9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan internasional berkembang kearah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional, maupun global
mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan-hambatan perdagangan, tarif maupun nontarif untuk menciptakan suatu
mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif.
4
Peran perdagangan yang meningkat dibarengi oleh pengurangan tarif secara umum, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang, sebagai akibat dari berbagai kebijakan otonom dan akibat dari babak-babak putaran perdagangan multilateral di bawah GATT
General Agreement on Tariff and Trade.
5
Putaran Uruguay adalah yang paling berarti dari semua negosiasi dagang multilateral dalam 50 tahun belakangan ini. Putaran ini berhasil menciptakan
organisasi internasional baru, yaitu WTO
World Trade Organization
, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan seperangkat perjanjian-perjanjian yang sudah
mengalami perluasan yang sangat besar yang mengatur perdagangan internasional. Perjanjian-perjanjian ini dibangun berlandaskan GATT tahun 1947,
4
Ida Bagus Wyasa Putra,
Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional
Bandung: PT. Refika Aditam, 2000, hlm. 3-4.
5
Martin Khor,
Globalisasi : Perangkap Negara-Negara Selatan
Yogyakarta : Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2001, hlm.11.
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana diubah dari tahun ke tahun.
6
Hasil yang dicapai dari Putaran Uruguay pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai berikut :
7
1. Berhasil membentuk suatu organisasi perdagangan internasional dengan nama WTO
World Trade Organization.
2. Perluasan bidang pengaturan, sehingga disamping pengaturan perdagangan barang
trade in goods
, juga diatur perdagangan jasa
trade in services
, perlindungan hak milik intelektual
intellectual property rights
dan investasi
investment
dalam rangka perdagangan. 3. Penguatan mekanisme penyelesaian sengketa
dispute settlement mechanism
. 4. Penyempurnaan beberapa peraturan GATT.
Pasar bebas untuk perdagangan mulai berlaku sejak tahun 2003 dengan dibentuknya AFTA
Asean Free Trade Area
dan tahun 2010 untuk negara-negara APEC
Asia Pasific Economic Cooperation
yang Indonesia juga turut di dalamnya dan secara keseluruhan negara-negara WTO pada tahun 2020.
8
Perdagangan bebas dalam arti sebenarnya adalah arus barang dan jasa yang bebas melewati batas negara. Perdagangan ini tidak dihambat oleh campur tangan
pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatan-hambatan lainnya.
9
Diberlakukannya perdagangan bebas, otomatis persaingan terbuka secara bebas dan ketat. Ada anggapan bahwa pasar dalam negeri akan semakin terbuka
lebar terhadap barang-barang impor sehingga angka impor akan semakin besar
6
John W. Head,
Pengantar Umum Hukum Ekonomi Edisi Bahasa Indonesia dan Inggiris
Jakarta: ELIPS II, 2002, hlm. 85.
7
Rusli Padika,
Sanksi Dagangan Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO
Bandung : PT. Alumni, 2010, hlm. 61.
8
Syahmin AK,
Hukum Dagang Internasional Dalam Kerangka Studi Analitis
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 15.
9
Ibid
., hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
dan menjadi tidak terkendali dan akhirnya akan memukul dan menghancurkan produk-produk dalam negeri akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor.
10
Persetujuan-persetujuan WTO
yang mengatur
masalah-masalah perlindungan yang ditujukan terhadap perlindungan industri, yaitu
Agreement on Implementation of Article VI
Persetujuan tentang Pelaksanaan Pasal VI Antidumping,
Agreement on Subsidies and Countervailing Measures
Persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Imbalan, dan
Agreement on Safeguards
Persetujuan tentang Tindakan Pengamanan yang secara konkret mengatur masalah-masalah antidumping, subsidi, dan tindakan pengamanan.
Ketiga instrumen pengamanan perdagangan ini dikenal dengan nama “Trade
Remedies”. Ketiganya berperan penting untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik-praktik kecurangan di bidang perdagangan sebagai konsekuensi dari
perdagangan bebas.
11
Tindakan
safeguard
adalah salah satu upaya untuk menghindari keadaan dimana anggota WTO menghadapi suatu dilema antara membiarkan pasar dalam
negeri mereka menjadi sangat terganggu oleh barang impor atau menarik diri dari kesepakatan. Apabila pilihan kedua dipilih oleh banyak negara, berarti
kesepakatan tersebut menjadi tidak efektif atau berkurang tingkat liberalisasinya. Oleh karena itu,
Agreement on Safeguard
memungkinkan untuk sementara waktu negara anggota yang mengalami dilema tersebut untuk menyimpang dari
10
Christhophorus Barutu,
Ketentuan Antidumping, subsidi, dan Tindakan Pengamanan Safeguard dalam GATT dan WTO
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 31.
11
Ibid.,
hlm. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
komitmen liberalisasi perdagangan.
12
Safeguard
adalah suatu instrumen untuk melindungi industri dalam negeri terhadap lonjakan impor yang dilakukan secara
fair tetapi merugikan industri dalam negeri. Diadakan pengawasan yang ketat untuk penerapan tindakan
safeguard.
13
Berakhirnya perundingan Putaran Uruguay, Pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi atas
Agreement Establishing the World Trade Organization
Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994. Dengan meratifikasi
Agreement Establishing the World Trade Organization,
Indonesia secara sekaligus telah meratifikasi juga
Agreement on Safeguard.
Konsekuensi dari diratifikasinya
Agreement Establishing the World Trade Organization
, Indonesia kemudian membuat ketentuan dasar tentang
safeguard
atau yang selanjutnya akan disebut sebagai tindakan pengamanan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri dalam
Negeri Akibat Lonjakan Impor, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 85MPPKep22003 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor, dan peraturan lainnya.
12
Ramziati,
Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri Safeguard Dalam Teori dan Praktek
Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007, hlm.3.
13
Rusli Padika,
Op.Cit.,
hlm.84-85.
Universitas Sumatera Utara
Diperkenalkannya subtansi bidang-bidang perjanjian GATTWTO, mengakibatkan negara anggota untuk membuat aturan-aturan perdagangan
nasionalnya yang sesuai dengan subtansi perjanjian GATTWTO. Sebagai bentuk komitmen negara Indonesia dalam mengikuti era perdagangan bebas, pemerintah
akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan sebagai bentuk dari harmonisasi hukum. Tujuan utama harmonisasi
hukum hanya berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada yang akan
diharmonisasikan.
14
Kebijakan
safeguard
atau tindakan pengamanan telah diakomodir di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
yang dimuat di dalam BAB IX tentang Perlindungan dan Pengamanan Perdagangan.
Berikut akan disediakan data-data terhadap negara yang paling sering menuduh
safeguard
dan produk yang telah dikenakan tindakan pengamanan perdagangan berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan yang selanjutnya disebut
BMTP dan kuota serta yang telah diperpanjang di Indonesia.
Tabel 1. Negara yang Paling Banyak Menuduh
Safeguard
, 1995-2012 No.
Negara Safeguards Pangsa
Rata-rata
Total 254
100,0 14,1
1 India
29 11,4
1,6 2
Indonesia 23
9,1 1,3
3 Turkey
17 6,7
0,9 4
Jordan 16
6,3 0,9
5 Chile
13 5,1
0,7 6
Ukraine 10
3,9 0,6
7 United States
10 3,9
0,6
14
Chia-Jui Cheng ed, dalam Huala Adolf,
Hukum Perdagangan Internasional
Depok : PT.Rajagrafindo, 2005, hlm. 31
Universitas Sumatera Utara
No. Negara
Safeguards Pangsa Rata-rata
8 Czech Republic
9 3,5
0,5 9
Egypt 9
3,5 0,5
10 Philippines
9 3,5
0,5 Sumber: WTO diolah
15
Berdasarkan data diatas selama periode 1995-2012, terdapat 254 kasus
safeguard
. yang dituduhkan oleh negara-negara anggota WTO. India merupakan negara yang paling banyak melakukan inisiasi penyelidikan
safeguard
terhadap kenaikan lonjakan impor, dengan jumlah total kasus sebanyak 29 kasus.
Sementara Indonesia berada di peringkat 2 dengan inisiasi
safeguard
sebanyak 23 kasus, diikuti oleh Turki dengan 17 kasus. Terlihat bahwa negara-negara
berkembang sangat aktif berupaya melindungi industri dalam negerinya dari serbuan barang-barang impor. Bahkan, negara maju seperti Amerika Serikat juga
menggunakan instrumen
safeguard
dengan kasus yang diinisiasi sebanyak 10 kasus.
16
Terdapat 254 kasus
safeguard
yang dituduhkan, tapi hanya sekitar 50 121 kasus yang benar-benar dapat dibuktikan dalah penyelidikan bahwa
lonjakan impor mengakibatkan kerugian atau mengancam industri dalam negeri negara penuduh. Secara rata-rata, terdapat 7 kasus tindakan
safeguard
yang dikenakan oleh negara anggota WTO di seluruh dunia. India tetap merupakan
negara yang paling banyak mengenakan tindakan
safeguard
dengan jumlah
15
Lihat
:
www.wto.org yang data tersebut diolah oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, yang dimuat dalam http:www.kemendag.go.idfilespdf201502
02analisis-kebijakan-pengamanan-1422851508.pdf diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.10.
16
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,
Analisis Kebijakan Pengamanan Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Jakarta : Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, 2013, hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 15 kasus, diikuti dengan Indonesia dan Turki yang masing-masing sebanyak 13 kasus.
17
Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI mulai berdiri pada tahun 2003. Sejak adanya KPPI, Indonesia telah mengenakan tindakan
pengamanan perdagangan berupa bea masuk tindakan pengamanan terhadap 14 produk, tindakan pengamanan perdagangan berupa kuota terhadap 1 produk dan
tindakan pengamanan perdagangan yang diperpanjang terhadap 2 produk.
18
Tabel 2. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan BMTP, 2003-2014
No. Nama Produk
Tgl Mulai Penyidikan
Tgl Pengenaan
1. Dextrose Monohydrate
14 Mei 2008 12 September 2008
2. Paku
05 November 2008 22 Juli 2009 3.
Kawat Bindrat 19 Januari 2010
04 Juni 2010 4.
Kawat Seng 21 Januari 2010
16 Juli 2010 5.
Tali Kawat Baja 30 April 2010
27 Agustus 2010 6.
Terpal dari Serat Sintetik selain Awning dan Kerai Matahari
22 Maret 2011 12 Juli 2011
7. Kawat Beronjong Gabion
22 Agustus2011 09 Agustus 2012
8. Tali Kawat Baja Steel Wire
Roper 05 Februari 2010
09 Juni 2010 9.
Kain Tenunan dari Kapas 25 Juni 2010
12 Maret 2010 10.
Benang Kapas Selain Benang Jahit
25 Juni 2010 10 Januari 2011
11. Casing dan Tubing dari besi atau
baja 20 Januari 2012
13 Juni 2013 12. Baja Alumunium Lapis Seng
19 Desember 2012 10 April 2014 13. I dan H Section
12 Februari 2014 17 Oktober 2014
14. Keramik Tableware 19 Oktober 2004
04 Mei 2005 Sumber: KPPI diolah
19
17
Ibid.,
hlm 14-15.
18
www.kppi.kemendag.go.id diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.35.
19
Lihat
:
http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail151 diakses pada tgl 12
Juni 2015 pukul 20.45.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Produk yang Telah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan Berupa Kuota , 2003-2014
No. Nama Produk
Tgl Mulai Penyidikan
Tgl Pengenaan
1. Tepung Gandum
24 Agustus 2012 04 November 2013
Sumber: KPPI diolah
20
Tabel 4. Produk yang Sudah Dikenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan dan Diperpanjang, 2003-2014
No. Nama Produk
Tgl Mulai Penyidikan
Tgl Pengenaan
1. Keramik Tablaware
05 Mei 2008 07 November 2008
2. Benang Kapas Selain Benang
Jahit Perpanjangan 15 Januari 2014
14 Maret 2014 Sumber: KPPI diolah
21
Berdasarkan data-data diatas maka akan dibahas lebih lanjut tentang tindakan pengamanan perdagangan yang dikenakan pada industri keramik.
Industri keramik terdiri dari ubin
tile,
saniter, perangkat rumah tangga
tableware
dan genteng
.
Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus akan mengkaji tindakan pengamanan perdagangan terhadap industri keramik
tablaware.
Dimana pada tahun 2006, Indonesia mengenakan tindakan pengamanan untuk produk keramik
tableware.
Pengenaan tindakan pengamanan diberlakukan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PMK.0102006
tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik
Tableware
, yang mulai belaku pada tanggal 4 Januari 2006 sampai 3 Januari 2009. Pemerintah memperpanjang pengenaan Tindakan Pengamanan
20
Lihat
:
http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail252 diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.55.
21
Lihat
:
http:kppi.kemendag.go.iddaftar_kasusdetail253 diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 21.05.
Universitas Sumatera Utara
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 237Pmk.0112008 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk
Keramik Tableware, yang mulai berlaku pada tanggal 4 Januari 2009 sampai 3 Januari 2012. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam
untuk mengetahui ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang digunakan untuk dapat menerapkan tindakan pengamanan perdagangan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah