2.5.2. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain:
a. Penggunaan Obat-obatan Hormonal
1 Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter. 2 Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang
berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.
b. Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan selama proses
menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang peranan penting dalam
perkembangan sel kanker payudara.
c. Pemeriksaan Payudara Sendiri SADARI.
SADARI adalah pemeriksaan perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara Otto, 2005. SADARI adalah pemeriksaan yang
dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap kaca dan
Universitas Sumatera Utara
berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis Dalimartha, 2007.
Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society, menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia
20 tahun MayoClinic, 2007. SADARI dilakukan karena dapat membantu untuk mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara Hisch, 2007. Pemeriksaan
SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu dari hari pertama haid terakhir. Karena pada saat itu payudara akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga
memudahkan perabaan Bakar, 2002. Struktur payudara akan berubah seiring dengan dengan siklus haid MayoClinic,2007. Menurut uji kesehatan dan Deteksi Dini
Kanker dan Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker Dharmais, bila wanita yang sudah menapouse, dapat dilakukan secara rutin setiap bulan pada tanggal
tertentu yang mudah diingat. Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk
mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi
yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI
sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar Otto,S, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Mayo Fundation for Medical Education and Research 2005 mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI tidak menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara.
Kearney dan Murray 2006 mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat menemukan tumorbenjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal
benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mamografi dan
menurunkan kematian akibat kanker payudara. SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia remaja,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut fibrous, sehingga
dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita
sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun.
Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal
Universitas Sumatera Utara
yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut
Burroughs, 1997. d.
Pemeriksaan Mammografi.
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu sekitar 90 dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal tersebut, menurut American Cancer Society
mammografi dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1 Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi.
2 Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2 tahun sekali.
3 Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.
2.5.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau kelainan
lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat tertentu antara lain dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk
mendiagnosis secara pasti penderita kanker payudara.
b. Penatalaksanaan Medis yang Tepat
Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu
dapat berupa operasipembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi homonal.
2.5.4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit
dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spritual.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dilakukan Rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali.
Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, harus
mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik kanker payudara. Pengobatan kanker payudara
biasanya meliputi pembedahanoperasi, radioterapipenyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi
beberapa kombinasi.
2.6.1. PembedahanOperasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker
payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif menyembuhkan maupun paliatif menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Mastektomi radikal lumpektomi, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang
dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. b.
Mastektomi total mastektomi, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Radioterapi
Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
2.6.3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
2.6.4. Terapi Hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat menghambat laju
perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut juga dengan therapy anti- estrogen karena sistem kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan
hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
2.7 Ketahanan Hidup 5 Tahun
Menurut Hack 1994 dalam Pane 2002, ketahanan hidup tergantung dari
Universitas Sumatera Utara
adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut
Hawari 2004, angka-angka statistik menunjukkan bahwa para penderita kanker usianya tidak lebih dari lima tahun untuk bertahan five years survival rate.
Karnadihardja 1987 menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka ketahanan hidup lima tahun sebesar 16-22 dan 1-5 dalam 10 tahun.
Karnadihardja 1987 membagi ketahanan hidup lima tahun menurut tingkat pertumbuhan tumor sebagai berikut:
1. Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85
2. Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65
3. Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40
4. Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10
2.8. Teknis Pelaksanaan SADARI