7
Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat rumusan masalah, yaitu:”Bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Karo dalam upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Untuk mengetahui kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan dalam menghadapi
hambatan tersebut.
8
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh melalui kegiatan penelitian ini, yaitu: a.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi
optimalisasi kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo dalam menanggulangi erupsi gunung Sinabung.
b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,khususnya di bidang Ilmu Administrasi Negara.
c. Secara praktis, Secara praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat
menambah masukan bagi Pemerintah berupa saran-saran untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dalam menanggulangi bencana erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
I.5 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus
terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang
9
dipilihnya. Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
9
Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka
teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan-batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian
penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.
I.5.1 Kinerja 1.5.1.1 Pengertian Kinerja
Kata ‘kinerja’ dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris “performance” yang berarti : 1 pekerjaan perbuatan, 2 penampilan atau
pertunjukan, sedangkan kinerja dalam ilmu administrasi manajemen memiliki pengertian sebagai tingkat pencapaian hasil penyelesaian terhadap tujuan organisasi
the degree of accomplishment.
10
Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasil kombinasi
tersebut terlihat dalam bentuk catatan outcome dalam periode waktu tertentu.
11
9
Sofian Efendi, Metode Penelitian SurveyJakarta:LP3ES,1995,hal 37
10
Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Bandung : LepKhair.
9
Sulistiyani, Ambar T dan Rosidah. 2003. Manajemen SUmber Daya Manusia. Yogyakarta :Graha Ilmu.
10
Sedangkan menurut Henry Simamor, Kinerja adalah tingkatan dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan dan memberikan hasil maksimal dari
standar yang telah ditentukan selama masa periode waktu tertentu.
12
Selain itu, menurut Rivai dan Basri Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
13
Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang
dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dapat dilihat dari lima hal, yaitu
14
1. Quality of work – Kualitas hasil kerja
:
2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
5. Communication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
12
Simamora, Henry.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. STEI: YKPN.
13
Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan. Jakarta : Rajagrafindo Persada
14
Bacal, Robert. 2001. Performance Management, ahli bahasa Surya Dharma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
11
1.5.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang bekerja dalam suatu
lingkungan. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
15
Menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja antara lain :
a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan ability
pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan realita pendidikan. Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahlihannya. b.
Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap attiude seorang pegawai dalam menghadapi
situasi situasion kerja.
16
15
http:id.m.wikipedia.orgwikikinerja diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 12:55 WIB
16
Mahmudi.2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:UPP AMP YKPN.hlm.35
12
1.5.1.3 Teori Kinerja
Wexley dan Yuki mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain adalah disiplin kerja dan motivasi.
17
Sutarto telah merangkum dari berbagai pendapat para ahli organisasi dan manajemen, sehingga ditemukan ada beberapa faktor yang merupakan faktor internal
yang merupakan faktor penting bagi jalannya suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan, yaitu seperti pembagian kerja, wewenang dan tanggung
jawab disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah prioritas kepentingan bersama, gaji, sentralisasi, saluran jenjang,ketertiban, keadilan kestabilan masa kerja,inisitaif,rasa
kebersamaan, koordinasi,jenjang penyusunan fungsi, staf, ketetapan penempatan, pengakuan terhadap pimpinan, staf khusus dan umum, departemenisasi, asas
pengecualian, keseimbangan. Disiplin kerja diperlukan untuk
menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin pegawai akan berusaha untuk melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang dihasilkan menjadi lebih
bagus. Dan motivasi juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dengan motivasi pegawai akan mendorong pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi seorang pegawai maka semakin tinggi pula kinerja pegawai.
17
Mahmudi.2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:UPP AMP YKPN.hlm 42
13
I.5.2 Bencana
Menurut Asian Disaster Resources and Respon Network ADDRN, bencana merupakan sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau
masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap manusia, materi ekonomi, dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas
atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.
18
Sedangkan menurut Purnomo dan Sugiantoro, pemahaman tentang istilah bencana dari beberapa orang, meskipun
beragam, namun pada akhirnya, semuanya mengindikasikan sebagai peristiwa buruk yang merugikan kehidupan manusia.
19
Menurut Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1 ayat 1, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana itu dibagi tiga jenis menurut Undang-undang No.24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:
18
Asian Resources and Response Network ADDRN. Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2010.
19
Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana Yogyakarta: Media Pressindo,2010,hlm.9.
14
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Pasal1 ayat
2 2.
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatka oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit. Pasal 1 ayat 3 3.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. Pasal 1 ayat 4 Dari beberaapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana
merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara sengaja dan tidak sengaja yang pada akhirnya mengganggu dan merugikan kehidupan banyak orang.
1.5.3 Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana seperti yang didefenisikan Agus Rahmat, merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajmen bencana.
20
20
Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, Manajemen Bencana Yogyakarta: Media Pressindo,2010,hlm.93.
Dan menurutnya, tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat
15
dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
Adapun Carter , mendefenisikan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan aplikatif yang mencari, dengan observasi sistematis dan
analisis bencana untuk meningkatakan tindakan-tindakan measures terkait dengan pencegahan preventif, pengurangan mitigasi, persiapan, respon darurat dan
pemulihan.
21
Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam Pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa penyelenggraan penanggulangan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa asas-asas penanggulangan bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukumdan
pemerintah, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian, ketertiban dan kepastian hokum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di ayat 2 digambarkan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana, yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan
Dan menurutnya, tujuan dari penanggulangan bencana diantaranya, yaitu mengurangi atau menhindari kerugian secara fisik,ekonomi maupun jiwa yang
dialami oleh per orangan, masyrakat negara, mengurangi penderitaan korban bencana, mempercepat pemulihan, dan memeberikan perlindungan kepada pengungsi
atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.
21
Ibid
16
berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas,kemitraan , pemberdayaan ,nondiskriminatif dan nonproletisi. Adapun yang menjadi tujuan dari penanggulangan
bencana Undang-undang No.24 tahun 2007 Pasal 4, yaitu memeberikan perlindungan kepada masyarakat dan ancaman bencana, menyelaraskan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada , menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai
budaya lokal, membangun partispasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong-royong, dan kesetiakawanan, dan kedermawanan dan menciptakan
perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam penanggulangan bencana diatas, dapat dilihat bahwa yang merupakan
salah satu prinsip dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan
bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi.
I.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana
Ada beberapa upaya dalam menanggulangi bencana seperti yang tertulis dalam Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu:
17
1. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangakan danatau mengurangi ancaman bencana.Pasal 1 ayat 6
2. Kesiapsiagaan adalah serangakaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Pasal 1 ayat 7
3. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin pada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Pasal 1 ayat 8
4. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pasal 1 ayat 9
5. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Pasal1 ayat 10
6. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
dan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi berjalannya secara wajar semua
18
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Pasal 1 ayat 11
7. Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan prekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Pasal1 ayat 12
Dari pengertian-pengertian diatas mengenai beberapa upaya penanggulangan bencana, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak kegiatan penanggulangan
bencana yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah resiko bencana terjadi yang bertujuan untuk mengembalikan sumber-sumber daya diwilayah yang terkena
bencana terebut.
1.5.3.2 Asas Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang sangat penting bagi masyarakat di Indonesia termasuk juga untuk kalangan industri beresiko tinggi.
Pelaksanaan penanggulangan bencana dilakukan berasaskan sebagai berikut : 1.
Kemanusiaan Aspek penanggulangan bencana memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi.
Korban bencana khususnya bencana alam akan mengalami penderitaan baik fisik,
19
moral maupun materi sehingga memerlukan dukungan tangan dari pihak lain agar bisa bangkit kembali. Penerapan manajemen bencana merupakan usaha mulia
yang menyangkut aspek kemanusiaan untuk melindungi sesama.
2. Keadilan
Penerapan penanggulangan bencana mengandung asas keadilan, yang berarti bahwa penanggulangan bencana tidak ada diskriminasi atau berpihak kepada unsur
tertentu. Pertolongan harus diberikan dengan asas keadilan bagi semua pihak. 3.
Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan Penanggulangan bencana mengandung asas kesamaan dalam hukum dan juga
dalam pemerintahan, semua pihak harus tunduk kepada perundangan yang berlaku dan taat asas yang ditetapkan.
4. Keseimbangan,
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.
5. Keselarasan
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata kehidupan sosial dan lingkungan.
6. Keserasian
20
Bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
7. Ketertiban dan kepastian hukum
Penanggulangan bencana harus mempertimbangkan aspek ketertiban dan kepastian hukum. Program dan penerapan penanggulangan bencana harus
berlandaskan hukum yang berlaku dan ketertiban anggota masyarakat lainnya.
8. Kebersamaan
Salah satu asas penting dalam penanggulangan bencana adalah kebersamaan. Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara partial atau hanya oleh satu pihak
saja, harus melibatkan seluruh anggota masyarakat atau komunitas yang ada. Tanpa keterlibatan dan peran serta, program penanggulangan bencana tidak akan
berhasil dengan baik. 9.
Kelestarian lingkungan hidup Penanggulangan bencana harus memperhatikan aspek lingkungan hidup di
sekitarnya, benturan yang akan terjadi dalam menjalankan penanggulangan bencana dengan aspek lingkungan. Untuk mencapai keberhasilan, kelestarian
lingkungan harus tetap terjaga dan terpelihara. 10. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Penerapan peanggulangan bencana dilakukan secara ilmiah dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Bencana sangat erat kaitannya dengan berbagai disiplin
21
keilmuan seperti geologi, geografi, linkungan, ekonomi, budaya, teknologi, dan lainnya.Harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan sehingga diperoleh hasil
yang lebih baik.
22
1.5.3.3 Proses Penanggulangan Bencana
Penanggulanan bencana dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu pada tingkat lokasi disebut manajemen insiden, tingkat unit atau daerah disebut manajemen
darurat, dan tingkat nasional atau korporat disebut manajemen krisis. 1.
Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas
lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis
2. Manjemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih
tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian. 3.
Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya di tingkat nasional atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang mengalami bencana.
22
http:poskosiagabencana.blogspot.com20130610-asas-penanggulangan-bencana.html?m=1 diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 20:15 WIB.
22
Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan adalah berdasarkan fungsinya yaitu taktis dan strategis. Tingkat manajemen insiden, tugas
dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis dan semakin keatas tugasnya akan lebih banyak menangani hal yang strategis. Pengaturan fungsi dan peran sangat
penting dilakukan dalam mengembangkan suatu penanggulangan bencana. Hambatan di lapangan pada dasarnya terjadi karena pengaturan tugas dan peran
tidak jelas. Siapa yang bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar dan siapa yang mengelola bantuan tersebut setelah berada di lapangan. Siapa
penentu kebijakan penanggulangan bencana dan siapa yang melakukan penerapannya di lapangan.
I.5.4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo 1.5.4.1 Sejarah Berdirinya BPBD Kabupaten Karo
Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010 kembali aktif. Gunung yang berada 2.460 mdpl ini pada awalnya termasuk dalam
gunung berapi tipe B yaitu gunung berapi yang tidak memiliki aktivitas yang berarti dalam waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun maka tidak masuk dalam
prioritas pengawasan. Tercatat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG bahwa Gunung Sinabung terakhir meletus di tahun 1600.
23
Pada awalnya, Gunung Sinabung hanya menyemburkan debu disertai bau belerang yang menyengat. Warga yang berada di kaki gunung segera melakukan
evakuasi karena aktivitas gunung tersebut tidak seperti biasanya. Ratusan kepala keluarga mengungsi kebeberapa tempat yang dianggap aman. Daerah yang parah
terkena aktivitas awal Gunung Sinabung setelah ratusan tahun tersebut adalah Desa Bekerah dan Suka Nalu yang berjarak tidak sampai 10 kilometer dari puncak gunung.
Aktivitas Gunung Sinabung rupaya terus meningkat hingga meletus dan mengeluarkan lava pijar dan status pun diubah menjadi Awas sehingga aktivitas
Gunung Sinabung menjadi dalam pengawasan pihak yang berwenang. Oleh karena itu, pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah membuat sebuah
kebijakan untuk membentuk sebuah badan yang khusus bergerak pada bidang penanggulangan bencana di Kabupaten Karo, yaitu Badan Penanggulangan Bencana
Daerah BPBD Kabupaten Karo. Sebelum BPBD berdiri di Kabupaten Karo pada tanggal 22 Januari 2014,
kewenangan dalam mengatasi masalah bencana berada di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat KESBANGLINMAS Kabupaten Karo berdasarkan
Tugas Pokok dan Fungsi Tupoksi pada salah satu bidang di instansi tersebut. Kemudian pada tanggal 22 Januari 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Karo Nomor 01 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Karo, maka berdirilah BPBD Kabupaten Karo yang tugas dan
24
fungsinya mengambil alih tugas-tugas dari KESBANGLINMAS dalam lingkup penanggulangan bencana.
I.6 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial.
23
1. Kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu
atau kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikannya. Adapun indikator kinerja yang
saya gunakan yaitu teori menurut T.R. Mitchell ada lima hal, yaitu: Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interprestasi
ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk medapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a Quality of work – Kualitas hasil kerja
b Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
c Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
d Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
23
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey Jakarta: Pustaka LP3ES,1995, hlm.33.
25
e Communication – kemampuan membina kerjasama dengan
pihak lain. 2.
Penanggulangan bencana merupakan salah satu bentuk pengurangan resiko bencana. Dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga
dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada
sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi. 3.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo adalah suatu Badan yang masih terbilang baru saja terbentuk pada tanggal 22
Januari 2014. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dibentuk karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung. Sebelum
adanya BPBD Kabupaten Karo bencana erupsi Gunung Sinabung ditangani oleh TNIPOLRI,KESBANGLINMAS, dan BPBD Provinsi
Sumatera Utara.
I.7 Sistematika Penulisan