 4
S 4R
c ‚
4 c
. 4Š
1 NOk œPE4= 4
L M ,;Y •
• My
T 4
S 4 4
5 S
E406 :4
BžŸ Š4•=
21
H. Suparman Usman dan Yusuf Somahinata. Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.4-6
22
Ashari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur. Ilmu Waris Al-Faraidl Deskripsi Berdasar Hukum Islam Praktis dan Terapan
, h. 16
NOjk ¡ ?1 m5
Y 44=
¢£ ?1 A
My T
4 S
5
NO 4
S 4 ‚
wk0R 15G
Ok Y
4 ~5
p Ap™i
S 4 ‚
wk0R A
,- e 4
NO5406 h¤
• L
M ,My •R
OP•Yd ?\
: ¥{ e
ALd+ ¦§N
NO5Gh7 n1 O‘
n1 4 u¨ U
G J
4 1
- ? ?+
u 1 .
ﻥ 7
8 Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan kepada orang-orang muhajirin mereka itu satu
sama lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum
mereka berhijrah. 3. Kewarisan pada masa kesempurnaan Islam
Pada masa kesempurnaan Islam ini, telah ada kesempurnaan hukum-hukum Islam diantaranya :
23
a. Pencabutan sebab saling mewarisi karena hijrah dan persaudaraan. Firman
Allah SWT. : “p
¢: ALd¢ 44=
8ˆX
1 f
NOk œPE4= S
Eo0 ‚. 4ƒ4= 4
NOjk0 c:•=
G S
5 Š4•=
4 § dNr23
NOjk ¡ ?1 A©d¢ 44=
¢£ ?B 1
L M
2 Q v
8ˆX
My ª
c 4
{ e -4=
S K ?
?E+ Ld¢
e O5G«
44= l\4
?: A
89 zQ B
.Ž L M
` • 7r 5}
. ﺡ
: ;
7
23
Ashari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur. Ilmu Waris Al-Faraidl Deskripsi Berdasar Hukum Islam Praktis dan Terapan
., h17-19
Artinya : “ Nabi itu hendaknya lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak waris-mewarisi di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali
kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu seagama. adalah yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab Allah.”
b. Pencabutan sebab-sebab saling mewarisi. Sebagaimana yang tercantum dalam
Firman Allah SWT. surat an-Niasaa ayat 7; c.
Pencabutan sebab saling mewarisi dengan alasan janji prasetia; My
T 4
S
5 _•
R ?1 S
4 ‚
• 4 S
4R c
‚ 4
NO5G ?
BžŸ Š4•Š\
5G A
S 5
Š4•= 4
§ dNr23 NOjk ¡ ?1
ALd¢ 44= ¢£ ?B
1 L M
2 G
:- e
T ,V;5G
1 ~5
p Bi…
‘ .
ﻥ 7
8 =
Artinya : “ Dan orang-orang yang beriman sesudah itu Kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu termasuk golonganmu juga. orang-
orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat di dalam Kitab Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
d. Pencabutan sebab saling mewarisi dengan alasan pengangkatan anak adopsi.
: z;
? ‚
J ;‚
ˆ XB\ L M
¬ \N
‚ A
4 z;
? ‚
O5G ‚. 4ƒ4=
r Ÿ T
-4 c P?+
jk l N15G
` c:•=
A 4
z; ?
‚ NO5 5
4=
NO5 5 h7N14=
A NO5G
.Ž O5G5
N NO5G
•. \4Š
1 S
J 4
PeI
:¨ ?• 4
- RfcI z;Y •
. NO?•
NO c«
1¤ ?•
5 6 4= R
A
- [\
NOT S
K d ?+
NO?• 5 1
5 NOP•0.
v [\ L M
,My V NO5GY
. 4
A –
4 NOP•Yd ‘
p ‚
Y \ ?+\Š} v4=
¬ 1
G 4
: fO
R ?+
NO5G01 ? ? A
- zQ 4 J
7r PE‹ €
r .
ﺡ :
; 7
- =
Artinya : “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar
24
itu sebagai ibumu, dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu
sendiri. yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang Sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar.{5}
Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui
bapak-bapak mereka, Maka panggilah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maula
25
mu dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh hatimu. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Keistimewaan yang terdapat dalam kewarisan pada masa kesempurnaan Islam, antara lain :
26
a. Menyerahkan harta warisan kepada kerabat-kerabat yang berhak;
b. Tidak melarang kepada bapak, seterusnya ke atas leluhurnya dan istri;
c. Memberikan harta warisan kepada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan.
D. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam