Penentuan Wilayah Endemis Filariasis Pemberantasan Filariasis Program Eliminasi Kaki Gajah

20 Setiap penderita akan dibuatkan rekam medis sebagai catatan dokumen di Puskesmas, kemudian setiap penderita akan dikunjungi oleh petugas kesehatan minimal 7 kali dalam waktu 1 tahun. 28

2.6 Penentuan Wilayah Endemis Filariasis

Suatu wilayah dapat dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis bila di wilayah tersebut sedang dilakukan program pengobatan massal filariasis saat dilakukan survei evaluasi oleh Dinas Kesehatan Propinsi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah survei populasi kepada penduduk yang beruasia lebih dari 2 tahun. Kegiatan survei dilaksanakan 11 bulan setelah pengobatan massal tahun ke-2 dan tahun ke-4. 27

2.7 Pemberantasan Filariasis

Pemberantasan filariasis ditujukan sebagai langkah awal pemutusan rantai penularan. Pemberantasan yang dilakukan yaitu dengan pengobatan untuk menurunkan morbiditas dan mengurangi transmisi. Pemberantasan filariasis yang dilaksanakan oleh Puskesmas di Indonesia bertujuan untuk: 26 1. Menurunkan Acute Disease Rate ADR menjadi 0. 2. Menurunkan nf rate menjadi 5. 3. Mempertahankan Chronic Disease Rate CDR. 4. Kegiatan pemberantasan nyamuk yang terdiri dari: a. Pemberantasan nyamuk dewasa Anopheles: residual indoor spraying Aedes: aerial spraying b. Pemberantasan jentik nyamuk Anopheles: Abate 1 Culex: minyak tanah Mansonia: memusnahkan tanaman air tempat perindukan nyamuk. c. Mencegah gigitan nyamuk 26 21 Pemberantasan kasus filariasis yang dilakukan diantaranya meliputi bagaimana cara pencegahan, penanganan pada penderita dan penanggulangan wabah. Penjelasan tentang bagaimana pemberantasan kasus filariasis berguna untuk menambah wawasan masyarakat umum.

2.8 Pencegahan Filariasis

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan pengendalian vektor nyamuk. 16 2. Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif dalam nyamuk dengan menggunakan manusia sebagai umpan; mengidentifikasi waktu dan tempat nyamuk menggigit dan tempat perkembangbiakan nyamuk. Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam rumah, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur menggunakan kelambu serta menggunakan obat gosok anti nyamuk pada tubuh, membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk seperti tempat penampungan air dan pemberantasan larva dengan larvasida. 28 3. Pengendalian vektor jangka panjang dibutuhkan perubahan konstruksi rumah dan termasuk pemasangan kawat kassa serta pengendalian lingkungan dengan melakukan pemusnahan tempat perkembangbiakan nyamuk. 29 4. Pengobatan dengan menggunakan obat Diethylcarbamazine citrate DEC; Pengobatan ini lebih efektif dengan dosis 25-50 mgkgBB setiap bulan selama 1-2 tahun atau konsumsi garam yang diberi DEC 0,2-0,4 mgg garam selama 6 bulan sampai 2 tahun. Obat diberikan per-oral setelah makan malam. 27 5. Pada daerah endemis filariasis namun tidak endemis onchorciasis, WHO menyarankan dilakukan pengobatan massal menggunakan dosis tunggal sekali setahun selama 4-6 tahun yaitu kombinasi DEC 6 mgkgBB dan Albendazole 400 mg. Pada daerah yang endemis onchorciasis maka 22 dianjurkan pemberian Ivermectin dikombinasi dengan Albendazole 400 mg. 28 Namun, penggunaan obat DEC dan Albendazole tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh wanita dalam masa kehamilan dan anak-anak usia kurang dari 2 tahun. 28

2.8.1 Penanganan pada Penderita Filariasis dan Lingkungan Sekitar

1. Masyarakat perlu melapor kepada sarana kesehatan tentang daerah endemis suatu penyakit menular. Laporan dari masyarakat tentang informasi ditemukan mikrofilaria memberikan gambaran luasnya trasmisi filariasis di suatu daerah. 2. Perlindungan penderita dari gigitan nyamuk penular penyakit. 3. Pengobatan dengan obat diethylcarbamazine citrate DEC dan Ivermectin yang memberikan hasil sebagian atau seluruh mikrofilaria hilang dari darah, namun tidak membunuh semua cacing dewasa. Mikrofilaria dapat muncul kembali setelah pengobatan. Dengan demikian, pengobatan harus diulangi dalam waktu satu tahun. 27

2.8.2 Penanggulangan Wabah Filariasis

Pengendalian vektor penular agen filaariasis adalah upaya paling utama penanggulangan filariasis. Pada daerah endemis dibutuhkan pengetahuan bionomik dari vektor nyamuk, insidensi penyakit serta faktor lingkungan yang berperan dalam penularan. 28 Pengendalian vektor yang belum maksimal ternyata masih mampu mengurangi insidensi dan penyebaran wabah filariasis, walaupun hasil yang diperoleh dalam waktu lama karena masa inkubasi yang panjang. 28 23

2.9 Program Eliminasi Kaki Gajah

Sehubungan dengan dilaporkannya kejadian filariasis setiap tahun maka Kemenkes RI melaksanakan kegitan yang bertujuan untuk memusnahkan parasit yang menjadi penular filariasis pada masyarakat. Kegiatan tersebut dikenal dengan Program Eliminasi Kaki Gajah. 25 Diharapkan dengan adanya Program Eliminasi Kaki Gajah ini dapat mengurangi angka kejadian filariasis pada masyarakat khusunya di Negara Indonesia dan di daerah-daerah endemis filariasis. Adapun langkah-langkah dari Program Eliminasi Kaki Gajah yang terdapat di dalam Rencana Aksi Program Eliminasi Filariasis Tahun 2010-2014 sebagai berikut ini:

1. Justifikasi

Program eliminasi Filariasis direncanakan sampai tahun 2014 sesuai dasar justifikasi diantaranya: Pertama, melaksanakan survei dasar kemudian POMP filariasis kepada penduduk yang tinggal di daerah endemis dengan indikasi angka mikrofilaria lebih dari 1 setiap tahun minimal selama 5 tahun sebagai upaya pencegahan. Karena diketahui penyebaran filariasis terjadi di 337 kabupatenkota sampai bulan Januari 2010. 28 Kedua, pemberian POMP filariasis kepada minimal 85 penduduk yang berisiko tertular di daerah yang teridentifikasi endemis. POMP berdasarkan prioritas wilayah menuju eliminasi filariasis tahun 2020. 16 Ketiga, penatalaksanaan kasus klinis baik melalui basis rumah sakit maupun komunitas community home based care. Rencana Program tersebut ditetapkan setelah dikaji efektivitasnya. Contohnya efektifitas POMP filariasis untuk pengobatan filariasis yang disebabkan Brugia malayi di Bangka dan Belitung tahun 2005-2009. Dan penanganan filariasis Wuchereria bancrofti di Bogor tahun 2006. 28 24 Grafik 2.4. Angka Kejadian Filariasis Pasca POMP Filariasis di Daerah Endemis Infeksi Brugia Tahun 2006 Program POMP Filariasis yang dilakukan telah menunjukkan hasil yang efektif. Program POMP filariasis yang dilaksanakan tersebut menunjukkan hasil penurunan kejadian penularan filariasis. Hasil POMP filariasis tersebut dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini: Grafik 2.5. Penurunan Angka Parasitologi Pasca POMP Filariasis di Daerah Endemis Infeksi Bancrofti Tahun 2009 25

2. Tujuan Program Eliminasi Filariasis Tahun 2010-2014

1. Program dilakukan lima tahun pertama mulai dari tahun 2010-2014. 2. Semua kabupatenkota endemis di wilayah Indonesia Timur telah melakukan POMP filariasis pada tahun 2014. 3. Program selesai dilaksanakan pada tahun 2020. 28

3. Strategi Program Eliminasi Filariasis Tahun 2010-2014

Strategi program eliminasi filariasis selama lima tahun diantaranya: 1. Meningkatkan peran kepala daerah beserta para anggota 2. Sosialisasi kepada masyarakat dan rencana pelaksaan program 3. Memastikan jumlah dan pembagian obat serta dana operasional 4. Memantapkan pelaksanaan POMP filariasis, sistem pengawasan dan pelaksanaan pengobatan dan pengaman kejadian pasca pengobatan. 5. Meningkatkan monitoring dan evaluasi. 2

4. Kegiatan Pokok Program Eliminasi Filariasis

1. Meningkatkan promosi 2. Mengembangkan sumberdaya manusia yang tertular filariasis 3. Menyempurnakan tata organisasi 4. Meningkatkan kemitraan 5. Meningkatkan advokasi 6. Memberdayakan masyarakat 7. Memperluas jangkauan program 8. Memperkuat sistem informasi strategis. 2 26

2.10 Kerangka Teori