Interaksi obat
Absorbsi griseofulvin menurun jika diberikan bersama dengan fenobarbital tetapi efek tersebut dapat di kurangi dengan cara mengkonsumsi griseofulvin bersama
makanan. Griseofulvin juga dapat menurunkan efektifitas warfarin yang merupakan antikoagulan. Kegagalan kontrasepsi telah dilaporkan pada pasien yang
mengkonsumsi griseofulvin dan oral kontrasepsi.
2. KETOKONAZOL
2,3,6-9,25,28-30
Ketokonazol diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1977 dan di Amerika Serikat pada tahun 1981. Ketokonazol merupakan antijamur golongan
imidazol yang pertama diberikan secara oral.
Mekanisme kerja
Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan
cara menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14- -demethylase yang bertanggungjawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini akan mengakibatkan
dinding sel jamur menjadi permiabel dan terjadi penghancuran jamur.
Aktifitas spektrum
Ketokonazol mempunyai spekrum yang luas dan efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida spesies, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum,
Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Aspergillus spesies dan Zygomycetes.
Farmakokinetik
Ketokonazol yang diberikan secara oral, mempunyai bioavailabilitas yang luas antara 37 - 97 di dalam darah. Puncak waktu paruh yaitu 2 jam dan berlanjut 7-10
jam. Ketokonazol mempunyai daya larut yang optimal pada pH dibawah 3 dan akan lebih mudah diabsorbsi.
Pasien yang menderita achlorhydia, harus mengkonsumsi ketokonazol bersama dengan cairan yang asam dan pada pasien yang mendapat obat - obat seperti
antasid, antikolinergik, antiparkinson dan antagonis H
2
reseptor, sebaiknya mengkonsumsi ketokonazol 2 jam sebelumnya oleh karena dapat mengurangi
absorbsi ketokonazol.
Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU e-Repository © 2009
10
Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran akan
menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3 - 4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, sekurangnya 10 hari setelah
obat dihentikan. Ketokonazol mempunyai distribusi yang luas melalui urin, saliva, sebum,
kelenjar keringat eccrine, serebrum, cairan pada sendi dan serebrospinal fluid CSF. Namun, ketokonazol 99 berikatan dengan plasma protein sehingga level pda CSF
rendah. Ketokonazol dimetabolisme di hati dan diubah menjadi metabolit yang tidak
aktif dan diekskresi bersama empedu ke dalam saluran pencernaan.
Dosis Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa 200 mg hari, dosis
tunggal dan untuk kasus yang serius dapat ditingkatkan hingga 400 mg hari sedangkan dosis untuk anak-anak 3,3 – 6,6 mg kg BB, dosis tunggal. Lama
pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2 - 4 minggu, tinea versikolor selama 5 -10 hari sedangkan untuk tinea kapitis dan onikomikosis biasanya tidak
direkomendasikan.
Efek samping
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering di jumpai. Ketokonazol juga dapat menimbulkan efek hepatotoksik yang ringan tetapi kerusakan
hepar yang serius jarang terjadi. Peninggian transaminase sementara dapat terjadi pada 5-10 pasien. Efek samping yang serius dari hepatotoksik adalah idiosinkratik
dan jarang ditemukan yaitu 1:10000 dan 1:15000, biasanya djumpai pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu. Untuk pengobatan jangka waktu yang
lama, dianjurkan dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Dosis tinggi ketokonazol 800 mghari dapat menghambat sintesis human adrenal dan testikular steroid yang dapat
menimbulkan alopesia, ginekomasti dan impoten.
Interaksi obat
Konsentrasi serum ketokonazol dapat menurun pada pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan sekresi asam lambung seperti antasid,
antikolinergik dan H2-antagonis sehingga sebaiknya obat ini di berikan setelah 2 jam pemberian ketokonazol. Ketokonazol dapat memperpanjang waktu paruh seperti
terfenadin, astemizol dan cisaprid sehingga sebaiknya tidak diberikan bersama dan
Ramona Dumasari Lubis : Pengobatan Dermatomikosis, 2008 USU e-Repository © 2009
11
juga dapat menimbulkan efek samping kardiovaskular seperti pemanjangan Q-T interval dan torsade de pointes.
Ketokonazol juga dapat memperpanjang waktu paruh dari midazolam dan triazolam dan dapat meningkatkan level siklosporin dan konsentrasi serum dari
warfarin. Pemberian bersama ketokonazol dengan rifampicin dapat menurunkan efektifitas ke dua obat.
3. ITRAKONAZOL