13
1. Amnesia Disosiatif Dissociative Amnesia
Gejala amnesia merupakan gejalah yang umum terjadi pada amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan identitas disosiatif. Diagnosa amnesia
disosiatif tepat apabila diberikan pada gangguan disosiatif yang hanya menunjukkan gejala amnesia saja. Individu yang mengalami amnesia disosiatif
dapat secara mendadak kehilangan kemampuan untuk mengingat kembali informasi tentang dirinya sendiri ataupun berbagai informasi yang sebelumnya
telah ada dalam memori mereka. Biasanya hal ini terjadi sesudah peristiwa yang menekan stressful event seperti misalnya menyaksikan kematian seseorang yang
dicintai.
2. Fugue Disosiatif Dissociative Fugue
Pada fugue disosiatif, memori yang hilang jauh lebih luas daripada amnesia disosiatif. Individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatannya misalnya
nama, keluarga, atau pekerjaanya, mereka juga secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjan mereka serta memiliki identitas yang baru. Individu dengan
gangguan ini secara tiba-tiba dapat memiliki nama yang baru, rumah serta pekerjaan baru, bahkan membentuk karakteristik kepribadian yang baru.
3. Gangguan Depersonalisasi Depersonalization Disorder
Gangguan ini ditandai dengan adanya perubahan persepsi yang terjadi secara berulang atau menetap tentang diri self sendiri, mereka untuk sementara
waktu merasakan hilangnya keyakinan bahwa mereka merupakan individu yang nyata.
14
Pada gangguan ini memori atau daya ingat individu tidak mengalami gangguan. Individu dengan gangguan depersonalisasi dapat berpikir bahwa
dirinya adalah robot, merasa bahwa dirinya sedang bermimpi atau terpisah dari tubuh mereka, merasa melihat diri mereka dari kejauhan atau menonton diri
mereka sendiri dalam suara film.
4. Gangguan Identitas Disosiatif Dissociative Identity Disorder
Gangguan identitas disosiatif kemunculannya biasanya berkaitan dengan adanya pengalaman traumatik dalam kehidupan individu, pada umumnya
penyiksaan seksual atau fisik semasa kanak-kanak. Individu dengan gangguan ini memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda, tingkah laku dan sikap yang
ditunjukkan oleh individu sangat bergantung pada kepribadian mana yang paling dominan pada saat itu serta berbeda antara satu kepribadian dengan kepribadian
yang lain. Fausiah, Fitri dan Julianti, 2008:41-50. Dari keempat jenis gangguan disosiatif diatas, hanya bagian ketiga yang
menjadi acuan peneliti dalam menganalisis novel Khokkiri karya Lia Indra Andriana. Gangguan identitas disosiatif memliki empat diagnosa kriteria yang
menyatakan bahwa seseorang menderita gangguan ini. Menurut DSM-IV-TR The Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th edition text revision dalam Davison, Gerald dkk, 2006:258 diagnosis gangguan identitas disosiatif GID dapat ditegakkan apabila seseorang
memiliki sekurang kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah yang berbeda dalam keberadaan, perasaan, dan tindakan yang satu sama lain tidak
15
saling memengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda. Kadang terdapat satu kepribadian primer, dan penanganan biasanya
diperuntukkan bagi kepribadian primer. Umumnya terdapat dua hingga empat kepribadian pada saat diagnosis ditegakkan, namun selama berlangsungnya terapi
seringkali muncul beberapa kepribadian baru atau disebut dengan alter. Menurut DSM-IV kriteria untuk gangguan identitas disosiatif diantaranya:
1. Kehadiran dua keadaan kepribadian yang berbeda masing-masing dengan
pola yang relatif abadi sendiri mencerap, yang berkaitan, dan berpikir tentang lingkungan dan diri.
2. Dua identitas atau keadaan kepribadian ini berulang mengendalikan
perilaku seseorang. 3.
Ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa
biasa. 4.
Gangguan ini bukan karena efek psikologis langsung dari suatu zat. misalnya, pemadaman atau perilaku kacau selama mabuk alkohol atau
kondisi medis umum misalnya, kejang parsial kompleks. DSM-IV, 2000:240-241
Penyebab dari gangguan identitas disosiatif sejauh ini belum diketahui pasti, namun berdasarkan riwayat kehidupan para pasien, hampir 100 dari para
pasien memiliki peristiwa traumatik, terutama pada masa kanak-kanaknya. Peristiwa traumatik pada masa kanak-kanak biasanya meliputi penyiksaan fisik
atau seksual. Peristiwa traumatik lainnya misalnya kematian saudara atau teman
16
dan menyaksikan kematian tersebut ketika individu masih anak-anak. Fausiah, Fitri dan Julianti, 2008:52.
2.3 Tinjauan Pustaka