Gambar 5.3 Resiko Kredit Industri Perbankan
Sumber: diolah dari Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia
5.5.4. Analisis Pengaruh Variabel Kontrol ASET terhadap Profitabilitas
ROA Industri Perbankan Indonesia
Aset dimasukkan sebagai independen variabel dalam rangka memperhitungkan perbedaan biaya dan modal yang dimiliki oleh setiap bank
yang berhubungan dengan ukuran bank untuk mengukur kemampuan bank dalam melakukan diversifikasi produk. Data aset didapat dari neraca dalam
laporan keuangan setiap bank.
Dari hasil estimasi t hitung, variabel ASETmemiliki nilai t hitung t tabel yang artinya variabel ASET secara individu berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel ROA. Aset memiliki pengaruh yang negatif pada hasil regresi persamaan I dan persamaan II dan berpengaruh positif sesuai hasil regresi pada
persamaan III dan IV walaupun pada ke-empat persamaan tersebut semua tidak
signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Smirlock dimana hubungan antara aset dan ROA hampir selalu negatif dan tidak
signifikan. Secara sederhana hal ini bisa dilihat dari hubungan antara ROA dan aset yang berhubungan terbalik. Dimana ROA mengukur berapa profit yang
dihasilkan dari rata-rata aset yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut maka bisa dilihat bahwa ketika aset meningkat maka ROA akan menurun.
Kemampuan bank dalam melakukan diversifikasi produk diukur dengan variabel aset yang dimiliki. Diversifikasi produk yang dilakukan menyebabkan
resiko yang dihadapi oleh bank menjadi lebih rendah. Resiko yang rendah ini akan berhubungan dengan profit yang juga rendah. High risk high return, dan
sebaliknya. Resiko ini berhubungan dengan jenis investasi atau hal lain yang berhubungan dengan penyaluran dana bank. Sesuai hasil estimasi, variabel aset
tidak signifikan dalam mempengaruhi profit industri perbankan dengan nilai t hitung yang sangat kecil, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan.
5.5.5. Analisis Pengaruh Variabel Kontrol Rasio Kecukupan Modal Capital Adequacy RatioCAR terhadap Profitabilitas ROA Industri
Perbankan Indonesia
CAR sebagai variabel kontrol yang berpengaruh terhadap profit merupakan rasio kecukupan modal. Rasio ini dihitung dengan membagi modal
sendiri dengan aktiva tertimbang menurut rasio ATMR dengan satuan persen . Dari hasil estimasi t hitung, variabel CAR memiliki nilai t hitung t tabel
pada persamaan ke-III, yang artinya variabel CAR secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada persamaan ke-III setelah sebelumnya
pada persamaan ke-I dan ke-II variabel CAR secara individu tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel ROA. Koefisien positif dengan nilai 0.049
menunjukkan bahwa pengaruh variabel CAR adalah berpengaruh positif terhadap profitabilitas ROA. Artinya jika terjadi peningkatan rasio kecukupan
modal CAR pada perbankan sebesar 1 persen dapat meningkatkan profitabilitas ROA sebesar 0.049 persen.
Hubungan positif antara CAR dengan ROA menunjukkan bahwa semakin kecil resiko memberikan pengaruh terhadap peningkatan profitabilitas.
Karena semakin besar CAR maka semakin kecil resiko suatu bank. Mengingat peran penting CAR dan pengaruhnya yang positif signifikan terhadap
profitabilitas, maka sangat penting untuk mempertahankan posisi modal sendiri dengan aset berisiko dalam posisi CAR minimal 12 persen, dan jika terjadi
pemburukan segera melakukan restruksturisasi atau tambahan modal. CAR merupakan salah satu kebijakan regulasi yang biasa dilakukan untuk menjaga
kestabilan sektor perbankan. Keamanan dan kestabilan perbankan diyakini akan dicapai dengan mengurangi jumlah bank sehingga struktur pasar akan
cenderung monopolis. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian baik secara teoritis maupun empiris terbukti bahwa struktur pasar mempengaruhi perilaku
bank terhadap resiko yang pada akhirnya mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit dan keputusan permodalan.
Dalam upaya memaksimalkan keuntungan, bukti empiris menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif akan menurunkan insentif untuk melakukan
tindakan kehati-hatian oleh perbankan. Di lain pihak, berkurangnya kompetisi mengakibatkan kecenderungan akan bank untuk mempertahankan tingkat
modal yang lebih tinggi terhadap aset sehingga memiliki resiko insolvensi yang relatif lebih rendah. Disamping itu, bank yang berada pada pasar yang
oligopolis atau mengarah ke monopolis memiliki insentif yang lebih besar untuk membangun hubungan dengan perusahaan peminjam yang akan
mempermudah aksesibilitas perusahaan pada sumber pendanaan investasi. Sehingga temuan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dapat diterima karena peningkatan CAR disertai dengan peningkatan LDR yang artinya kenaikan
ekuitas meningkatkan pinjaman atau penempatan kredit pada 16 bank terbesar yang dijadikan objek penelitian.
5.5.6. Analisis Pengaruh Variabel Kontrol Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga