14
a. Ta’dib
Menurut Syed Muhammad al-Naquib al-Attas istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah
ta’dib. Ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga
kata addabun. Menurut al-Attas, addabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis
sesuai dengan berbagai tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi
jasmaniah, intelektual maupun rohaniah seseorang. Berdasarkan pengertian addaba seperti itu, al-Attas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan
wujud sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut.
8
Menurut Samsul Nizar, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam peserta didik, tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Lebih banyak
ia ungkapkan bahwa, penggunaan istilah tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata tarbiyah memiliki arti
pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk manusia, tapi juga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau mahluk
Allah lainnya. Timbulnya istilah tarbiyah dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “education” yang dalam batasan pendidikan Barat
lebih menekankan pada asfek fisik dan material. Sedangkan pendidikan Islam penekanannya tidak hanya aspek tersebut tapi juga pada aspek psikis dan
immateril.
9
Sebagai alternatif yang di ajukan al-Attas sebagaimana di kutif oleh Miftahul Ulum dan Basuki untuk istilah pendidikan Islam harus dibangun dari
8
Khoirun Rosyadi, Pendidikan Profetik, h. 140-141
9
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 30
15
berbagai istilah yang secara substansial mengacu pada pemberian pengetahuan, pengalaman, kepribadian dan sebagainya. Pendidikan Islam harus dibangun dari
perpaduan istilah ilm atau allama ilmu, pengajaran, adl keadilan, amal tindakan, haqq nalar, nafs jiwa, qalb hati, aql pikiran, tafsir dan
ta’wil penjelasan dan penerangan yag secara keseluruhan istilah tersebut terkandung
dalam istilah adab.
10
b .
Ta’lim
Istilah ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan
Islam. Menurut Abdul Fatah Jalal
ta’lim sebagaimana di kutif Khoirun Rosyadi
menurutnya lebih relevan. Argumentasinya di dasarkan dengan merujuk pada Surah al-Baqarah ayat 15 yaitu:
Artinya: “Sebagaimana kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu
kami telah mengutus kepada mu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu al-kitab dan al-hikmah as-sunnah serta mengantarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui QS. al-
Baqarah : I5.
11
Berdasarkan ayat di atas proses ta’lim justeru lebih universal
dibandingkan proses tarbiyah. Jalal menjelaskan bahwa ta’lim tidak berhenti pada
pengetahuan yang lahiriyah, juga tidak hanya sampai pada pengetahuan taklid. Ta’lim mencakup pula pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan dan
menyuruh melaksanakan pengetahuan itu. Ta’lim mencakup pula aspek-aspek
pengetahuan lainnya serta keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan serta berpedoman perilaku. Jadi, berdasarkan analisis itu Abdul Fattah Jalal
menyimpulkan menurut al- Qur’an tal’lim lebih luas dari pada tarbiyah.
10
Miftahul Ulum dan Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan: Konseptualisasi Pendidikan dalam Islam Ponorogo: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2006, h. 1-4
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahannya Jakarta: PT.
Sari Agung, 2000, h. 32
16
c. Tarbiyah
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi sebagaimana di kutif
Dewi Istiana
kata tarbiyah dari segi bahasa berasal dari tiga kata yaitu pertama kata raba yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Hal ini sejalan dengan firman Allah
yang artinya “Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah Qs al-Rum, 30:39. Kedua rabiya yarba yang dibandingkan dengan khafiya-
yakhfa yang berati tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-yarubbu yang dibandingkan dengan madda yamuddu yang berarti memperbaiki, mengurusi
kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.
12
Menurut Imam al- Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al-rabb adalah tarbiyah yaitu menyampaikan
sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.
13
Berdasarkan ketiga kata itu Abdurrahman an- Nahlawi menyimpulkan bahwa pendidikan tarbiyah terdiri atas empat unsur yaitu pertama, menjaga dan
memelihara fitrah anak menjelang dewasa baligh, kedua mengembangkan seluruh potensi, ketiga mengarahkan seluruh fitrah dan fotensi menuju
kesempurnaan, ke empat di laksanakan secara bertahap.
14
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik
secara bertahap menurut ajaran Islam. Dengan demikian ke-tiga istilah tersebut di atas memberi kesan yang
berbeda. Istilah ta’dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan
etika dalam kehidupan, istilah ta’lim mengesankan proses transformation of
knowledge, sedangkan istilah tarbiyah mengesankan proses pembinaan, pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental.
Menurut Zakiah Darajat sebagaimana di kutif oleh Soimun Endarto pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak
12
Abuddin Nata, Op.Cit, h. 289
13
Dewi Istiana,Op.Cit h. 3
14
Khoirin Rosyadi, Op. Cit, h. 147-146
17
hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.
15
Azyumardi Azra sebagaimana di kutif Dewi Istiana mengatakan bahwa pendidikan Islam ialah penekanan pada
pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah swt. Sedangkan menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly pendidikan
Islam ialah sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia.
16
Dari beberapa pengertian pendidikan yang dikemukakan di atas oleh para ahli tersebut maka dapat di ambil beberapa pengertian tentang pendidikan Islam
yaitu: 1
Sebagai usaha bimbingan ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam;
2 Suatu usaha sadar untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku
individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses pendidikan melalui latihan-latihan akal pikiran
indera dalam seluruh aspek kehidupan manusia. 3
Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar fitrah dan kemampuan ajarnya. pengaruh dari luar,
secara individual maupun kelompok sehingga manusia mampu menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan
benar.
B. Pembaharuan Pendidikan Islam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembaruan berasal da ri kata „Baru”
yang artinya proses, cara, perbuatan membarui dan proses mengembangkan kebudayaan terutama dilapangan teknologi dan ekonomi
17
. Dalam bahasa Arab, yang memiliki kesepadanan makna dengan kata pembaruan adalah tajdid,
15
Soimun Endarto, Op.Cit h. 5
16
Dewi Istiana, Op. Cit, h. 23
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi KetigaJakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 109
18
maknanya antara lain: renewal, innovation, reorganization, reform, dan modernization.
18
yaitu memperbarui atau memodernkan. Menurut Harun Nasution pembaruan atau modernisasi dalam masyarakat
Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan oleh perubahan dan keadaan, terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
19
Dilihat dari pendapat tersebut, pembaruan identik dengan dengan modernisasi dan reformasi.
M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa di dalam pembaruan terdapat syarat pokok tertentu. Pembaruan dapat terlaksana akibat pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai al- Qur’an, serta kemampuan memanpaatkan dan
menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah lihat: Q.S. 36:62; 35:43. Dari ayat-ayat al-
Qur’an tersebut dipahami bahwa pembaruan baru dapat terlaksana bila dipenuhi dua syarat pokok: a. adanya nilai atau ide, dan b. adanya pelaku
yang menyesuikan diri dengan nilai-nilai tersebut
20
Jika dilihat dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembaruan adalah suatu proses perubahan ke arah perbaikan dalam rangka
memperbaiki tatanan atau sistem lama yang dianggap tidak relevan lagi agar dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman sekarang ini. Kaitannya dengan
pengertian pembaruan pendidikan Islam berarti upaya untuk melakukan perubahan dengan pembaruan dalam pendidikan Islam ke arah yang lebih
berkualitas sesuai dengan tuntunan jaman dengan tetap berpedoman pada al- Qur’an dan Sunnah.
Berbicara tentang pembaruan tidak akan terlepas dari orang yang melakukan pembaruan itu sendiri. Pembaru adalah sebutan bagi orang yang akan
melakukan pembaruan. Seorang pembaharu menurut Abdul Hakim Abdat haruslah seorang yang berilmu dan memahami betul ilmu agama secara zahir
18
J. Milten Cowan, A Dictionary of Modern Written Arabic, New York: t.t. 1971, h. 114
19
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1991, h. 11
20
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, I992, h. 43
19
maupun batin. Selain itu, dia juga harus senantiasa menghidupkan dan mengajak umat kepada al-
Qur’an dan sunnah. Dan dalam amaliyahnya bersih dari syirik dan bid’ah.
21
Sementara itu Dr. Taufik Abdullah menyatakan bahwa kaum pembaharu bukanlah kedudukan yang diangkat dan juga bukan berdasarkan pilihan banyak
orang . Pembaru adalah bagaimana seseorang yang mau menghubungkan dirinya dengan cita-cita dan nilai. Karena nya pembaru pemikiran dibimbing oleh suatu
misi tertentu. Seseorang kaum modernis dituntut untuk dapat menganalisis permasalahan masyarakat secara jujur dan objektif, apa adanya tanpa dipengaruhi
oleh hal-hal lain. Penilaian yang jujur dan objektif itu diharapkan akan lahir analisis-analisis yang bermanfaat bagi masyarakat.
22
Timbulnya pembaruan pemikiran Islam di Indonesia baik dalam bidang agama, sosial dan pendidikan di awali dan dilatarbelakangi oleh pembaruan
pemikiran Islam yang timbul dibelahan dunia Islam lainnya, terutama oleh pembaruan pemikiran Islam yang timbul di Mesir, Turki dan India. Latar
belakang pembaruan yag timbul di Mesir dimulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir.
Mesir yang mempunyai Kairo sebagai ibukota dengan Universitas Al- Azhar yang didirikan pada 358 H 969 M, merupakan pusat peradaban Islam dan
kekuatan politik yang besar pengaruhnya di dunia Islam pada masa lampau. Turki sendiri merupakan salah satu dari tiga negara besar di dunia Islam abad ke enam
belas dan abad kedelapan belas, ketika Eropah, Inggris dan Perancis belum muncul sebagai negara yang berpengaruh dalam politik internasional. Bahkan
kerajaan Utsmani menguasai daratan Eropah dan Istanbul sampai ke pintu gerbang kota Wina. Adapun India dengan berdirinya kerajaan Mughal merupakan
negara kedua dari tiga negara besar tersebut di atas. Delhi merupakan pusat kekuasaan dan kebudayaan Islam di dunia Islam bagian Timur.
23
21
Abdul Hakim Abdat, al-Masail; Masalah-Masalah Agama Jakarta: Darul Qalam, 2001, h.171
22
Taufik Abdullah, Misi Intelektual, dalam Panji Masyarakat, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, I981, h. 13
23
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran , Bandung: Mizan. 1996, h. 151