TERBINAFIN OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK

Pasien dengan berat badan lebih dari 40 kg dapat diberikan dosis oral sebanyak 200 mg dengan interval 12 jam sedangkan berat badan yang kurang dari 40 kg dapat diberikan dosis 100 mg dengan interval 12 jam. Obat harus dikonsumsi 1 jam sebelum atau sesudah makan. Efek samping Kebanyakan efek samping yang dapat di jumpai pada pasien yaitu demam, adanya ruam pada kulit, mual, muntah, diare, sakit kepala dan sakit abdominal. Sekitar 13 pasien di jumpai peninggian test fungsi hati selama pengobatan. Interaksi obat Absorbsi vorikonazol tidak menglami penurunan jika diberikan bersama dengan obat lain seperti simetidin, ranitidin yang berfungsi mengurangi sekresi asam lambung. Vorikonazol kurang poten sebagai inhibitor sistim enzim human hepatik sindrom P-450-3A4 dibandingkan itrakonazol ataupun ketokonazol, namun vorikonazol dapat meningkatkan konsentrasi serum sirolimus, terfenadin, astemizol, cisaprid, pimozid dan quinidin sehingga sebaiknya vorikonazol tidak di konsumsi bersama dengan obat diatas. Vorikonazol dapat menunjukkan penurunan konsentrasi serum siklosporin dan takrolimus sehingga level dan dosis obat harus di monitor. Vorikonazol dapat meningkatkan konsentrasi serum warfarin yang berfungsi sebagai antikoagulan sehingga waktu protrombin pada pasien yang mendapat ke dua obat tersebut harus di monitor. Vorikonazol dapat menghambat metabolisme lovastatin sehingga dosis obat tersebut harus disesuaikan. Vorikonazol juga dapat meningkatkan konsentrasi tolbutamid dan glipizid yang menimbulkan efek hipoglikemik. Vorikonazol dapat menghambat metabolisme anti-HIV protease inhibitor seperti saquinavir, amprenavir dan nelfenavir sedangkan ritonavir, amprenavir dan saquinavir dapat menghambat metabolisme golongan azol. Vorikonazol juga sebaiknya tidak diberikan bersama dengan carbamazepin, phenobarbital, rifabutin dan rifampicin.

6. TERBINAFIN

2,3,6-8,25,30,31,34-36 Terbinafin merupakan anti jamur golongan alilamin yang dapat diberikan secara oral. Pertama kali ditemukan pada tahun 1983, di gunakan di Eropa sejak tahun 1991 dan di Amerika Serikat pada tahun 1996. Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU e-Repository © 2009 17 Mekanisme Kerja Terbinafin bekerja menghambat sintesis ergosterol merupakan komponen sterol yang utama pada membran plasma sel jamur, dengan cara menghambat kerja squalene epoxidase merupakan suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis untuk mengubah squalene menjadi squalene-2,3 epoxide. Dengan berkurangnya ergosterol yang berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan membran sel jamur sehingga pertumbuhan akan berhenti, disebut dengan efek fungistatik dan dengan adanya penumpukan squalene yang banyak di dalam sel jamur dalam bentuk endapan lemak sehingga menimbulkan kerusakan pada membran sel jamur disebut dengan efek fungisidal. Aktifitas spektrum Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap dermatofit yang bersifat fungisidal dan bersifat fungistatik untuk Candida albicans tetapi bersifat fungisidal untuk beberapa species candida seperti Candida parapsilosis. Terbinafin juga efektif terhadap Aspergillosis species, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix schenckii dan beberapa dermatiaceous moulds. Farmakokinetik Terbinafin di absorbsi dengan baik jika diberikan dengan cara oral yaitu 70 dan akan tercapai konsentrasi puncak dari serum berkisar 0,8-1,5 mgL setelah pemberian 2 jam dengan 250 mg dosis tunggal. Pemberian bersama makanan tidak mempengaruhi absorbsi obat. Terbinafin bersifat lipofilik dan keratofilik, terdistribusi secara luas pada pada dermis, epidermis, jaringan lemak dan kuku. Konsentrasi plasma terbinafin terbagi dalam tiga fase dimana waktu paruh terbinafin yang terdistribusi di dalam plasma yaitu 1,1 jam ; eliminasi waktu paruh yaitu 16 dan 100 jam setelah pemberian 250 mg dosis tunggal ; setelah 4 minggu pengobatan dengan dosis 250 mg hari terminal waktu paruh rata-rata yaitu 22 hari di dalam plasma. Di dalam dermis- epidermis, rambut dan kuku eliminasi waktu paruh rata-rata yaitu 24-28 hari. Terbinafin dapat mencapai stratum korneum, pertama kali melalui sebum kemudian bergabung dengan basal keratinosit dan selanjutnya berdifusi ke dermis- epidermis tetapi terbinafin di dalam kelenjar keringat ekrine tidak terdeteksi. Terbinafin yang diberikan secara oral akan menetap di dalam kulit dengan konsentrasi di atas MIC untuk dermatofit selama 2-3 minggu setelah obat di hentikan. Terbinafin Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU e-Repository © 2009 18 dapat terdeteksi pada bagian distal dari nail plate dalam waktu 1 minggu setelah pengobatan dan level obat yang efektif dicapai setelah 4 minggu pengobatan. Terbinafin tetap akan dijumpai di dalam kuku untuk jangka waktu yang lama setelah pengobatan dihentikan. Terbinafin di metabolisme di hepar dan metabolit yang tidak aktif akan di ekskresi melalui urin sebanyak 70 dan melalui feces sebanyak 20. Dosis Terbinafin tersedia dalam bentuk tablet 250 mg tetapi tidak tersedia dalam bentuk parenteral. Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku. Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mghari tetapi pada pasien dengan ganguan hepar atau fungsi ginjal kreatinin clearence 50 mlmenit atau konsentrasi serum kreatinin 300 μmolml dosis harus diberikan setengah dari dosis diatas. Pengobatan tinea pedis selama 2-6 minggu, tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu sedangkan infeksi pada kuku tangan selama 3 bulan dan kuku kaki selama 6 bulan atau lebih. Efek samping Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dyspepsia, sakit di abdominal sering dijumpai. Jarang dijumpai pasien yang menderita kerusakan hepar dan meninggal akibat mengkonsumsi terbinafin untuk pengobatan infeksi kuku. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar yang kronik atau aktif. Interaksi obat Terbinafin tidak mempunyai efek clearance terhadap obat lain yang metabolismenya melalui hepatik sitokrom P-450. Namun konsentrasi darah akan menurun jika terbinafin di berikan bersama rifampicin yang merupakan suatu inducer yang poten terhadap sistem enzim hepatik sitokrom P-450. Level darah pada terbinafin dapat meningkat jika pemberiannya bersama cimetidin yang merupakan sitokrom P-450 inhibitor. Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU e-Repository © 2009 19

7. AMFOTERISIN B