Segitiga Epidemiologi Insiden Kejadian Penyakit

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Segitiga Epidemiologi

Distribusi atau penyebaran penyakit transmission of disease umumnya terjadi pada penyakit infeksi yang menular sehingga penyakit ini disebut communicable disease. Penyakit terjadi disebabkan oleh transmisi agen infeksi dari satu orang ke orang lain. 12 Berdasarkan hukum kesetimbangan John Gordon Model Gordon kesehatan individu digambarkan dalam keseimbangan Host-Agent- Environment. 10 Ketiga komponen ini saling berinteraksi sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit pada setiap individu. Gambar 2.1 Segitiga Konsep Epidemiologi Penyakit Selain dari ketiga komponen yaitu Host-Agent-Environment, penyebaran epidemiologi penyakit yang ditemukan pada suatu komunitas atau masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa keadaan tertentu lainnya. 13 Beberapa keadaan tertentu tersebut cukup banyak contohnya. Secara ringkas keadaan-keadaan tersebut diantaranya adalah orang, tempat dan waktu. 6

2.2 Segitiga Distribusi Epidemiologi

Pada setiap kelompok penduduk, setiap individu dari kelompok penduduk tersebut memiliki risiko yang berbeda terhadap setiap penyakit tertentu. Individu yang mempunyai risiko terpapar terhadap suatu penyakit yang sama, tidak semua dari individu tersebut akan menderita penyakit yang sama pada tempat dan waktu tertentu. Kondisi pada individu ini dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. 14 Berbagai faktor penyebab kejadian penyakit tersebut, dapat diketahui oleh peneliti melalui pengamatan. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti akan memperoleh keterangan lebih lengkap mengenai penyebab kejadian penyakit tersebut. Pengamatan dilakukan kepada individu dan lingkungan tempat tinggal. Jika berbagai penyebab kondisi ini sudah diketahui, keterangan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui epidemiologi. Dalam epidemiologi, gambaran kejadian penyakit dinilai dari tiga karakteristik utama yaitu orang, tempat dan waktu. Ketiga karakteristik ini sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya sehingga ketiga karakteristik ini harus diamati secara bersamaan maupun secara terpisah. 15 Dalam penerapannya, ketiga karakteristik ini harus digunakan setepat mungkin. Karena keterangan yang diperoleh dari ketiga karakteristik tersebut dapat membantu untuk fokus melakukan penilaian yang lebih terarah dalam mencari penybab penyakit dan menentukan diagnosis. Selain itu, keterangan dari ketiga karakteristik tersebut dapat mengarahkan program pencegahan dan penilaian hasil program kesehatan. 15 Ketiga karakteristik dalam epidemiologi yaitu orang, tempat dan waktu merupakan faktor-faktor yang selalu tercantum dalam setiap kegiatan untuk menilai epidemiologi dan merupakan dasar pokok epidemiologi deskriptif. 14 Ketiga karakteristik yaitu orang, tempat dan waktu akan dijelaskan pada paragraf di bawah ini. 7

2.2.1 Epidemiologi Berdasarkan Orang

Perbedaan sifat atau karakteristik orang secara tidak langsung dapat meberikan perbedaan pada risiko terpapar penyakit. Karena kejadian penyakit dapat terjadi hanya pada kelompok usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan dan keadaan sosio-ekonomi. 14 Usia merupakan salah satu karakteristik dari orang yang cukup penting untuk mengetahui kejadian penyakit pada orang. Perbedaan usia berhubungan dengan daya tahan tubuh. Sebagai contoh pada anak mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh belum sempurna. Pada orang dewasa muda, kegiatan yang aktif dan konsumsi makanan yang memenuhi gizi dapat menjaga kesehatan. Orang usia lanjut mudah terserang penyakit karena fungsi daya tahan tubuh mulai berkurang. 15 Penyakit dapat terjadi karena perbedaan jenis kelamin karena adanya perbedaan bentuk fisik antara laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh kejadian tumor prostat hanya diderita oleh kelompok laki-laki dan kejadian kanker rahim hanya diderita oleh kelompok perempuan. 16 Penyakit yang terjadi karena pengaruh agama contohnya Agama Islam melarang pemeluknya meminum minuman beralkohol karena menyebabkan kelainan pada hati. Pemeluk Agama Islam juga dilarang memakan daging babi karena daging babi mengandung cacing pita. 14 Penyakit yang terjadi karena pekerjaan contohnya pada pekerja tambang lebih berisiko terkena penyakit silikosis. Pada pekerja yang bekerja di pabrik kapas akan menghirup kapas yang merupakan risiko terkena penyakit bisinosis. 15 Keadaan sosio-ekonomi mempengaruhi kesehatan masyarakat, contohnya masyarakat dengan sosio-ekonomi rendah lebih banyak menderita gizi buruk dan masyarakat dengan sosio-ekonomi tinggi lebih banyak menderita penyakit kardiovaskuler. 16 8

2.2.2 Epidemiologi Berdasarkan Tempat

Epidemiologi yang terjadi berdasarkan tempat dibedakan menjadi penyebaran hanya pada satu wilayah desa dan kota, penyebaran beberapa wilayah kelurahan dan kecamatan, penyebaran satu negara nasional namun tergantung keadaan geografis dan luasnya suatu negara, penyebaran beberapa negara regional karena negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit suatu penyakit dan penyebaran banyak negara internasional. 17 Pola penyebaran penyakit dapat berubah dari satu wilayah ke beberapa wilayah dan dari satu negara ke beberapa dan banyak negara. Perubahan pola penyebaran penyakit tersebut perlu menjadi perhatian utama para ahli epidemiologi. 15 Lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap sekitar tempat hidup organism sehingga memungkinkan penularan penyakit. Faktor lingkungan mencakup aspek biologis, fisik, sosial dan budaya. Lingkungan dapat berada di dalam pejamu atau di luar pejamu. 14 Distribusi dan penyebaran penyakit di suatu daerah dapat digambarkan dengan Peta Epidemiologi. Dalam peta epidemiologi digambarkan daerah yang berwarna merah merupakan daerah frekuensi tinggi suatu penyakit, daerah warna hijau dengan frekuensi sedang dan daerah warna biru dengan frekuensi rendah. 17 Contoh penyakit yang penyebarannya disebabkan kondisi lingkungan atau tempat, kejadian demam tifoid terjadi pada lingkungan yang berdekatan dengan pusat umum pembuangan sampah. Tempat tersebut merupakan tempat hidup lalat yang bila hinggap di sampah kemudian hinggap pada makanan di rumah akan menyebabkan demam tifoid pada orang yang memakan makanan tersebut. 18 9

2.2.3 Epidemiologi Berdasarkan Waktu

Epidemiologi berdasarkan waktu secara umum dibedakan menjadi penyebaran satu saat contohnya pada wabah penyakit menular terjadi onset penyakit yang lambat, masa inkubasi yang panjang, episode penyakit majemuk, waktu muncul penyakit tidak jelas dan hilangnya penyakit dalam waktu lama. 14 Penyebaran menurut satu kurun waktu digunakan untuk mencari penyebab suatu penyakit. Contohnya pada penelitian Aycock dan Luther disimpulkan bahwa penyakit poliomyelitis pada anak terjadi setelah anak mengalami tonsilektomi. Penyebaran siklis digunakan bila frekuensi penyakit naik atau turun sesuai siklus contohnya menurut keadaan cuaca. Penyebaran sekuler digunakan bila perubahan yang dialami misalnya lebih dari 10 tahun. 15 Waktu dapat mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup pejamu atau agen dan durasi perjalanan penyakit. Waktu berkaitan dengan lama individu terinfeksi penyakit sampai kondisi yang akan membantu proses kesembuhan penyakit atau menyebabkan kematian pada individu yang menderita. 16 Satu kejadian penyakit yang dipengaruhi oleh waktu adalah penyakit demam berdarah. Demam berdarah umumnya sering terjadi pada waktu peralihan musim dari musim penghujan ke musim kemarau, di Indonesia pada bulan Maret sampai April. 19 Bila masalah kesehatan penyakit yang terjadi di suatu wilayah diderita oleh banyak orang dan frekuensinya menetap dalam waktu yang lama, kondisi seperti ini bisa disebut sebagai kondisi endemis. 10

2.3 Insiden Kejadian Penyakit

Dalam mendeskripsikan kejadian penyakit, dikenal istilah insidensi. Insidensi digunakan sebagai alat ukur kasus baru penyakit yang terjadi dalam satu populasi. Istilah insidensi terkadang digunakan secara bergantian dengan istilah angka insiden. 14 Definisi dari insiden adalah jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam suatu periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu. 16 Insidensi merupakan nilai yang sangat berguna dalam epidemiologi deskriptif untuk menentukan kelompok penduduk yang menderita dan yang berisiko. 14 Perhitungan angka insidensi digunakan untuk mengetahui kasus baru penyakit berdasarkan perjalanan waktu, yaitu hubungan antara orang-tahun. Faktor orang-tahun yang digunakan seperti usia, jenis kelamin tentunya bervariasi dalam satu periode waktu. 16 Rumus Perhitungan Angka Insiden: x = jumble orang dale suatu populace yang ditetapkan menu rut orang tempt dan waktu, yang baru sakit karena sebab tertentu. y = jumlah orang dalam populasi tersebut yang mempunyai risiko penyakit tersebut selama interval waktu tertentu. k = nilai yang digunakan mulai dari 100, 1.000, 10.000, 1.000.000. Untuk menentukan angka insidensi suatu penyakit, perlu dilakukan obsesrvasi terhadap satu populasi agar dapat dipastikan keluasan kasus baru penyakit yang terjadi. Inti dari insidensi, jika ada dugaan KLB kejadian luar biasa, dapat mengonfirmasi suatu diagnosis penyakit atau menetapkan sumber terjadinya peristiwa, jika berasal dari sumber nonpatogen. 15 11 Informasi yang memadai berdasarkan ilmu biomedis harus tersedia untuk mengevaluasi status kesehatan individu di dalam kelompok populasi yang berisiko. Informasi dapat berasal dari laporan individu, dokter dan catatan medis di rumah sakit atau puskesmas. Pemeriksaan klinis dibutuhkan untuk membuktikan terjadinya KLB. 14 Insidensi dinyatakan sebagai suatu perubahan per unit waktu. Waktu awitan ditemukannya KLB sangat penting dalam penentuan insidensi. Langkah pertama adalah menetapkan diagnosis dan diagnosis banding penyakit. Namun, penentuan insidensi akan sulit diukur tanpa adanya waktu awitan penyakit. Pada kejadian penyakit yang waktu awitannya sulit ditentukan, maka kejadian objektif paling awal yang dibuktikan dapat dijadikan sebagai waktu awitan. 15 Dapat disimpulkan angka insidensi adalah estimasi yang tepat terhadap risiko atau kemungkinan kejadian suatu penyakit dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan populasi yang berisiko. Oleh karena itu, satu populasi harus diikuti perkembangannya selama satu periode waktu untuk menentukan tahapan penyakit yang sedang terjadi dalam populasi dan mengukur angka kejadian kasus baru untuk memudahkan pembuatan pernyataan mengenai kemungkinan risiko anggota populasi. 16 Dengan diketahuinya insiden suatu penyakit, maka dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit serta sasaran utama dalam program tersebut.

2.4 Filariasis Penyakit Kaki Gajah