Latar Belakang Masalah Pembaharuan Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Ahmad Dahlan

3 pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggungjawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek pendidikan. 10 Nama K.H. Ahmad Dahlan bukanlah nama yang asing dalam dunia pendidikan, ia lebih banyak dikenal orang sebagai pendakwah atau pembaharu sosial budaya di Indonesia. Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri, ia telah memberikan nilai-nilai yang berharga pada pendidikan Islam agar dapat selangkah lebih maju dengan orang-orang Eropah. Pembaruan yang di lakukan K.H. Ahmad Dahlan antara lain adalah dalam pembaharuan pendidikan Islam. K. H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pembaharu dalam Islam sekaligus sebagai pendiri persyarikatan Muhammadiyah. K. H. Ahmad Dahlan mulai melakukan ide pembaharuan sekembalinya dari haji pertama yaitu pada tahun 1883, melihat keadaan masyarakat Islam di Indonesia yang mengalami kemerosotan disebabkan oleh keterbelakangan pengetahuan akibat tekanan penjajahan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda menginginkan rakyat pribumi sebagai buruh kasar dengan upah rendah sehinga tidak lagi memikirkan pendidikan. Adanya perbedaan dalam pendidikan menyebabkan berkembangnya dualisme pendidikan yakni sistem pendidikan kolonial Belanda dan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusatkan di pondok pesantren. Melihat perbedaan pendidikan yang terjadi pada saat itu maka timbulah ide dari K. H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan. 11 KH.Ahmad Dahlan yang waktu mudanya bernama Muhammad Darwis adalah seorang ulama,sekaligus sebagai cendikiawan. Beliau seorang tokoh yang dikenal memiliki kemauan keras, bersungguh-sungguh, tidak mengenal lelah dalam mengusahakan terwujudnya cita-cita, bersikap terbuka, pemberani, dan supel dalam pergaulan. 12 Sebagai cendikiawan yang memiliki wawasan berfikir 10 Zuhairini, et al, op cit, h. 148 11 httptmsi-smangat.org-kyai-haji-ahmad-dahlandiakses pada tanggal 22 Oktober 2014 12 M. Musfiqon, Pendidikan Kemuhammadiyahan, Surabaya: Majelis Dikdasmen PWM Jatim, 2012, h.48 4 yang mendalam dan luas, KH. Ahmad Dahlan membangun persyarikatan yang bercirikan sebagai gerakan pembaharuan dengan dua sasaran utama, yaitu gerakan pembaharuan dalam bidang pemikiran dengan titik tumpu pemurnian purifikasi pemahaman keagamaan, serta pembaharuan reformasi dalam bidang sosial pendidikan. Cita-cita KH. Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama tegas, beliau ingin memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat haruslah terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. Kalau sarekat Islam usaha-usahanya ditekankan kepada bidang politik yang berlandaskan cita-cita agama. Muhammadiyah menekankan usahanya pada perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial. Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pelaksanaan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal khaliq maupunhorizontal makhluk. Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas pencipt aan manusia, yaitu sebagai „abdAllah dan khalifah fi al-ardh. Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah dengan al-ruh dan al- ‘aql. Maka dari itu pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh. Supaya manusia itu tunduk dan patuh kepada Khaliknya. Pendidikan yang dimaksud oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah pendidikan yang berorientasi pada pendidikan modern, yaitu dengan menggunakan sistem klasikal. Apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang masih cukup langka dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam pada waktu itu. Di sini, ia menggabungkan sistem pendidikan Belanda dengan sistem pendidikan tradisional. 13 13 Maksum, Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet.Ke-1, h. 96 5 K.H. Ahmad Dahlan berpandangan bahwa untuk melahirkan individu yang berkualitas harus menguasai ilmu umum dan agama, material dan spiritual serta dunia dan akhirat. Baginya kedua hal tersebut ilmu umum dan agama, material dan spiritual serta dunia dan akhirat merupakan hal yang tidak dipisahkan satu sama lain. Gagasan ini direalisasikan dengan membentuk lembaga pendidikan yang memadukan pendidikan Barat-Islam sekolah umum dan pesantren. 14 Upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan tersebut dilaksanakan lebih lanjut oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, pada tahun 1912 H KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kaum muslimin terhadap pendidikan agama dan pada saat yang sama dapat memberikan mata pelajaran umum. 15 Kemudian pada tahun 1912, untuk melaksanakan cita-cita di Nusantara KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. 16 Salah satu sebab didirikannya Muhammadiyah ialah karena lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sudah tidak memenuhi lagi kebutuhan tuntutan zaman. tidak saja isi dan metode pengajarannya yang tidak sesuai, bahkan sistem pendidikannya pun harus diadakan perombakan yang mendasar. 17 Menurut Sholihin Salam, sebab-sebab yang mendorong K.H Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah itu ada dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor extern. Adapun faktor intern itu diantaranya adalah lemah dan gagalnya sistem pendidikan pondok pesantren Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan, zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri. Sedangkan faktor extern itu diantaranya ialah merajalelanya imperialis Belanda di Indonesia yang harus dihadapi. 18 14 Abdul Mut’i,Konsep Pendidikan Kiyayi Haji Ahmad Dahlan, Dalam Buku Karya Abdul Khaliq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik Dan Kontemporer Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999,h. 203 15 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Yogyakarta: Tarawang, 2000, h. 13 16 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Dan Muhammadiyah Dalam perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, h. 31 17 M. Yunan Yusuf, Kemuhamadiyahan Kajian Pemgantar Jakarta: Yayasan Pembaharu, 1988, h. 43 18 Margono Poespo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah Yogyakarta: Penerbit Persatuan Baru, 2005, h. 27-28 6 Pada awalnya, K.H Dahlan dengan organisasi Muhammadiyah yang mengadopsi sistem pendidikan Barat Belanda dianggap sebagai tokoh kontroversial karena jalan pikirannya yang menentang arus, tidak sejalan dengan sistem pendidikan Islam tradisional. Namun sebenarnya disitulah letak gagasan “pembaharuan? KH. Dahlan dalam dunia pendidikan Islam Indonesia. Ia mengambil alih sistem pengajaran Barat dengan ilmu pengetahuan umum sekaligus mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. 19 Melihat pembaharuan KH. Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam pertama atau salah satu ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan umat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab kuning, melainkan dengan organisasi. Kini Muhammadiyah yang ia dirikan merupakan ormas di Indonesia yang memiliki amal usaha terbesar di berbagai bidang, baik pendidikan, kesehatan, sosial kebudayaan, perekonomian, dan sebagainya. Salah satu ciri khas yang di miliki oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah adanya kurikulum tambahan dalam bidang keIslaman. Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah diberi pelajaran keIslaman dengan muatan yang cukup banyak, misalnya mata pelajaran aqidah akhlaq, ibadahmu’amalah, al-Qur;an hadits, Sejarah Kebudayaan Islam dan Kemuhammadiyahan. 20 Dalam melakukan pembaruan K. H. Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah, tetapi ikut membantu mengajar ilmu keagamaan di sekolah lain seperti di Kweekschool Gubernamen Jetis. K. H. Ahmad Dahlan juga melakukan pembaharuan lain seperti mendirikan masjid, menerbitkan surat kabar yang memuat tentang ilmu-ilmu agama Islam. Karena jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaruan Islam dan pendidikan, KH Ahmad Dahlan dianugrahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961. Cita-cita KH. Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ialah hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita 19 Arbiyah Lubis, op.cit., h. 103 20 www. goggle.com, diakses tanggal 27 Oktober 2014 7 agama Islam. 21 Dengan organisasi Muhammadiyah yang di dirikannya telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam. Berdasarkan permasalahan di atas penulis memilih judul “PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH. AHMAD DAHLAN ”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang pemikiran tersebut dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut: a Alasan yang melatarbelakangi KH. Ahmad Dahlandalam meningkatkan pendidikan Islam b Konsep pemikiran pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan dalam pendidikan Islam c Tantangan dan hambatan apa saja yang dihadapi K.H. Ahmad Dahlan dalam meningkatkan dan memajukan pendidikan Islam d Respon masyarakat terhadap gagasan yang dilontarkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam meningkatkan Pendidikan Islam e Keberhasilan apa saja yang dicapai K.H. Ahmad Dahlan dalam meningkatkanpendidikan Islam

2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, sangat diperlukan adanya ruang lingkup pembatasan masalah di dalamnya, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah, serta diharapkan dapat memudahkan pembaca untuk memahaminya. Ranah pemikiran pembaharuan KH. Ahmad Dahlan yang sangat luas maka penulis membatasi penelitian mengenai bagaimana pembaharuan pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan?. 21 Zuhairini. et.al, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, h. 202 8

3. Perumusan Masalah

Setelah diuraikan secara umum masalah penelitian ini dalam latar belakang masalah, maka penulis menganggap perlu untuk merumuskannya. Guna untuk mengerucutkan permasalahan yang akan dibahas, perlu adanya suatu perumusan masalah agar memudahkan dalam pembahasan skripsi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalahnya adalah bagaimana “ Pembaharuan Metode Pendidikan Islam menurut KH. Ahmad Dahlan? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis ini dalam menyusun karya ilmiah ini, bertujuan antara lain sebagai berikut: a Untuk mengetahui Pembaharuan Pendidikan Islam menurut KH. Ahmad Dahlan. b Hasil apa yang dicapai oleh KH. Ahmad Dahlan dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam menyusun karya ilmiah ini di antaranya sebagai berikut:

a Menambah wacana kajian sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia b Meningkatkan kualitas pendidikan Islam di era globalisasi c Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam sekaligus sumber daya manusia.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada maka peniliti menggunakan pendekatan secara kualitatif, bogdan dan tayor mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data 9 deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisandariorang-orang yang perilaku diamati. 22 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedurcara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki seseorang, masyarakat, lembaga dan lain-lain sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta aktual pada saat sekarang. 23 Adapun jenis penelitian yang dilakukan penulis terhadap penilitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu permasalahan serta pengumpulan data berasal dari kajian pustaka. Data-data yang dikumpulkan berasal dari tulisan KH. Ahmad Dahlan sebagai data Primer dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan pembahasan sebagai data sekunder, baik itu berupa buku, majalah, hasil-hasil penelitian ataupun buletin yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana karya ilmiah secara umum, setiap pembahasan suatu karya ilmiah tentunya menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan mudah dipahami. Teknik pengumpulan data berasal dari data dokumen, yang artinya barang- barang yang tertulis dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, artikel, makalah, hasil-hasil penelitian ataupun buletin yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini. Hanya data yang betul-betul terkait dengan topik penelitian yang penulis cantumkan dalam skripsi ini. 24 Atau bisa juga dengan dokumentasi yaitu dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan 22 Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Islamic Research Publishing, 2009, Cet.Ke-1, h. 35 23 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajdah Mada University Press, 1992, h. 67 24 Lexi J. Moelang, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997 Cet. Ke-8, h. 10