Perkembangan Struktur Industri Perbankan Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Perkembangan Struktur Industri Perbankan Indonesia

Sejak tahun 1983 pemerintah telah melakukan serangkaian deregulasi di bidang moneter yang pada intinya adalah untuk mengoptimalkan peran perbankan dengan menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien melalui peningkatan iklim persaingan dalam industri perbankan. Perbankan yang sehat, kuat dan efisien akan tercipta jika dalam industri terdapat struktur persaingan yang sehat dan bank-bank secara individual dapat hidup dan berkembang dalam situasi persaingan tersebut. Liberalisasi perbankan di Indonesia telah menyebabkan perubahan struktur perbankan, yaitu peningkatan jumlah bank dari 111 bank pada tahun 1988 menjadi 240 bank pada 1996 Laporan Bank Indonesia, 1997. Peningkatan jumlah bank ini telah menyebabkan tingkat persaingan menjadi lebih ketat dalam industri perbankan. Namun disisi lain, perubahan struktur perbankan juga telah menimbulkan berbagai resiko dalam pelaksanaannya, seperti resiko peningkatan kredit macet dan resiko penyelewengan yang mengakibatkan kerugian karena ketidakjujuran. Upaya deregulasi akan berpengaruh terhadap tingkat persaingan yang kemudian mengubah konfigurasi struktur pasar perbankan yang ada yang selanjutnya ditengarai dapat mempengaruhi kinerja industri perbankan tersebut. Setelah krisis ekonomi tahun 1997-1998, industri perbankan mengalami perubahan drastis dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 jumlah bank umum mencapai 208, maka pada tahun 2006 jumlah bank umum turun menjadi 130 bank. Desember tahun 2008, jumlah bank umum menjadi 124 bank. Penurunan jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha dan merjer bank. Krisis ekonomi tahun 1997 merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi regulator perbankan Indonesia tentang pentingnya prinsip kehati-hatian prudential regulation dalam mengelola sistem perbankan. Proses konsolidasi dan penataan kembali struktur industri perbankan nasional yang terus dilaksanakan menghasilkan pencapaian yang cukup baik. Perkembangan kinerja industri perbankan relatif stabil dengan ketahanan yang terjaga meski menghadapi tekanan akibat gejolak krisis keuangan global yang dampaknya semakin meluas sejak paruh kedua tahun 2008. Meski jumlah bank berkurang akibat merjer dalam rangka pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal, jumlah jaringan kantor bank terus meningkat. Pemenuhan modal inti minimum bank umum sebesar Rp80 milyar terutama dipenuhi dengan cara penambahan modal dari pemegang saham lama dan akuisisi oleh investor baru. Kepemilikan pihak domestik dalam peta kepemilikan perbankan di Indonesia masih lebih besar dibandingkan kepemilikan pihak asing, meskipun kepemilikan pihak asing masih terus meningkat. Seiring dengan itu, industri perbankan masih mampu meningkatkan penyaluran kreditnya dengan tingkat profitabilitas dan permodalan yang terjaga, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian.

4.2 Deregulasi Perbankan Indonesia