Polivnil Akohol PVA TINJAUAN PUSTAKA

prolindan 4-hidroksiprolin yang tinggi , yaitu asam amino yang jarang ditemukan pada protein selain pada kolagen dan elastin . Bersama-sama, prolin dan hidroksiprolin mencapai kira-kira 21 persen dari residu asam amino pada kolagen Lehninger, 1993.

2.2.2 Peranan Kolagen dalam Penyembuhan Luka dan Pembentukan Jaringan

Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan berkesinambungan. Hemostatis atau penghentian pendarahan adalah proses pertama pada penyembuhan luka. Trombosit dan faktor-faktor pembekuan merupakan faktor hemostatik intravaskuler yang utama. Kolagen merupakan agen hemostatik yang sangat efesien, sebab trombosit melekat pada kolagen, kolagen akan membengkak dan selanjutnya melepaskan substansi yang memulai proses hemostatis. Interaksi kolagen–trombosit tergantung pada polimerisasi dari maturasi kolagen dan pengaruh positif pada molekul kolagen www.pasteur. fraplicationseuroconf tissuerepair-microba.pdf. Kolagen dapat membantu agregasi trombosit karena kemampuannya mengikat fibronektin. Mekanisme yang pasti dari interaksi kolagen belum diketahui secara jelas, akan tetapi data yang pasti menunjukkan bahwa interaksi kolagen dan trombosit merupakan tahap pertama proses penyembuhan luka http:www.cyberadsstudio.comenvycollagen.htm.

2.3. Polivnil Akohol PVA

Polivinil alkohol PVA dengan rumus kimia [C 2 H 4 OH x ] adalah polimer sintetik yang diproduksi oleh hidrolisis dari polivinil asetat. PVA bersifat nontoksik dan larut dalam air, sehingga banyak digunakan di berbagai bidang, antara lain bidang medis dan farmasi Theresia,2011 . Produk ini sangat sesuai untuk digunakan secara komersial dalam skala besar sebagai eksipien dalam berbagai produk farmasi seperti tablet salut, tetes mata, biofermentasi dan topikal. PVA bersifat kompatibel secara hayati dan sesuai untuk simulasi jaringan alami. Selain itu, PVA mempunyai permeabilitas oksigen yang baik, tidak bersifat imunogenik, dan memiliki sifat yang sangat baik dalam pembentukan film, pengemulsi dan dapat dilembabkan Gessner, 1981. PVA berwarna putih, bentuk seperti serbuk, rasa hambar,tembus cahaya, tidak berbau dan larut dalam air. PVA salah satu polimer yang mempunyai sifat hidrofolik dan sebagai perekat. PVA dapat digunakan sebagai lapisan tipis yang sensitif. Struktur Polivinil alkohol dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Struktur Polivinil Alkohol Polivinil alkohol PVA merupakan salah satu jenis bahan polimer yang relatif murah dan tidak toksik. PVA dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan hidrogel sebagai matriks untuk mengekang obat dan kemudian obat tersebut dilepaskan kembali Zainuddin K.,1994. Menurut Doan Binh, hidrogel yang transparan, kuat secara mekanik dapat dihasilkan dari campuran PVA dan kitosan yang diiradiasi sehingga dapat digunakan untuk antibakteri, mencegah infeksi dan menstimulasi reepitelisasi Binh,2001. Polivinil alkohol telah menjadi bahan pengkajian dalam pembuatan fiber atau film. Pada tahun 1938, Universitas Kyoto, telah mengembangkan serat dengan bahan dasar polivinil alkohol yang dikenal dengan “Synthese I”. Kemudian pada tahun yang sama, Kanebo Co. Ltd telah mengembangkan serat buatan dengan bahan dasar polivinil alkohol yang dikenal dengan “Kanebian” Watanabe 1987. Selain itu, Hodgkinson dan Taylor 2000 menjelaskan bahwa polivinil alkohol mempunyai kuat tarik lebih tinggi dibandingkan dengan polivinil klorida PVC sehingga dalam aplikasinya dapat digunakan sebagai composite. Polivinil alkohol dapat membentuk film yang sangat baik, pengemulsi dan sifat perekat. PVA juga tahan terhadap minyak, lemak dan pelarut. Memiliki kekuatan tarik tinggi dan fleksibilitas, serta tinggi oksigen. Namun sifat ini tergantung pada kelembaban, dengan kata lain, dengan kelembaban yang lebih tinggi maka lebih banyak yang air diserap, yang bertindak sebagai plasticizer, maka akan mengurangi kekuatan tarik, tetapi meningkatkan elongasi dan kekuatan sobek. PVA memiliki titik leleh 180-190°C 356-374 derajat Fahrenheit untuk nilai sepenuhnya dihidrolisis dan sebagian dihidrolisis masing-masing. Ini terurai dengan cepat di atas 200° C karena dapat menjalani pirolisis pada suhu tinggi Fromageau, J.,2003.

2.4. Luka