Teori Structure-Conduct-Performance Landasan teori

2.1.2 Teori Structure-Conduct-Performance

Paradigma Structure-Conduct-Performance SCP adalah sebuah paradigma dalam ilmu ekonomi industri yang digunakan untuk menghubungkan elemen-elemen struktur pasar dengan perilaku dan kinerja suatu industri. Structure , mengacu pada struktur pasar yang biasanya didefinisikan oleh rasio konsentrasi pasar. Dimana rasio konsentrasi pasar adalah rasio yang mengukur distribusi pangsa pasar dalam industri. Conduct, merupakan perilaku perusahaan dalam industri. Perilaku ini bersifat persaingan competitive atau kerjasama collusive, seperti misalnya dalam penetapan harga, iklan, produksi, dan predation. Sedangkan Performance atau kinerja adalah ukuran efisiensi sosial yang biasanya didefinisikan oleh rasio market power dimana semakin besar kekuatan pasar semakin rendah efisiensi sosial. Ukuran kinerja yang lain adalah keuntungan perusahaan atau profitabilitas. Paradigma SCP didasarkan pada beberapa hipotesis yaitu: 1. struktur mempengaruhi perilaku. Semakin rendah konsentrasi pasar maka akan semakin tinggi tingkat persaingan di pasar. 2. perilaku mempengaruhi kinerja. Semakin tinggi tingkat persaingan atau kompetisi maka akan semakin rendah market power atau semakin rendah keuntungan perusahaan yang diperoleh. 3. struktur mempengaruhi kinerja Semakin rendah konsentrasi pasar maka akan semakin rendah tingkat kolusi yang terjadi,atau semakin tinggi tingkat persaingankompetisi maka akan semakin rendah market power-nya Hasil ketiga hipotesis di atas, menunjukkan struktur pasar mempengaruhi kinerja perusahaan dalam suatu industri. Pada awalnya, paradigma SCP merupakan teori struktur organisasi industri yang dikembangkan oleh Bain tahun 1951 dan hanya digunakan dalam industri manufaktur di Amerika. Setelah itu teori SCP mulai digunakan dalam industri perbankan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara struktur pasar dengan kinerja bank. Kemudian beberapa kajian yang meneliti tentang penggabungan beberapa bank merger pada tahun 60-an di Amerika telah mengakibatkan peningkatan konsentrasi pasar market concentration karena bank mampu menguasai pasar, sehingga dapat meningkatkan tingkat keuntungannya seperti diungkapkan Gilbert, 1984 Martin, 1988. Selanjutnya penelitian dengan paradigma SCP yang dilakukan oleh Caves, 1967 Buyung Sarita, 2006 memberikan hasil temuan bahwa semakin tinggi konsentrasi pasar dalam industri perbankan, akan menghalangi masuknya pesaing baru dalam pasar Industri. Di samping itu, peningkatan konsentrasi pasar akan mempengaruhi perilaku bank yaitu dengan melakukan kesepakatan di antara bank dalam industri tindakan kolusif seperti adanya kebijakan penetapan harga, sehingga bank yang terlibat dalam kesepakatan ini akan dapat meningkatkan kinerjanya. Hannan, 1991 dan Lucey, 1996 Buyung Sarita, 2006 juga menegaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara struktur pasar dengan kinerja. Hal ini terjadi karena perusahaan oligopoli dalam industri melakukan kesepakatan kebijakan penetapan harga. Akibatnya, perusahaan-perusahaan tersebut mampu menguasai pangsa pasar yang lebih besar, dan secara tidak langsung akan memperoleh keuntungan ekonomi yang lebih besar juga. Teori Structure Conduct Performance SCP meyakini bahwa struktur pasar akan mempengaruhi kinerja suatu industri. Aliran ini didasarkan pada asumsi bahwa struktur pasar akan mempengaruhi perilaku dari perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri secara agregat seperti yang diungkapkan oleh Gilbert, 1984. Dari sudut pandang persaingan usaha, struktur pasar yang terkonsentrasi cenderung berpotensi untuk menimbulkan berbagai perilaku persaingan usaha yang tidak sehat dengan tujuan untuk memaksimalkan profit. Perusahaan bisa memaksimalkan profit PMC karena adanya market power, sesuatu yang lazim terjadi untuk perusahaan dengan pangsa pasar yang sangat dominan dominant position. Menurut Burgess, 1988 Bhanu Murty and Deb, Ashis Taru, 2008, untuk menganalisis industri perbankan dibutuhkan variabel-variabel yang relevan dengan industri perbankan yang diamati yang memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri pada umumnya. Sehingga Burgess mengembangkan apa yang dikemukakan oleh Michael R. Baye, yaitu bahwa hubungan antara Structure-Conduct-Performance sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar masing- masing perusahaan. Berikut variabel-variabel yang ada pada: Kondisi dasar, meliputi sejarah, hukumperundang-undangan, teknologi, serta elastisitas permintaan dan penawaran. Struktur, meliputi variabel konsentrasi, skala ekonomi, hambatan masuk, dan diferensiasi produk. Perilaku meliputi branch network, spread, NPA, Metro Branches, Staff, Diversification, Advertising, Financing, Merger , dan Pengeluaran Operasional. Kinerja, meliputi ROA, ROE, stabilitas, profitabilitas per cabang, produktivitas per cabang, allocative efficiency, technical efficiency, dan X- efficiency . Teori informasi tidak lengkap incomplete information dan principal agent problem sebagai cabang penting dari ilmu ekonomi industri yang baru yang memiliki relevansi khusus pada pasar perbankan telah menjadi dasar bagi teori mikroekonomi intermediasi keuangan seperti yang diungkapkan oleh Swank 1996, Thakor 1995, dan Neuberger 1994 Neuberger, 1997, mengingat industri perbankan yang sangat rentan untuk melakukan moral hazard dan adverse selection . Oleh karena itu, kerangka SCP yang biasa harus disempurnakan dengan aspek-aspek informasi tidak lengkap yang akan berguna untuk analisa pasar perbankan. Pada paradigma SCP yang telah diperbaharui dan diadaptasikan kepada industri perbankan, semua variabel adalah endogen karena adanya ketergantungan antara variabel-variabel struktur pasar, perilaku dan kinerja dan efek umpan balik pada kondisi dasar dan kebijakan publik seperti dinyatakan oleh Scherer Ross 1990, dan Schwalbach 1994 Neuberger, 1997. Untuk menggunakan paradigma ini sebagai analisis industri perbankan, ketidaksempurnaan pasar ketidak-pastian, informasi yang tidak simetris dan biaya transaksi diintegrasikan ke dalam kondisi dasar. Terutama, pembentukan informasi yang asimetris antara peminjam dan pemberi pinjaman dan biaya mengumpulkan informasi yang berdampak pada kegiatan bank, struktur dan kinerjanya. Variabel penting dari kondisi dasar adalah mengenai risiko, sikap terhadap risiko dan hubungan atasan-pegawai. Ketiganya memiliki efek khusus pada struktur pasar misalnya diversifikasi, pada perilaku misalnya pengumpulan informasi, pengambilan risiko dan pada kinerja misalnya alokasi risiko dan informasi. Kebijakan publik yang dikenakan terhadap industri perbankan yaitu meliputi peraturan perlindungan protective regulation , peraturan kehati-hatian prudential regulation dan kebijakan persaingan competitive regulation, adalah sebagai reaksi atas adanya kegagalan pasar di sektor perbankan. Gambar 2.2 Revised SCP-Framework for Banking Markets Sumber: Doris Neuberger dalam ‘Structure, Conduct, and Performance in Banking Markets ’ 1997 Supply Services Inputs Technology Principal-agent- relationship Production externalities Demand Price Elasticity Switching cost Loyality Substitutes Risk aversion Network externalities Basic Condition Market Structure Uncertainty Asymmetric Information Transaction Cost Market segmentation Product differentiation Extent of market Diversification Cost of structure Barriers to entry and exit:by regulation Public Policy Protective regulations Prudential regulations Competition policy Price competition Network and quality competition Advertising, Price discrimination Collusion, Predation, Mergers Information gathering Expense-preference behavior and risk avoidance innovations Conduct Performance Productive and allocative efficiency Progress Full employment Terdapat tiga pemikiran dalam paradigma Structure Conduct Performance SCP untuk menjelaskan hubungan antara struktur pasar dengan kinerja perusahaan, terutama menjelaskan tentang konsentrasi dan pangsa pasar sebagai variabel dari struktur pasar, yaitu: 1. Traditional hypothesis yang menganggap bahwa konsentrasi merupakan proksi dari kekuasaan pasar market power dimana konsentrasi pasar yang semakin besar menyebabkan biaya untuk melakukan kolusi menjadi rendah sehingga perusahaan dalam industri tersebut akan mendapatkan laba supernormal. Oleh karena itu, konsentrasi pasar akan berpengaruh secara positif dengan profitabilitas sebagai proksi dari kinerja. 2. Differentiation hypothesis yang menganggap bahwa pangsa pasar merupakan hasil dari diferensiasi produk dimana perusahaan yang melakukan diferensiasi produk dapat meningkatkan pangsa pasarnya dan kemudian perusahaan dapat menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi yang berarti akan mendapatkan profit yang tinggi juga. Dengan demikian akan terjadi hubungan positif antara profitabilitas sebagai proksi kinerja dengan pangsa pasar sebagai proksi dari struktur pasar. 3. Efficient structure hypothesis yang menganggap bahwa pangsa pasar dan konsentrasi bukan merupakan proksi dari kekuasaan pasar tetapi merupakan proksi dari efisiensi perusahaan, sehingga konsentrasi tinggi tidak identik dengan kolusi. Dimana perusahaan yang lebih efisien akan bisa mendapatkan pangsa pasar yang besar, sehingga industri tersebut juga akan cenderung lebih terkonsentrasi. Berdasarkan pemikiran ini maka hubungan konsentrasi dengan profitabilitas merupakan hubungan yang tidak benar-benar terjadi, mengingat konsentrasi hanya merupakan agregat pangsa pasar yang dihasilkan dari perilaku efisiensi, dan perusahaan yang lebih efisien akan dapat memperoleh profit lebih besar. Hipotesis Efisiensi Aliran Chicago yang didasari oleh penelitian Demsetz Martin, 1988 menentang hipotesis yang menyatakan bahwa pemusatan pasar atau lebih dikenal dengan konsentrasi pasar dapat meningkatkan laba perusahaan dalam suatu industri. Struktur, perilaku, dan kinerja menurut aliran Chicago menekankan bahwa, penerapan market power sebagai sumber kinerja pasar adalah hal yang buruk. Maka aliran ini menolak tentang pemusatan pasar yang menyebabkan hadirnya market power yang menguntungkan perusahaan-perusahaan besar saja. Hipotesis efisiensi muncul untuk memberikan alternatif penjelasan terhadap hipotesis tradisional dan hipotesis diferensiasi yang sudah ada sebelumnya. Paradigma SCP hipotesis tradisional menyatakan bahwa tingkat konsentrasi pasar berpengaruh secara langsung terhadap persaingan dalam industri perbankan, sehingga dapat meningkatkan tingkat keuntungannya sebagai ukuran kinerjanya. Sebaliknya, hipotesis efisiensi menyatakan bahwa kinerja bank yang baik yang tercermin dengan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh karena perilaku efisiensi sebuah bank seperti temuan Demsetz, 1973; Peltzman, 1977. Smirlock et al.,1985 Buyung Sarita, 2006 menyatakan bahwa efisiensi yang diperoleh sebuah bank merupakan refleksi dari penghematan biaya yang dilakukan sehingga kegiatan operasional sebuah bank dapat berbiaya rendah dan akhirnya bisa menguasai pasar. Oleh karena itu, menurut paradigma ini, penguasaan pangsa pasar yang lebih besar akan dapat memperoleh tingkat keuntungan yang semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Fu Hefferman, 2005 Buyung Sarita, 2006 menghasilkan temuan yang konsisten dengan Smirlock bahwa perilaku bank pada skala ekonomi optimum akan dapat menguasai pangsa pasar yang lebih besar karena rendahnya biaya operasional, sehingga akan memperoleh keuntungan yang besar pada akhirnya. Hannan, 1991 Buyung Sarita, 2006, berpendapat bahwa hubungan antara pangsa pasar dengan kinerja merupakan fungsi dari perbedaan efisiensi setiap bank yang beroperasi. Semakin tinggi efisiensi sebuah bank berarti semakin rendah biaya pengeluaran dalam operasional bank tersebut. Artinya, pangsa pasar yang lebih besar akan dapat meningkatkan keuntungan yang semakin besar. Sehingga berdasar dari beberapa temuan penelitian di atas, disimpulkan bahwa paradigma Efficiency Hypothesis memberikan interpretasi yang berbeda mengenai hubungan antara keuntungan, kinerja, dan konsentrasi yang disebutkan oleh pandangan Structure-Conduct-Performance tradisional. Pandangan ini mengatakan bahwa tingginya tingkat keuntungan tidak selalu menandakan kinerja pasar yang rendah, karena sebuah perusahaan yang efisien dapat menarik konsumen tanpa harus dengan menetapkan harga yang tinggi yang merugikan konsumen dan menjadi barriers to entry bagi pesaing baru. Pandangan inilah yang sering disebut sebagai Efficiency Hypothesis yang hadir dan menjadi perdebatan para ekonom dan para pengambil kebijakan. Hipotesis efisiensi menjelaskan bahwa pangsa pasar dan konsentrasi bukan merupakan proksi dari kekuasaan pasar tetapi merupakan proksi dari efisiensi perusahaan, sehingga konsentrasi tinggi tidak identik dengan kolusi. Dimana perusahaan yang efisien akan bisa mendapatkan pangsa pasar yang besar, selanjutnya struktur pasarnya juga akan cenderung terkonsentrasi, sehingga pada akhirnya dapat memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi.

2.1.3 Struktur Pasar Industri