18
2.5 Epidemiologi Filariasis
Filariasis  tersebar  luas  hampir  di  semua  propinsi  di  Indonesia.    Pada tahun  2000  ada  6.233  kasus  kronis  filariasis  dari  26  propinsi  di  Indonesia.
Pada  tahun  2005,  tercatat  8.243  penduduk  mengalami  kasus  kronis  filariasis di 33 propinsi di Indonesia. Sampai tahun 2009 tercatat sudah terjadi 11.914
kasus kronis filariasis yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia.
25
Peningkatan  jumlah  kasus  yang  terjadi  disebabkan  bertambahnya jumlah kasus baru dan laporan baru kasus lama. Gambaran distribusi filariasis
di Indonesia tahun 2000-2009 dapat dilihat pada Grafik 2.2:
Grafik 2.2. Distribusi Kasus Filariasis di Indonesia Tahun 2000-2009
Pada  tahun  2009  dilaporkan  3  tiga  propinsi  dengan  jumlah  kasus terbanyak  filariasis  yaitu  Nanggroe  Aceh  Darussalam  2.359  orang,  Nusa
Tenggara Timur 1.730 orang, dan Papua 1.158 orang. Tiga propinsi kasus terendah  filariasis  ada  di  Bali  18  orang,  Maluku  Utara  27  orang  dan
Sulawesi Utara 30 orang.
26
Distribusi  kasus  filariasis  yang  terjadi  di  Indonesia  pada  tahun  2009 tercatat  dalam  bentuk  grafik  yang  berisi  jumlah  kasus  per-provinsi  dari  33
propinsi  di  Indonesia.  Gambaran  distribusi  kasus  filariasis  per-propinsi  di Indonesia tahun 2009 dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
19
Grafik 2.3. Distribusi Kasus Filariasis Per-Provinsi Tahun 2009
Pada  dasarnya  setiap  orang  dapat  tertular  filariasis  yang  disebabkan oleh  nyamuk  infektif.  Namun  pada  daerah  endemis  filariasis,  tidak  semua
orang  dapat  terinfeksi  filariasis  dan  tidak  semua  orang  yang  terinfeksi menunjukkan  gejala  klinis.  Orang  yang  terinfeksi  filariasis  namun  belum
menunjukkan  gejala  klinis  umumnya  sudah  mengalami  gangguan  di  dalam tubuhnya.
26
Orang-orang  dapat  tertular  filariasis  disebabkan  pekerjaan  dan kebiasaan,  contohnya  orang  yang  bekerja  di  kebun  pada  malam  hari,  orang
yang  pergi  keluar  rumah  pada  malam  hari  dan  kebiasaan  ketika  tidur  perlu diperhatikan,  karena  kebiasaan  tersebut  berhubungan  dengan  intensitas
kontak dengan vektor.
26
Kondisi  lingkungan  di  sekitar  tempat  tinggal  dapat  mempengaruhi distribusi  kasus  filariasis  dan  mata  rantai  penularan  filariasis.  Daerah
endemis  filariasis  umumnya  sekitar  hutan  rawa,  sungai-sungai  yang ditumbuhi  tanaman  air,  dan  genangan  air  kotor  sebagai  habitat  dari  vektor
yaitu nyamuk Culex quinquefasciatus.
27
Sebagai  upaya  program  eliminasi  penyakit  kaki  gajah  filariasis, maka  harus  dilaksanakan  tatalaksana  kasus  klinis  kaki  gajah  filariasis
kepada semua penderita, dengan tujuan mencegah atau mengurangi kecacatan pada penderita sehingga penderita mampu merawat diri secara mandiri.
28
20
Setiap  penderita  akan  dibuatkan  rekam  medis  sebagai  catatan dokumen  di  Puskesmas,  kemudian  setiap  penderita  akan  dikunjungi  oleh
petugas kesehatan minimal 7 kali dalam waktu 1 tahun.
28
2.6 Penentuan Wilayah Endemis Filariasis