Pengaturan Tindakan Pengamanan dalam Perdagangan Internasional

Teori yang digambarkan oleh Smith, Torrens, dan Ricardo sangat teoritis. Kesimpulan yang didasarkan pada beberapa asumsi yang mungkin tidak atau lebih yang jarang berlaku di dunia nyata ”. Sejak saat ini filsuf ekonomi mengungkapkan bahwa jumlah proteksi perdagangan antar negara-negara telah bangkit dan jatuh karena berbagai alasan. Meski telah jelas bahwa liberalisasi perdagangan multilateral akan menguntungkan semua negara yang terlibat. Tahun 1947 dibentuk GATT untuk memfasilitasi pengurangan hambatan perdagangan. Penjelasan ekonomi untuk klausula safeguard bahwa GATT menyediakan cara bagi negara-negara dengan tingkat perlindungan yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan perdagangan liberal dibawah ketentuan GATT. Dalam hal perubahan yang tak terduga yang dibawa oleh liberalisasi menyebabkan bahaya serius bagi produsen dalam negeri, negara- negara ini diperbolehkan untuk menerapkan liberalisasi perdagangan secara perlahan, memberikan waktu untuk sumber daya lokal untuk pindah ke daerah yang lebih produktif. 65

B. Pengaturan Tindakan Pengamanan dalam Perdagangan Internasional

Tindakan pengamanan dalam perdagangan internasional dikenal dengan sebutan safeguard . Safeguard adalah salah satu instrumen hukum untuk melindungi industri dalam negeri terhadap peningkatan barang impor yang terjadi dalam perdagangan normal tetapi merugikan industri dalam negeri. 65 Garret Wilson, The Rational, Operation and Prospects of GATT Article XIX London : Essay, 8 Desember 1998, Lihat : http:www.garretwilson.comessayseconomicsgattarticlexix.html diakses pada tgl 5 Juni 2015 pukul 11.25. Universitas Sumatera Utara Safeguard telah lama dikenal dalam praktik perdagangan internasional, bahkan sebelum GATT ditandatangani pada tahun 1947. Negara yang pertama kali memperkenalkan bentuk safeguard adalah Amerika Serikat yang dikenal dengan escape clause. Bentuk tersebut dapat ditemukan pada perjanjian perdagangan bilateral antara Amerika Serikat dan Meksiko pada tahun 1942, yang berbunyi : 66 “If, as result of unforeseen developments and of the concession granted on any article enumerated and described in the schedules annexed to this agreement, such article is being imported in such increased quantities and under such conditions as to cause or threaten serious injury to domestic producers of like, or similar articles, the governments of either country shall be free to withdraw the concessions, in whole or in part, or to modify it to the extent and for such time as may be necessary to prevent such injury Agreement between the United States and Mexico Respecting Reciprocal Trade Dec 23, 1942, Article XI. ” Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut : “Jika, hasil dari perkembangan tidak terduga dan konsesi yang dibenarkan pada setiap pasal yang disebutkan dan dijelaskan dalam daftar lampiran perjanjian ini, seperti pasal tentang peningkatan jumlah impor dalam kondisi yang menyebabkan atau mengancam kerugian serius bagi produsen dalam negeri yang serupa atau sejenis, pemerintah negara harus bebas untuk menarik konsesi, secara keseluruhan atau sebagian, atau membatasi sampai pada jangka waktu yang mungkin diperlukan untuk mencegah kerugian Perjanjian antara Amerika Serikat dan Meksiko tentang Perdagangan Timbal Balik, 23 Desember 1942, Pasal XI. Klausula tersebut di atas menjadi acuan bagi pembentukan Article XIX GATT. Hal ini dapat dilihat pada unsur-unsur atau syarat-syarat penerapan tindakan safeguard, yaitu adanya perkembangan yang tidak terduga , adanya peningkatan impor yang berlebihan, mengakibatkan kerugian bagi industri dalam 66 Christhophorus Barutu, Op.Cit ., hlm. 102-103. Universitas Sumatera Utara negeri, kewenangan negara importir untuk menarik atau mengubah pemberian konsesi perdagangan dalam jangka waktu yang diperlukan. 67 Jika dicermati Article XIX GATT 1947, berbunyi : “ If, as a result of unforeseen developments and of the effect of the obligations incurred by a contracting party under this Agreement, including tariff concessions, any product is being imported into the territory of that contracting party in such increased quantities and under such conditions as to cause or threaten serious injury to domestic producers in that territory of like or directly competitive products, the contracting party shall be free, in respect of such product, and to the extent and for such time as may be necessary to prevent or remedy such injury, to suspend the obligation in whole or in part or to withdraw or modify the concession. GATT, Article XIX.1.a. ” Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut : Jika, hasil dari perkembangan tidak terduga dan akibat dari kewajiban yang timbul oleh pihak yang menyetujui dalam Perjanjian ini, termasuk konsesi tarif, produk apapun yang sedang diimpor ke dalam wilayah pihak yang berkontrak tersebut, terjadi peningkatan jumlah dan dalam kondisi yang menyebabkan atau mengancam kerugian serius kepada produsen dalam negeri dalam wilayah yang sama atau barang yang bersaing secara langsung, mengenai dengan produk tersebut pihak yang berkontrak bebas untuk membatasi sampai pada jangka waktu yang mungkin diperlukan untuk mencegah atau memperbaiki kerugian, untuk menangguhkan kewajiban secara keseluruhan atau sebagian atau untuk mencabut atau mengubah konsesi. GATT, Pasal XIX.1.a. ” Berdasarkan Article XIX 1.a GATT diatas dijelaskan bahwa kata “if” merupakan syarat di mana artinya dalam situasi dimaksud berikut ini adalah kondisi di mana tindakan safeguard dapat dilakukan. Tindakan safeguard yang dimaksud dapat dilakukan apabila ada unsur-unsur terjadinya perkembangan yang tidak terduga unforeseen developments, adanya kewajiban dari pihak-pihak yang melakukan kesepakatan yang meliputi konsesi atas tarif di mana akibatnya jumlah barang impor yang masuk ke wilayah tersebut meningkat pesat sehingga 67 Ibid. Universitas Sumatera Utara menimbulkan ancaman kerugian yang threaten serious injury terhadap produk sejenis sehingga negara-negara yang melakukan kesepakatan tersebut diberikan wewenang untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap kerugian yang lebih parah yang akan dialami industri dalam negeri. Tindakan pencegahan dan perbaikan itu dapat berupa penundaan konsesi, menarik atau mengubah konsesi 68 . Pengaturan tentang safeguard diperbarui dalam bentuk Agreement on Safeguards. Hal ini dilakukan untuk memperjelas dan menyempurnakan aturan- aturan tentang safeguard sehingga dapat memperkuat sistem perdagangan internasional berdasarkan ketentuan GATT 1994. Safeguard memperbolehkan dua bentuk tindakan safeguard secara multilateral yaitu sebagai berikut : 69 1. Negara berhak untuk mengawasi impor secara temporer atau dengan hambatan perdagangan lainnya untuk mencegah kerugian perdagangan bagi industri dalam negeri. 2. Hak yang bersamaan bagi negara pengekspor untuk tidak mencabut akses pasar secara sewenang-wenang. Berdasarkan Article XIX GATT, suatu negara diperbolehkan untuk menarik diri atau memodifikasi konsesi yang telah disepakati, memberlakukan pembatasan impor untuk waktu yang sementara apabila dapat dibuktikan bahwa peningkatan produk impor tertentu mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi produsen dalam negeri, dan tetap memberlakukan pembatasan impor selama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi memperbaiki kerugian yang dialami. 68 Ibid., hlm. 105. 69 Tumpal Rupea, Op.Cit ., hlm. 310. Universitas Sumatera Utara Penerapan pengaturan tindakan safeguard yang tertuang dalam Agreement on Safeguards sesuai dengan aturan-aturan yang ada pada Article XIX GATT 1994. Hal ini dapat dimuat dalam Article 1 Agreement on Safeguard tentang ketentuan umum . Berdasarkan Article 2.1 Agreement on Safeguard dijelaskan mengenai kondisi safeguard bahwa dalam mengidentifikasi peningkatan impor adalah barang impor yang masuk dalam wilayah kepabeanan suatu negara meningkat dalam jumlah secara absolut dan relatif dibandingkan dengan produksi dalam negeri serta mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi industri yang menghasilkan barang yang serupa atau secara langsung tersaingi oleh barang impor tersebut. 70 Ada perbedaan mengenai pengidentifikasian peningkatan impor antara Article XIX GATT 1994 dan Article 2.1 Agreement on Safeguard di mana dalam Article 2.1 Agreement on Safeguard pengidentifikasian impor lebih diperjelas dengan pencantuman unsur pembedaan antara peningkatan absolute dan relatif, di mana hal ini tidak disinggung dalam Article XIX GATT 1994. 71 Berdasarkan Article 2.1 Agreement on Safeguard peningkatan impor dilihat dalam bentuk, yaitu secara absolut misalnya, dalam ton atau satuan ukur lainnya dan perbandingan secara relatif terhadap produksi dalam negeri atas barang serupa atau barang yang secara langsung tersaingi. Ketentuan peningkatan secara absolut dan relatif ini tidak mengikat harus keduanya meningkat. Misalnya, 70 Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI, Perlindungan Industri dalam Negeri Melalui Tindakan Safeguard World Trade Organization Jakarta : 2005, hlm. 5. 71 Christhophorus Barutu, Op.Cit., hlm. 109. Universitas Sumatera Utara pada saat impor meningkat, terjadi juga peningkatan produksi dalam negeri sehingga secara relatif tidak terlihat peningkatan yang besar. Atau sebaliknya, mungkin terjadi volume tidak menunjukan peningkatan atau konstan , tetapi karena terjadi penurunan produksi dalam negeri yang besar mengakibatkan perbandingan antar impor dan produksi dalam negeri menjadi tinggi. Berdasarkan Article 2.2 Agreement on Safeguard diatur bahwa pengenaan tindakan safeguard berlaku terhadap semua negara eksportir tanpa membedakan negara asalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip GATT yaitu most favoured nation. 72 Menurut Appellate Body WTO, peningkatan impor terjadi dalam keadaan sebagai berikut : 73 1. Rentang waktu yang paling akhir recent . 2. Cukup mendadak sudden . 3. Cukup tajam. 4. Cukup signifikan dalam kuantitas dan kualitas impornya. 5. Menyebabkan terjadinya kerugian serius serious injury atau ancaman kerugian serius threaten serious injury terhadap. 6. Industri dalam negeri. Rentang waktu tidak terlalu panjang, karena kemungkinan kerugian bagi industri dalam negeri secara langsung bukan diakibatkan oleh peningkatan barang impor dan kerugian tersebut terjadi bukan dalam keadaan mendadak atau sifatnya 72 Most Favoured Nation adalah prinsip memberikan perlakuan yang sama kepada setiap anggota WTO atau penduduknya dalam memberikan fasilitas perdagangan.. Lihat : Harun Setiawati dan Gavriyuni Amier dalam ed. Sjamsul Arifin dkk, Kerja Sama Perdagangan Internasiona : Peluang dan Tantangan bagi Indonesia Jakarta: PT. Gramedia, 2007, hlm. 83. 73 Mahmul Siregar, Op.Cit., hlm. 4. Universitas Sumatera Utara yang tidak terduga, tetapi karena masalah struktural industri di dalam negeri. 74 Sebelum mengambil tindakan safeguard dalam penentuan peningkatan impor ada dua persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu : 75 1. Peningkatan impor yang harus disebabkan oleh adanya perkembangan yang tidak diperkirakan sebelumnya sebagai akibat dari tindakan memenuhi kewajiban internasional dalam rangka liberalisasi perdagangan. 2. Peningkatan impor tersebut mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi industri dalam negeri. Negara dapat menerapkan tindakan pengamanan dengan melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Article 3 Agreement on Safeguard. Penyelidikan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 76 1. Penyelidikan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan diumumkan sebelumnya termasuk harus diberitahukan ke Committee on Safeguard 77 WTO. 2. Dimulainya penyelidikan tindakan safeguard harus diumumkan di media cetak. 74 Ibid. 75 Christhophorus Barutu , Op.Cit., hlm. 107-108. 76 Ramziati, Op.Cit., hlm. 50. 77 Commite on Safeguard adalah unit di bawah struktur kelembagaan Organisasi Perdagangan Dunia WTO yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian Safeguards . Lihat : Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 13. Universitas Sumatera Utara 3. Selama pelaksanaan penyelidikan harus diberikan kesempatan kepada para pihak berkepentingan untuk menyampaikan tanggapan atau bukti dan menanggapi bukti atau argumentasi dari pihak lain. 4. Dokumen yang bersifat rahasia tidak boleh diberikan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pihak pemilik dokumen atau pemberi iformasi tersebut. Kecuali otoritas menganggap tidak tepat menurut sifatnya mengklarifikasikan informasi tertentu sebagai rahasia atau para pihak yang memberikan informasi tersebut tidak bersedia membuat ringkasan yang sifatnya tidak rahasia. 5. Laporan akhir yang memuat hasil penyelidikan secara rinci dan alasan atau kesimpulan yang ditetapkan serta dasar hukum yang digunakan harus diumumkan di media tulis pada akhir masa penyelidikan. Safeguard terhadap suatu produk berlaku sesuai dengan ketentuan Article 4.1 Agreement on Safeguard tentang penentuan kerugian berat atau ancaman kerugian. Dalam Article 4.1 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa : a. Kerugian serius diartikan sebagai gangguan yang berat terhadap industri dalam negeri. b. Ancaman kerugian serius diartikan sebagai kerugian yang serius yang jelas dapat terjadi sesuai dengan ketentuan. Dalam menentukan adanya ancaman kerugian serius perlu dukungan adanya fakta dan bukan hanya tuduhan, dugaan atau kemungkinan yang kecil. c. Dalam menentukan kerugian atau ancaman kerugian serius, industri dalam negeri diartikan sebagai keseluruhan produsen dalam negeri yang memproduksi barang yang sejenis atau yang secara langsung tersaingi Universitas Sumatera Utara dengan barang impor yang diselidiki, atau hasil yang diproduksi secara kolektif dari barang sejenis atau barang secara langsung tersaingi merupakan bagian terbesar dari keseluruhan produksi dalam negeri terhadap barang-barang tersebut. Kerugian serius atau ancaman kerugian serius dapat diidentifikasikana dengan cara sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi barang yang diproduksi di dalam negeri yang “serupa” atau “secara langsung tersaingi” dengan barang impor yang diselidiki. 2. Mengidentifikasi industri dalam negeri yang memproduksi barang tersebut. 3. Mengkaji secara menyeluruh penurunan yang signifikan atau kinerja industri dalam negeri. Faktor-faktor yang menjadi bahan evaluasi untuk melihat hubungan antara kerugian serius dengan ancaman kerugian serius diatur dalam Article 4.2 Agreement on Safeguard. Dalam Article 4.2 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa penilaian kerugian harus didasarkan pada hasil evaluasi menyeluruh dari berbagai fakor terkait secara objektif dan terukur yang dihadapi oleh industri dalam negeri. Faktor-faktor kerugian tersebut antara lain : 78 1. Angka dan jumlah peningkatan impor barang yang diselidiki secara absolute dan relatif. 2. Pangsa pasar domestik yang dikuasai oleh barang impor yang meningkat tersebut. 3. Perubahan dalam tingkat penjualan. 78 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hlm.113. Universitas Sumatera Utara 4. Produksi. 5. Produktivitas. 6. Pemanfaatan kapasitas. 7. Keuntungan dan Kerugiaan. 8. Kesempatan kerja. Negara importir harus dapat membuktikan adanya keterkaitan bahwa peningkatan impor yang terjadi menyebabkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri causal link . Hubungan sebab akibat causal link ini diatur dalam Article 4.2 b Agreement on Safeguard. Dalam menentukan hubungan sebab akibat menurut Article 4.2 b harus mempertimbangkan dua hal, yaitu 79 : 1. Ada bukti konkret bahwa peningkatan impor barang increased imports mengakibatkan terjadinya kerugian serius atau ancaman kerugian serius pada industri dalam negeri. 2. Adanya faktor selain peningkatan impor yang menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri pada saat bersamaan, kerugian yang timbul tersebut tidak boleh dikaitkan dengan impor yang meningkat tersebut. Penerapan safeguard diatur dalam Article 5 Agreement on Safeguard. Dalam Article 5 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa penggunaan safeguard hanya dapat dilakukan selama diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi kerugian yang serius serta untuk membantu penyesuaian. Dalam menggunakan pembatasan kuantitatif, perlu dihindarkan terjadinya penurunan volume impor 79 Ibid., hlm. 113-114. Universitas Sumatera Utara lebih rendah daripada rata-rata tiga tahun terakhir, tergantung kesediaan data statistik. Apabila dipelukan tingkat impor yang berbeda untuk mencegah atau menanggulangi kerugian serius, maka harus didasari justifikasi yang jelas. Negara anggota WTO harus menentukan kebijaksanaan yang paling tepat untuk mencapai tujuan tersebut. 80 Tindakan safeguard dapat ditetapkan dalam tiga bentuk, yaitu peningkatan bea masuk, ditetapkan kuota impor dan kombinasi dari kedua bentuk tersebut. Jika tindakan safeguard ditetapkan dalam bentuk kuota maka jumlah kuotanya tidak boleh lebih kecil dari data impor rata-rata dalam tiga tahun terakhir, sedangkan untuk pengenaan jumlah kuota yang berbeda dari rata-rata impor tiga tahun terakhir harus ada bukti atau pembenaraan secara khusus. Negara yang mengambil tindakan safeguard dalam bentuk kuota dapat membuat kesepakatan dengan negara pengekspor terbesar mengenai alokasi kuota tersebut. Jika tidak ada kesepakatan, kuota masing-masing negara ditentukan pada pangsa pasar ekspor masing-masing negara dalam periode tertentu. 81 Apabila terdapat bukti awal terjadinya peningkatan impor yang mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi industri dalam negeri dapat dilakukan tindakan safeguard sementara yang diatur dalam Article 6 Agreement on Safeguard. Dalam Article 6 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa apabila kondisi industri dalam negeri dalam “keadaan kritis”. Yaitu, apabila tidak dilakukan tindakan secepatnya, akan tercipta keadaan yang semakin sulit untuk dilakukan perbaikan atau pemulihannya. Tindakan safeguard 80 Syahmin AK, Op.Cit., hlm. 317. 81 Christhophorus Barutu, Op.Cit., hlm. 119. Universitas Sumatera Utara sementara ini hanya dapat dikenakan dalam bentuk peningkatan bea masuk dan pengenaan bea masuk sementara berlaku paling lama 200 hari sejak pengenaannya dan tidak bisa diperpanjang. Pengenaan tindakan safeguard sementara harus memenuhi persyaratan, seperti diatur dalam Article 2, Article 7 dan Article 12 Agreement on Safeguard. jika dalam penyelidikan tidak terbukti adanya hubungan peningkatan impor dengan kerugian serius atau ancaman kerugian serius, tindakan safeguard sementara dihentikan dan bea masuk yang telah dipungut dikembalikan. 82 Jangka waktu yang diberikan untuk memulihkan industri dalam negeri diatur dalam Article 7.1 Agreement on Safeguard. Dalam Article 7.1 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa dalam jangka waktu tertentu yang cukup untuk melindungi atau memulikan kerugian serius dan memfasilitasi penyesuaian secara struktural. Pengenaan tindakan safeguard tidak boleh lebih dari empat tahun, termasuk jangka waktu pengenaan tindakan safeguard sementara apabila ada. Tindakan safeguard yang ditetapkan lebih dari satu tahun harus diliberalisasi secara berkala selama jangka waktu pengenaannya. Negara yang melakukan tindakan safeguard selama lebih dari tiga tahun maka negara tersebut harus melakukan peninjauan kembali perkembangannya, paling lambat pertengahan periode waktu pengenaan agar dapat memutuskan untuk membatalkan atau mempercepat liberalisasi. Berdasarkan Article 7.2 Agreement on Safeguard tindakan safeguard dapat diperpanjang apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 82 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Tindakan perpanjangan dilakukan untuk mencegah atau memulihkan keadaan akibat kerugian serius yang dialami. 2. Adanya bukti bahwa industri dalam negeri sedang dalam proses melakukan penyesuaian. Perpanjangan tindakan safeguard diatur dalam Article 7.3 Agreement on Safeguard bahwa total jangka waktu penerapan tindakan sementara, periode aplikasi awal dan perpanjangannya, tidak boleh melebihi delapan tahun. Perpanjangan waktu tindakan safeguard paling lama delapan tahun, termasuk pengenaan tindakan safeguard sementara. Tindakan safeguard tidak dibolehkan dikenakan lagi terhadap barang tertentu sampai dengan jangka waktu tindakan sebelumnya telah selesai paling sedikit dua tahun sesuai yang diatur dalam Article 7.5 Agreement on Safeguard. Akan tetapi pada Article 7.6 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa apabila tindakan safeguard sebelumnya berakhir dalam jangka waktu kurang dari 180 hari, tindakan berikutnya dapat dilakukan jika memenuhi dua syarat, yaitu : 1. Paling sedikit satu tahun telah berakhir setelah tanggal dikenakannya tindakan safeguard atas impor produk tersebut. 2. Tindakan safeguard tidak dikenakan pada barang yang sama lebih dari dua kali dalam jangka waktu lima tahun sebelum pengenaan tindakan baru. Berdasarkan Article 8 Agreement on Safeguard ditetapkan keharusan untuk menanggung kewajiban atau memberikan konsesi sebesar jumlah yang sama dengan beban yang dialami oleh negara eksportir. Oleh karena itu sebelum pengenaan tindakan safeguard dilakukan perlu diadakan negosiasi mengenai Universitas Sumatera Utara kompensasi yang dapat diberikan oleh negara importir kepada negara eksportir yang terkena tindakan tersebut. Apabila tidak tercapai kesepakatan dalam negosiasi tersebut dalam jangka waktu 30 hari, maka negara eksportir dapat melakukan tindakan penangguhan kewajibanyang besarnya seimbang dengan konsesi yang harus diterimanya paling lambat 90 hari setelah tindakan safeguard dikenakan. Hak tersebut hanya dapat digunakan setelah rencana tindakan penangguhan tersebut dinotifikasi ke Council for Trade in Goods 83 dan tidak ada penolakan. 84 Berdasarkan Article 8.3 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa hak realitas atau hak penangguhan tidak dapat digunakan pada tiga tahun pertama pelaksanaan safeguard apabila tindakan safeguard itu didasarkan pada peningkatan impor yang absolut dan telah memenuhi ketentuan dalam Agreement on Safeguard. Safeguard tidak dapat dikenakan kepada negara berkembang anggota WTO. Ketentuan ini diatur dalam Article 9 Agreement on Safeguard. Tindakan safeguard tidak boleh dilakukan terhadap produk impor yang berasal dari suatu negara berkembang bila pangsa pasar negara tersebut tidak melebihi 3 atau yang berasal dari beberapa negara berkembang yang masing-masing memiliki pangsa pasar kurang dari 9. Berdasarkan Article 10 Agreement on Safeguard dijelaskan bahwa negara anggota WTO harus menghentikan semua tindakan safeguard yang diambil 83 Council for Trade in Goods atau Dewan Perdagangan Barang yang bertugas memantau pelaksanaan persetujuan yang dicapai di bidang perdagangan barang. Lihat : Christhophorus Barutu, Ibid., hlm. 17. 84 Ramziati, Op.Cit., hlm. 48. Universitas Sumatera Utara berdasarkan Article XIX GATT 1947 yang tidak lebih dari delapan tahun setelah tanggal di mana safeguard pertama kali diterapkan atau lima tahun setelah tanggal berlakunya Perjanjian WTO. Berdasarkan Article 11 Agreement on Safeguard diatur tentang larangan dan penghapusan beberapa kebijaksanaan antara lain sebagai berikut : 85 1. Negara anggota WTO dilarang melakukan tindakan darurat terhadap produk impor tertentu sebagaimana diatur dalam Article XIX GATT 1994 kecuali tindakan tersebut sesuai dengan ketentuan yang diterapkan dalam perjanjian ini. 2. Negara anggota WTO dilarang memberlakukan pembatasan jumlah ekspor ke negara tujuan, pengaturan pemasaran atau tindakan serupa lainnya pada ekspor maupun impor. Semua kebijaksanaan safeguard yang masih berlaku pada saat berlakunya perjanjian pembentukan organisasi perdagangan multilateral harus disesuaikan dengan perjanjian ini. 3. Perjanjian ini tidak berlaku terhadap kebijaksanaan negara anggota WTO lain, selain yang berkaitan dengan Article XIX GATT 1994, ataupun pengaturan dalam kerangka GATT 1994. Pelaksanaan ketentuan Agreement on Safeguard yang ditetapkan dalam bentuk notifikasi dan konsultasi yang diatur dalam Article 12 Agreement on Safeguard . Beberapa kegiatan yang harus segera dinotifikasi ke Commite on Safeguard WTO adalah sebagai berikut : 85 Syahmin AK, Op.Cit., hlm.318. Universitas Sumatera Utara 1. Waktu memulai proses penyelidikan yang berkaitan dengan kerugian serius atau ancaman kerugian serius dan alasan untuk itu. 2. Adanya temuan berupa bukti industri dalam negeri mengalami kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang disebabkan oleh peningkatan impor. 3. Mengambil keputusan untuk menerapkan atau memperpanjang tindakan safeguard . Notifikasi tentang temuan kerugian serius dan usulan tindakan yang akan dikenakan harus disertai dengan informasi yang lengkap, termasuk bukti kerugian serius atau ancaman, diskripsi produk, rincian usulan tindakan, meliputi kapan mulai dikenakan, jangka waktu, dan program serta jadwal waktu liberalisasi. Dalam hal perpanjangan perlu disertakan informasi mengenai bukti penyesuaian yang telah dilakukan oleh industri dalam negeri. 86 Article 12.3 Agreement on Safeguard mengatur bahwa sebelum pengenaan tindakan safeguard, harus diberikan kesempatan kepada negara eksportir waktu yang cukup untuk konsultasi sesuai dengan ketentuan . Konsultasi meliputi semua hal yang disampaikan dalam notifikasi. Apabila ada tindakan safeguard sementara, maka konsultasi dilaksanakan setelah pengenaan tindakan tersebut. Semua hasil konsultasi sesuai ketentuan Article 8 dan Article 12, usulan penangguhan kewajiban sesuai Article 8.2 dan hasil peninjauan pertengahan periode pengenaan sesuai Article 7.4, juga harus dinotifikasi ke Committee on Safeguard WTO sesuai ketentuan Article 12.5 86 Ramziati, Op.Cit., hlm. 49. Universitas Sumatera Utara Agreement on Safeguard. 87 Diadakan pengawasan yang ketat untuk penerapan tindakan safeguard seperti yang ditetapkan dalam Article 13 Agreement on Safeguard. Pengawasan dilakukan oleh Commite on Safeguard.

C. Penyelesaian Sengketa Tindakan Pengamanan Perdagangan