Menurut Seta 2010, berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan
sebuah bangunan. Bicara soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama. Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil 6 cm x
10 cm x 20 cm, sehingga ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding katakanlah 3m x 3m dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi
dinding, paling tidak seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa
dipercepat bila menggunakan bahan alternatif seperti batako atau beton ringan. Jika menggunakan batako atau beton ringan berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm,
membangun dinding bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si tukang cukup merangkai 10 - 15 batako atau beton aerasi ringan.
Fly Ash atau silica fume sering digunakan untuk menghasilkan beton mutu tinggi Hidayat, 2009. Sedangkan Batu Apung Pumice juga memiliki kandungan
silika SiO
2
yang tinggi sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai campuran untuk membuat beton mutu tinggi. Demikian pula kandungan zat kapur
CaO pada Kulit Kerang yang melebihi dari 50 serta kandungan – kandungan alumina dan senyawa silika yang bersifat pozzolan dapat juga digunakan sebagai
bahan baku beton mortar. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah Debu Terbang Batubara Fly Ash dan limbah Kulit Kerang sebagai substitusi semen
serta Batu Apung Pumice sebagai substitusi pasir dalam mortar batako diharapkan akan dapat memberikan solusi bagi limbah yang meresahkan
lingkungan dan menghasilkan batako yang lebih ringan. Dengan demikian hal ini akan memberikan nilai tambah ekonomis bagi limbah tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Debu Terbang Batubara Fly Ash dapat digunakan sebagai bahan
substitusi semen dalam campuran pembuatan batako?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah Kulit Kerang dapat digunakan sebagai bahan substitusi semen dalam campuran pembuatan batako?
3. Apakah Batu Apung Pumice dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir untuk memperingan batako?
4. Bagaimanakah karakteristik pengaruh pemberian Debu Terbang Batubara Fly Ash dan Kulit Kerang sebagai substitusi semen serta Batu Apung Pumice
sebagai substitusi pasir dalam pembuatan batako?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memanfaatkan Debu Terbang Batubara Fly Ash sebagai substitusi semen
pada campuran pembuatan batako. 2. Memanfaatkan kulit kerang sebagai substitusi semen pada campuran
pembuatan batako. 3. Memanfaatkan Batu Apung Pumice sebagai substitusi pasir pada campuran
pembuatan batako. 4. Melakukan Uji Karakteristik batako setelah diberi campuran Debu Terbang
Batubara Fly Ash, Kulit Kerang, dan Batu Apung Pumice.
1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa Debu Terbang Batubara Fly Ash dan Kulit Kerang secara bersama dapat dimanfaatkan
sebagai substitusi semen serta Batu Apung Pumice sebagai substitusi pasir dalam pembuatan batako.
2. Mengubah status limbah Debu Terbang Batubara Fly Ash dan limbah Kulit Kerang yang merupakan ancaman bagi lingkungan menjadi bernilai ekonomis.
3. Penelitian ini dapat memberikan hasil pembuatan batako yang lebih spesifik dalam aplikasi pemakaiannya.
Universitas Sumatera Utara
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan Penelitian adalah : 1. Debu Terbang Batubara Fly Ash yang digunakan adalah Fly Ash limbah hasil
pembakaran batubara pada PLTU Labuhan Angin, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.
2. Kulit Kerang yang digunakan adalah kulit kerang yang menjadi limbah dari hasil nelayan Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara, setelah dipanaskan pada
suhu 500
o
C dan dihaluskan hingga lolos ayakan 63 µm. 3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Kulit Kerang terhadap Karakteristik
batako digunakan campuran antara Fly Ash : Kulit Kerang 1:1 dan 2:1 dalam perbandingan persentase berat.
4. Untuk mengetahui pengaruh substitusi semen terhadap karakteristik batako digunakan campuran Fly Ash dan Kulit Kerang dengan perbandingan 2 : 1.
4. Batu Apung Pumice yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu apung yang berada di Sungai Bingei, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,
setelah dipanaskan pada suhu 100
o
C menghilangkan kadar air dan lolos ayakan 1,0 mm.
5. Semen yang digunakan adalah semen Portland type I PCC. 6. Air yang digunakan adalah adalah air aqua dengan faktor air semen 0,57.
7. Pengujian karakteristik sample batako dilakukan setelah pengeringan secara alami selama 28 hari, dengan jenis – jenis pengujian sebagai berikut : Uji
Densitas, Uji Penyerapan Air, Uji Tekan Compressive Strength, Uji Patah Bending Strength, dan Uji Impak Impact Strength.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEBU TERBANG BATUBARA FLY ASH