Definisi Etiologi Patofisiologi Filariasis Penyakit Kaki Gajah

11 Informasi yang memadai berdasarkan ilmu biomedis harus tersedia untuk mengevaluasi status kesehatan individu di dalam kelompok populasi yang berisiko. Informasi dapat berasal dari laporan individu, dokter dan catatan medis di rumah sakit atau puskesmas. Pemeriksaan klinis dibutuhkan untuk membuktikan terjadinya KLB. 14 Insidensi dinyatakan sebagai suatu perubahan per unit waktu. Waktu awitan ditemukannya KLB sangat penting dalam penentuan insidensi. Langkah pertama adalah menetapkan diagnosis dan diagnosis banding penyakit. Namun, penentuan insidensi akan sulit diukur tanpa adanya waktu awitan penyakit. Pada kejadian penyakit yang waktu awitannya sulit ditentukan, maka kejadian objektif paling awal yang dibuktikan dapat dijadikan sebagai waktu awitan. 15 Dapat disimpulkan angka insidensi adalah estimasi yang tepat terhadap risiko atau kemungkinan kejadian suatu penyakit dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan populasi yang berisiko. Oleh karena itu, satu populasi harus diikuti perkembangannya selama satu periode waktu untuk menentukan tahapan penyakit yang sedang terjadi dalam populasi dan mengukur angka kejadian kasus baru untuk memudahkan pembuatan pernyataan mengenai kemungkinan risiko anggota populasi. 16 Dengan diketahuinya insiden suatu penyakit, maka dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit serta sasaran utama dalam program tersebut.

2.4 Filariasis Penyakit Kaki Gajah

2.4.1 Definisi

Filariasis penyakit kaki gajah elephantiasis merupakan penyakit infeksi menular kronik yang banyak ditemukan di wilayah beriklim tropis di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan cacat fisik seumur hidup berupa pembesaran lengan, payudara perempuan, buar zakar dan tungkai. Cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar 12 getah bening manusia. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut atau kronik. 19

2.4.2 Etiologi

Filariasis atau penyakit kaki gajah disebabkan oleh berbagai jenis cacing Nematoda dari famili Filariodiea yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ditularkan melalui perantara yaitu nyamuk Culex quiquefactus. Anak cacing atau mikrofilaria dapat hidup di aliran darah tepi manusia. Mikrofilaria umumnya dapat ditemukan dalam darah tepi manusia pada malam hari. 20 Filariasis yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu: 1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi 3. Brugia timori 20

2.4.3 Patofisiologi

Penyakit berawal dari gigitan nyamuk yang mengandung larva infektif larva stadium 3 = L3. Pada saat nyamuk menggigit manusia, larva stadium 3 akan keluar dari probosis nyamuk dan menembus kulit manusia yang menjadi tempat gigitan nyamuk kemudian bergerak menuju aliran kelenjar getah bening limfe manusia. 20 Larva stadium 3 Brugia malayi dan Brugia timori berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu 3-6 bulan, sedangkan larva stadium 3 Wuchereria bancrofti berkembang dalam waktu 6-12 bulan. 21 Infeksi filariasis umumnya disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Ketiga spesies ini bersifat nocturnal periodicity karena mikrofilaria berada di aliran darah tepi pada malam hari pukul 21:00-02:00. Namun ada spesies yang bersifat diurnal periodicity bila mikrofilaria di aliran darah tepi selama 24 jam dan terjadi peningkatan pada siang atau malam hari. 22 13 Seseorang dapat terinfeksi filariasis bila digigit oleh nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III L3. Nyamuk infektif akan mendapat mikrofilaria ketika menghisap darah penderita filariasis yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria. 22 Kemudian nyamuk mulai menghisap darah orang yang sehat dan mikrofilaria masuk ke aliran darah orang yang sehat. 23 Dibawah ini adalah gambar penularan cacing filariasis yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan siklus hidup cacing filariasis di dalam tubuh manusia sampai terjadi infeksi filariasis. Gambar 2.2. Siklus hidup Wuchereria bancrofti

2.4.4 Gejala Klinis