Munculnya Peternakan Babi di Kelurahan Kwala Bekala

lama yang menempati daerah tersebut. Semenjak menikah beliau tinggal di daerah Gang maju 1. Setiap harinya ia merupakan seorang tukang bangunan, pendidikan terakhir yang ia tempuh adalah SMA. Ia mendapatkan tanah yang diberikan oleh orang tua istrinya yang sangat berdekatan dengan kandang babi milik tetangganya yang juga menurutnya membeli tanah tersebut dari mertuanya. Ia juga sering mencari ikan disungai untuk di konsumsi dengan keluarganya.

4.2 Munculnya Peternakan Babi di Kelurahan Kwala Bekala

Meningkatnya jumlah peternakan babi di kota medan seakan tidak menimbulkan permasalahan dikota medan. Sikap masyarakat yang pro dan kontra terhadap munculnya peternakan babi disekitarnya membuat perkembangan kandang babi terus tumbuh tanpa ada peng haling sedikit pun. Tapi pada kenyataan sekarang ini pertumbuhan peternakan babi menjadi suatu permaslahan yang sangat serius. Begitu juga di Kelurahan Kwala Bekala pertumbuhan peternakan babi setiap tahunnya seakan tidak ada berhentinya , mulai dari peternakan berskala kecil hinga peternakan bersekala besar. Jumlah pertumbuhan kandang yang pesat membuat kandang-kandang babi ini tidak dapat terhitung lagi. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hasyim sebagai berikut : “Dulu kampung ini hewan yang dipelihara Cuma bebek sama ayam, dan itu pun Cuma dipelihara didepan rumah. Sekarang babi pun dipelihara didekat rumah. Mana setiap tahunnya kandang babi itu selalu saja bertambah tanpa ada kurangngnya. Bisa lah kau lihat kalau kau lewat jembatan sungai itu, udah bejejer kandang babi itu” Sumber : Wawancara 10 juni 2015 Universitas Sumatera Utara Munculnya peternakan babi ini didorong karena factor ekonomi yang menjadi sumber pokok perkembangan ternak babi di daerah Kwala Bekala. Selain itu tidak adanya pengwasan dari pemerintah dalam menghambat laju perkembangan peternakan babi di daerah ini. Seperti kata Bapak Hamdan : “Banyaknya orang memelihara babi ini gara-gara kebutuhan ekonomi saja,memelihara babi ini menurutku tidak lah membutuhkan modal yang begitu beser karena babi ini termasuk hewan yang rakus apa saja pasti dimakan. Selain itu haraga jual dagingnya pun lumayan mahal kan. Lagipula babi ini juga dipakai untuk acar adat suku batak” Sumber : Wawancara 11 juni 2015 Di lingkungan X sendiri perkembangan peternakan babi pun tidak berbeda dengan daerah lainnya. Kemunculan kandang babi tidak dapat dihitung dengan jari karena awalnya daerah ini tidak terdapat sama sekali kandang babi. Yang menjadi factor tidak ada nya peternakan babi itu dikarenakan mayoritas para pembuka lahan iyalah orang-orang dari etnis melayu yang notabene adalah masyarakat yang memeluk agama islam. Seiring pertumbuhan waktu kemunculan peternakan babi ini tidak dapat diperhitungkan. Masuknya masyrakat-massyarakat pendatang membuat tingkat persaingan hidup antara msyarakat lama dan pendatang menjadi ketat. Kebutuhan ekonomi yang tinggi yang bertujuan untuk kehidupan yang lebih baik membuat masyrakat berfikir untuk mendapatkan peluang itu. Dimulai dari seorang pendatang yang memasuki daerah ini membuat orang lain pun mengikuti. Seperti kata Ibu Nurmawati : Universitas Sumatera Utara “Dulu gang maju ini Cuma satu yang melihara babi, tapi seiring waktu berjalan kandang-kandang babi ini mulai masuk ke daerah ini. Sekarang aja dari gang maju I sampai gang maju VIII udah banyak kandang babinya” Sumber : Wawancara 8 juni 2015. Seperti efek domino yang menghantam masyrakat asli daerah ini,karena kebutuhan factor ekonomi juga banyak dari tuan tanah yang menjual tanah nya di daerah ini kepada pendatang atau pun tuan tanah lainnya membuat peternakan babi itu bermunculan di daerah Lingkungan X. Pergeseran kepemilikan hak atas tanah membuat peternak babi semakin leluasa dalam membuka kandang kandang yang baru. Sudah banyak dari pemilik kandang babi membuat surat tanah mereka kepada kecamatan agar rumah yang mereka tempati serta kandang yang mereka dirikan memiliki landasan hukumnya. Seperti yang di sampaikan oleh Bapak Asnadi : “ Itu yang punya kandang babi rata-rata sudah memiliki surat tanah yang yang sah baik SK camat maupun Sertifikat Hak milik. Jadi mereka tidak akan takut di gugat karena mereka memiliki bukti yang sah” Sumber : Wawancara 17 juni 2015. Hal ini dipertegaskan lagi oleh Bapak Mahadi : “ Justru peternak babi ini yang punya surat yang lengkap, surat tanah saya ajah masih belum saya pecah dari surat induknya. Padahal tanah yang disurat induk sudah banyak yang di bagi- bagi untuk diual”. Sumber : Wawancara 10 juni 2015. Dari hasil wawancara dengan informan tersebut terlihat bahwa para peternak babi sudah memiliki surat atas tanah dan bangunan mereka sendiri. Mereka sudah menyiapkan diri apabila suatu saat timbul permasalahan atas kepemilikan tanah mereka. Universitas Sumatera Utara

4.3 Pro dan Kontra Kemunculan Peternakan Babi di Kwala Bekala