Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi di luar kehendak manusia. Terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana untuk memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanan nya.Selain masyarakat yang tanggap akan bencana alam diperlukan juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten Karo yang terletak di kawasan dataran tinggi Sumatera Utara memiliki potensi bencana alam yang cukup tinggi. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung yang sampai saat ini masih aktif, yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Hal ini lah yang menyebabkan Kabupaten Karo sering mengalami bencana alam gunung meletus. Gunung Sinabung yang telah “tertidur” selama 400 tahun , pada tahun 2010 kembali aktif dan mengakibatkan terjadinya erupsi di Kabupaten Karo. Selang tiga tahun kemudian, Gunung Sinabung tersebut pun kembali meletus dan mengakibatkan terjadinya erupsi yang cukup besar di daerah sekitar gunung Sinabung sehingga 2 menyebabkan jatuhnya korban jiwa. 1 awan panas Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 17 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan dan abu vulkanik. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan- letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Letusan terjadi berkali-kali setelah itu, dan disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi letusan terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 sejak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, level 4 Awas. Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus 1 http:www.medanbisnisdaily.commnewsread20140310buku-sinabung-bangun-dari-tidur- panjang-diterbitkandiakses pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 21:45 WIB 3 diungsikan ke daerah yang lebih aman. 2 Sibolangit Hujan abu mencapai kawasan dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi Status menjadi level 4 Awas, ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang. 3 Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi setiap bencana yang terjadi di Indonesia. Penanggulangan bencana tersebut telah diatur dalam undang- undang mulai dari masa prabencana, tanggap darurat hingga pascabencana. Salah satu yang menjadi persoalan besar dalam penanggulangan bencanaadalah mengenai pendataan. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsul Maarif, bahwa dalam hal penanggulangan bencana pendataan secara akurat adalahkendala utama dalam pembagian logistik di dalam sebuah daerah bencana, keduapersediaan komunikasai dan kelancaran arus komunikasi atau sarana dan prasarana komunikasi. 4 2 Keterlambatan dan kesalahan data dalam menginformasikan peta bencana, data korban baik yang selamat, hilang, korban jiwa, dll, peta kamp pengungsian, inventarisasi kebutuhan di lapangan, katalogbantuan, serta koordinasi aksi akan berdampak pada kesalahan dalam mengambilkebijakan oleh pemerintah, serta http:sains.kompas.comread2013122716511712013.Tiga.Gunung.Api.Indonesia.Memberi.Kejuta n.pada.Dunia di akses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 10:40 WIB 3 http:id.m.wikipedia.orgwikiGunung_Sinabung diakses pada tanggal 14 Desember 15:48 WIB. 4 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, http:www.forum-ngo.compage62 Diakses pada tanggal 14 Desember 2014 4 tindakan yang akan diambil oleh pihak-pihaklainnya seperti para relawan dan donator bantuan bencana. Pengelolaan informasi yang baik dibutuhkan dalam usaha penangananbencana yang efektif dan efisien. Seperti untuk memprediksi adanya bencana, maka dibutuhkan data geografis sebuah daerah, atau ketika dideteksi akan terjadi bencana maka dibutuhkan sarana untuk dapat menyebarkan informasi ke masyarakat dalam waktu yang cepat. 5 Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari bencana alam erupsi Gunung Sinabung tersebut diperlukan perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD yang bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB pusat. Walaupun bencana erupsi gunung Sinabung tidak ditetapkan sebagai bencana nasional namun tetap harus ada program Demikian juga ketika menolong korban bencana, dibutuhkan pertukaran informasi antara petugas di lapangan dengan pusat penanganan bencana antara lain untuk mengetahui keadaan di area bencana dan bantuan apa saja yang dibutuhkan. Informasi yang ada sedapat mungkin harus tersedia dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat diakes dengan mudah bagi siapa saja yang membutuhkannya, karena itu dibutuhkan sistem informasi dalam penanggulangan bencana, karena pada dasarnya kesimpangsiuran informasi dapat menjadi salahsatu penghambat keberhasilan dalam penanggulangan bencana, baik saat preparedness , emergency, recovery ataupun rehabilitas. 5 Kritus sembiring, 2007, Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia, ITB, hal.2 5 pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk menanggulangi bencana alam tersebut. Namun pada kenyataannya, Badan Penanggulan Bencana Daerah Kabupaten Karo baru terbentuk setelah erupsi gunung Sinabung terjadi beberapa kali dan mulai menimbulkan korban materi dan juga korban jiwa. Sebelum terbentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD di Kabupaten Karo, penanggulangan bencana alam erupsi Sinabung dilakukan oleh TNI dan juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Utara.Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD di Kabupaten Karo diharapkan akan dapat membantu penanggulangan bencana alam erupsi Sinabung yang masih terus aktif sampai saat ini. Mengingat masih baru dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo yang belum terlihat kinerja yang maksimal. Hal ini terbukti karena masih terdapat masalah-masalah dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung, seperti : “Syamsul Ma’arif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB di Posko utama pendopo rumah dinas Bupati Karo berkomentar kinerja tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung tidak tanggap dan kurang koordinasi. Penanganan tanggap darurat Gunung Sinabung kurang koordinasi setiap tim tidak tahu tugas dan fungsinya secara jelas dan berjalan sendirii- sendiri dan hasil yang dicapai tidak maksimal.Hal ini harus segera diatasi untuk melindungi puluhan ribu pengungsi, perlunys kekompakaan tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung dalam penanganan bencana di lapangan”. 6 Masalah lainnya yaitu : 66 http:www.waspada.co.idindex.php diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 12:35 WIB 6 “Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo , Ir.Subur Tambun mengatakan bahwa pada awal terjadinya tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung BPBD Kabupaten Karo belum mempunyai sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja menanggulangi beban para pengungsi.” 7 Walaupun demikian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo harus dapat mengatasi masalah bencana erupsi Gunung Sinabung. Agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dapat mencegah dan menanggulangi bencana tersebut. Sehingga dapat mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa akibat bencana erupsi Gunung Sinabung. Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak bencana berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 Pasal 2. 8 7 Untuk itu berdasarkan analisa di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian agar dapat melihat bagaimana kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Kabupaten Karo dalam hal tanggap bencana, terutama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo dan Desa Gurukinayan yang menjadi salah satu korban bencana alam erupsi Sinabung. Hal tersebut lah yang melatarbelakangi saya sebagai peneliti untuk mengangkat judul penelitian tentang”Analisis Kinerja Badan http:metro24.co.id20150528kepala-bpbd-karo-akui-siap-diaudit diakses pada tanggal 29 Mei 2015 pukul 14:00 WIB 8 Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 Pasal 2 7 Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”.

I.2 Rumusan Masalah