LATAR BELAKANG Dr. Marhaposan Situmorang 4. Drs. Tenang Ginting, M.S

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara telah berdiri PLTU Labuhan Angin, yang telah diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudoyono, pada tanggal 28 Januari 2010, menghasilkan tenaga listrik sebesar 2 x 115 MW. Satu sisi hal ini memberikan dampak positif bagi kebutuhan energi listrik khususnya di Sumatera Utara. PLTU menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber energi ketel uapnya. Pembakaran batubara menghasilkan limbah, baik bottom ash maupun fly ash debu terbang batubara. Dari hasil pantauan langsung ke lahan pembuangan limbah, ternyata telah tertumpuk ratusan meter kubik limbah fly ash yang hanya digunakan sebagai penimbun lahan rendah dan belum ada upaya untuk memanfaatkan limbah tersebut ke dalam bentuk lain. Pada masa yang akan datang, produksi debu terbang batubara fly ash ini tentu akan memberikan masalah bagi lingkungan sekitar tempat pembuangan, dan juga akan menimbulkan persoalan baru yaitu berupa kesulitan mencari tempat lahan penampungan pembuangan limbah. ”Produksi Debu Terbang Batubara Fly Ash di dunia pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 349 milyar ton” Wang dan Wu, 2006. Oleh karena itu penelitian ini berupaya memanfaatkan limbah tersebut agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di kemudian hari dan memberikan tambahan nilai ekonomis bagi limbah tersebut. Selain limbah anorganik seperti fly ash tersebut di atas, maka di daerah Tanjungbalai juga terdapat limbah organik dalam bentuk kulit kerang yang pemanfaatannya juga belum maksimal. Pada umumnya masyarakat nelayan Universitas Sumatera Utara Tanjungbalai memanfaatkan kulit kerang hanya sebagai penimbun lahan rendah. Jika hal ini dibiarkan, tentu akan memberikan pengaruh negatif pada lingkungan. Dari segi komposisi kimia, debu terbang batubara fly ash banyak mengandung silika yang amorf 40 dan dapat memberikan sumbangan keaktifan mempunyai sifat pozzolan untuk dibuat batablock dengan campuran kapur padam, sehingga dengan mudah mengadakan kontak dan bereaksi dengan kapur yang ditambahkan membentuk senyawa kalsium silikat, yang bertanggungjawab pada proses pengerasan campuran atau massa Suhanda dan Hartono, 2009 . Dengan demikian, pemanfaatan limbah debu terbang batubara fly ash dengan kulit kerang sumber kapur diharapkan dapat dijadikan sebagai substitusi semen. Neville 1995 menyatakan bahwa penggunaan batu apung dalam pembuatan beton telah dimulai sejak zaman dahulu. Batu apung pumice adalah batu vulkanis yang berpori, ringan, dan mengapung di atas air, dengan kerapatan massa antara 500 sampai 800 kgm 3 dengan kemampuan insulasi panas dan suara yang baik, namun memiliki daya serap air serta susut yang besar pula, Petra Christian University Library, 2006. Komposisi kimia batu apung pumice ±75 terdiri atas silikon, kalsium, dan magnesium. Pemakaian batu bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia. Namun dari bahan- bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu berat permeter kubiknya yang cukup besar sehingga berpengaruh terhadap besarnya beban mati yang bekerja pada struktur bangunan. Beban mati pada struktur bangunan dapat diminimalkan dengan pengurangan berat sendiri yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ringan. Berbagai macam cara ditempuh untuk mengantisipasi, yaitu penggunaan bahan-bahan alternatif berupa penggunaan bahan limbah dari jenis bahan organik maupun anorganik. Universitas Sumatera Utara Menurut Seta 2010, berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama. Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil 6 cm x 10 cm x 20 cm, sehingga ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding katakanlah 3m x 3m dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan bahan alternatif seperti batako atau beton ringan. Jika menggunakan batako atau beton ringan berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm, membangun dinding bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si tukang cukup merangkai 10 - 15 batako atau beton aerasi ringan. Fly Ash atau silica fume sering digunakan untuk menghasilkan beton mutu tinggi Hidayat, 2009. Sedangkan Batu Apung Pumice juga memiliki kandungan silika SiO 2 yang tinggi sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai campuran untuk membuat beton mutu tinggi. Demikian pula kandungan zat kapur CaO pada Kulit Kerang yang melebihi dari 50 serta kandungan – kandungan alumina dan senyawa silika yang bersifat pozzolan dapat juga digunakan sebagai bahan baku beton mortar. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah Debu Terbang Batubara Fly Ash dan limbah Kulit Kerang sebagai substitusi semen serta Batu Apung Pumice sebagai substitusi pasir dalam mortar batako diharapkan akan dapat memberikan solusi bagi limbah yang meresahkan lingkungan dan menghasilkan batako yang lebih ringan. Dengan demikian hal ini akan memberikan nilai tambah ekonomis bagi limbah tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH