Latar Belakang Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

9 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan internasional berkembang kearah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional, maupun global mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan-hambatan perdagangan, tarif maupun nontarif untuk menciptakan suatu mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. 4 Peran perdagangan yang meningkat dibarengi oleh pengurangan tarif secara umum, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, sebagai akibat dari berbagai kebijakan otonom dan akibat dari babak-babak putaran perdagangan multilateral di bawah GATT General Agreement on Tariff and Trade. 5 Putaran Uruguay adalah yang paling berarti dari semua negosiasi dagang multilateral dalam 50 tahun belakangan ini. Putaran ini berhasil menciptakan organisasi internasional baru, yaitu WTO World Trade Organization , yang bertanggung jawab atas pelaksanaan seperangkat perjanjian-perjanjian yang sudah mengalami perluasan yang sangat besar yang mengatur perdagangan internasional. Perjanjian-perjanjian ini dibangun berlandaskan GATT tahun 1947, 4 Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional Bandung: PT. Refika Aditam, 2000, hlm. 3-4. 5 Martin Khor, Globalisasi : Perangkap Negara-Negara Selatan Yogyakarta : Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2001, hlm.11. Universitas Sumatera Utara sebagaimana diubah dari tahun ke tahun. 6 Hasil yang dicapai dari Putaran Uruguay pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai berikut : 7 1. Berhasil membentuk suatu organisasi perdagangan internasional dengan nama WTO World Trade Organization. 2. Perluasan bidang pengaturan, sehingga disamping pengaturan perdagangan barang trade in goods , juga diatur perdagangan jasa trade in services , perlindungan hak milik intelektual intellectual property rights dan investasi investment dalam rangka perdagangan. 3. Penguatan mekanisme penyelesaian sengketa dispute settlement mechanism . 4. Penyempurnaan beberapa peraturan GATT. Pasar bebas untuk perdagangan mulai berlaku sejak tahun 2003 dengan dibentuknya AFTA Asean Free Trade Area dan tahun 2010 untuk negara-negara APEC Asia Pasific Economic Cooperation yang Indonesia juga turut di dalamnya dan secara keseluruhan negara-negara WTO pada tahun 2020. 8 Perdagangan bebas dalam arti sebenarnya adalah arus barang dan jasa yang bebas melewati batas negara. Perdagangan ini tidak dihambat oleh campur tangan pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatan-hambatan lainnya. 9 Diberlakukannya perdagangan bebas, otomatis persaingan terbuka secara bebas dan ketat. Ada anggapan bahwa pasar dalam negeri akan semakin terbuka lebar terhadap barang-barang impor sehingga angka impor akan semakin besar 6 John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi Edisi Bahasa Indonesia dan Inggiris Jakarta: ELIPS II, 2002, hlm. 85. 7 Rusli Padika, Sanksi Dagangan Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO Bandung : PT. Alumni, 2010, hlm. 61. 8 Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional Dalam Kerangka Studi Analitis Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 15. 9 Ibid ., hlm. 22. Universitas Sumatera Utara dan menjadi tidak terkendali dan akhirnya akan memukul dan menghancurkan produk-produk dalam negeri akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor. 10 Persetujuan-persetujuan WTO yang mengatur masalah-masalah perlindungan yang ditujukan terhadap perlindungan industri, yaitu Agreement on Implementation of Article VI Persetujuan tentang Pelaksanaan Pasal VI Antidumping, Agreement on Subsidies and Countervailing Measures Persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Imbalan, dan Agreement on Safeguards Persetujuan tentang Tindakan Pengamanan yang secara konkret mengatur masalah-masalah antidumping, subsidi, dan tindakan pengamanan. Ketiga instrumen pengamanan perdagangan ini dikenal dengan nama “Trade Remedies”. Ketiganya berperan penting untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik-praktik kecurangan di bidang perdagangan sebagai konsekuensi dari perdagangan bebas. 11 Tindakan safeguard adalah salah satu upaya untuk menghindari keadaan dimana anggota WTO menghadapi suatu dilema antara membiarkan pasar dalam negeri mereka menjadi sangat terganggu oleh barang impor atau menarik diri dari kesepakatan. Apabila pilihan kedua dipilih oleh banyak negara, berarti kesepakatan tersebut menjadi tidak efektif atau berkurang tingkat liberalisasinya. Oleh karena itu, Agreement on Safeguard memungkinkan untuk sementara waktu negara anggota yang mengalami dilema tersebut untuk menyimpang dari 10 Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, subsidi, dan Tindakan Pengamanan Safeguard dalam GATT dan WTO Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 31. 11 Ibid., hlm. 31-32. Universitas Sumatera Utara komitmen liberalisasi perdagangan. 12 Safeguard adalah suatu instrumen untuk melindungi industri dalam negeri terhadap lonjakan impor yang dilakukan secara fair tetapi merugikan industri dalam negeri. Diadakan pengawasan yang ketat untuk penerapan tindakan safeguard. 13 Berakhirnya perundingan Putaran Uruguay, Pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi atas Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dengan meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization, Indonesia secara sekaligus telah meratifikasi juga Agreement on Safeguard. Konsekuensi dari diratifikasinya Agreement Establishing the World Trade Organization , Indonesia kemudian membuat ketentuan dasar tentang safeguard atau yang selanjutnya akan disebut sebagai tindakan pengamanan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 85MPPKep22003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor, dan peraturan lainnya. 12 Ramziati, Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri Safeguard Dalam Teori dan Praktek Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007, hlm.3. 13 Rusli Padika, Op.Cit., hlm.84-85. Universitas Sumatera Utara Diperkenalkannya subtansi bidang-bidang perjanjian GATTWTO, mengakibatkan negara anggota untuk membuat aturan-aturan perdagangan nasionalnya yang sesuai dengan subtansi perjanjian GATTWTO. Sebagai bentuk komitmen negara Indonesia dalam mengikuti era perdagangan bebas, pemerintah akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan sebagai bentuk dari harmonisasi hukum. Tujuan utama harmonisasi hukum hanya berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada yang akan diharmonisasikan. 14 Kebijakan safeguard atau tindakan pengamanan telah diakomodir di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang dimuat di dalam BAB IX tentang Perlindungan dan Pengamanan Perdagangan. Berikut akan disediakan data-data terhadap negara yang paling sering menuduh safeguard dan produk yang telah dikenakan tindakan pengamanan perdagangan berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan yang selanjutnya disebut BMTP dan kuota serta yang telah diperpanjang di Indonesia. Tabel 1. Negara yang Paling Banyak Menuduh Safeguard , 1995-2012 No. Negara Safeguards Pangsa Rata-rata Total 254 100,0 14,1 1 India 29 11,4 1,6 2 Indonesia 23 9,1 1,3 3 Turkey 17 6,7 0,9 4 Jordan 16 6,3 0,9 5 Chile 13 5,1 0,7 6 Ukraine 10 3,9 0,6 7 United States 10 3,9 0,6 14 Chia-Jui Cheng ed, dalam Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional Depok : PT.Rajagrafindo, 2005, hlm. 31 Universitas Sumatera Utara No. Negara Safeguards Pangsa Rata-rata 8 Czech Republic 9 3,5 0,5 9 Egypt 9 3,5 0,5 10 Philippines 9 3,5 0,5 Sumber: WTO diolah 15 Berdasarkan data diatas selama periode 1995-2012, terdapat 254 kasus safeguard . yang dituduhkan oleh negara-negara anggota WTO. India merupakan negara yang paling banyak melakukan inisiasi penyelidikan safeguard terhadap kenaikan lonjakan impor, dengan jumlah total kasus sebanyak 29 kasus. Sementara Indonesia berada di peringkat 2 dengan inisiasi safeguard sebanyak 23 kasus, diikuti oleh Turki dengan 17 kasus. Terlihat bahwa negara-negara berkembang sangat aktif berupaya melindungi industri dalam negerinya dari serbuan barang-barang impor. Bahkan, negara maju seperti Amerika Serikat juga menggunakan instrumen safeguard dengan kasus yang diinisiasi sebanyak 10 kasus. 16 Terdapat 254 kasus safeguard yang dituduhkan, tapi hanya sekitar 50 121 kasus yang benar-benar dapat dibuktikan dalah penyelidikan bahwa lonjakan impor mengakibatkan kerugian atau mengancam industri dalam negeri negara penuduh. Secara rata-rata, terdapat 7 kasus tindakan safeguard yang dikenakan oleh negara anggota WTO di seluruh dunia. India tetap merupakan negara yang paling banyak mengenakan tindakan safeguard dengan jumlah 15 Lihat : www.wto.org yang data tersebut diolah oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, yang dimuat dalam http:www.kemendag.go.idfilespdf201502 02analisis-kebijakan-pengamanan-1422851508.pdf diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.10. 16 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Analisis Kebijakan Pengamanan Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Jakarta : Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, 2013, hlm. 13. Universitas Sumatera Utara sebanyak 15 kasus, diikuti dengan Indonesia dan Turki yang masing-masing sebanyak 13 kasus. 17 Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI mulai berdiri pada tahun 2003. Sejak adanya KPPI, Indonesia telah mengenakan tindakan pengamanan perdagangan berupa bea masuk tindakan pengamanan terhadap 14 produk, tindakan pengamanan perdagangan berupa kuota terhadap 1 produk dan tindakan pengamanan perdagangan yang diperpanjang terhadap 2 produk. 18 Tabel 2. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan BMTP, 2003-2014 No. Nama Produk Tgl Mulai Penyidikan Tgl Pengenaan 1. Dextrose Monohydrate 14 Mei 2008 12 September 2008 2. Paku 05 November 2008 22 Juli 2009 3. Kawat Bindrat 19 Januari 2010 04 Juni 2010 4. Kawat Seng 21 Januari 2010 16 Juli 2010 5. Tali Kawat Baja 30 April 2010 27 Agustus 2010 6. Terpal dari Serat Sintetik selain Awning dan Kerai Matahari 22 Maret 2011 12 Juli 2011 7. Kawat Beronjong Gabion 22 Agustus2011 09 Agustus 2012 8. Tali Kawat Baja Steel Wire Roper 05 Februari 2010 09 Juni 2010 9. Kain Tenunan dari Kapas 25 Juni 2010 12 Maret 2010 10. Benang Kapas Selain Benang Jahit 25 Juni 2010 10 Januari 2011 11. Casing dan Tubing dari besi atau baja 20 Januari 2012 13 Juni 2013 12. Baja Alumunium Lapis Seng 19 Desember 2012 10 April 2014 13. I dan H Section 12 Februari 2014 17 Oktober 2014 14. Keramik Tableware 19 Oktober 2004 04 Mei 2005 Sumber: KPPI diolah 19 17 Ibid., hlm 14-15. 18 www.kppi.kemendag.go.id diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.35. 19 Lihat : http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail151 diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.45. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Kuota , 2003-2014 No. Nama Produk Tgl Mulai Penyidikan Tgl Pengenaan 1. Tepung Gandum 24 Agustus 2012 04 November 2013 Sumber: KPPI diolah 20 Tabel 4. Produk yang Sudah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan dan Diperpanjang, 2003-2014 No. Nama Produk Tgl Mulai Penyidikan Tgl Pengenaan 1. Keramik Tablaware 05 Mei 2008 07 November 2008 2. Benang Kapas Selain Benang Jahit Perpanjangan 15 Januari 2014 14 Maret 2014 Sumber: KPPI diolah 21 Berdasarkan data-data diatas maka akan dibahas lebih lanjut tentang tindakan pengamanan perdagangan yang dikenakan pada industri keramik. Industri keramik terdiri dari ubin tile, saniter, perangkat rumah tangga tableware dan genteng . Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus akan mengkaji tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik tablaware. Dimana pada tahun 2006, Indonesia mengenakan tindakan pengamanan untuk produk keramik tableware. Pengenaan tindakan pengamanan diberlakukan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PMK.0102006 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik Tableware , yang mulai belaku pada tanggal 4 Januari 2006 sampai 3 Januari 2009. Pemerintah memperpanjang pengenaan Tindakan Pengamanan 20 Lihat : http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail252 diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.55. 21 Lihat : http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail253 diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 21.05. Universitas Sumatera Utara dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237Pmk.0112008 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik Tableware, yang mulai berlaku pada tanggal 4 Januari 2009 sampai 3 Januari 2012. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang digunakan untuk dapat menerapkan tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah