Pakan Ternak Antaladan Talas Hutan

yang kemudian diambil masyarakat sebagai kayu bakar dan sebagian lagi dari ranting- ranting pohon yang jatuh kemudian dikumpulkan. Kebutuhan kayu bakar di Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah cukup besar, hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat desa menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Hal ini juga terjadi karena sebagian masyarakat memelihara ternak babi yang juga menggunakan kayu bakar untuk memasak makanan ternak tersebut. Di desa Meranti Utara pemanfaatan kayu bakar dapat menghabiskan 1-2 Sm setiap bulannya. Sedangkan di Desa Meranti Tengah rumah tangga atau masyarakat dapat menghabiskan sebanyak 1 - 2,5 Sm kayu bakar setiap bulan pada musim panen nilam. Hal ini terjadi karena masyarakat desa Meranti Tengah ada yang menanam tanaman nilam sehingga diperlukan kayu bakar untuk melakukan penyulingan minyak nilam. Kayu bakar selain untuk dipakai sendiri juga dapat dijual kepada orang lain yang membutuhkan dengan harga rata-rata Rp 80.000 Sm. Kayu bakar yang sudah siap untuk dipakai oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kayu Bakar yang Sudah Siap Untuk Dipakai Masyarakat

4. Pakan Ternak Antaladan

Universitas Sumatera Utara Antaladan merupakan jenis tanaman merambat yang tumbuh liar di hutan yang sering digunakan masyarakat untuk makanan ternak yang mereka pelihara. Di Desa Meranti Utara pengambilan antaladan dilakukan dua kali dalam satu minggu sebanyak dua goni. Antaladan yang diambil kemudian dicincang menjadi lebih kecil-kecil dan direbus sampai lembek. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh ibu rumah tangga, biasanya dikerjakan pada sore hari. Tidak semua penduduk desa memanfaatkan hasil hutan tersebut, hanya penduduk yang memelihara ternak saja yang mengambilnya sedangkan pemasarannya belum ada di desa tersebut karena jumlahnya cukup banyak tersedia di hutan dan dapat diambil sendiri oleh masing-masing rumahtangga sesuai dengan kebutuhan. Pakan ternak antaladan dicincang dan dicampur dengan talas hutan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Antaladan Dicincang dan Dicampur Dengan Talas Hutan

5. Talas Hutan

Talas hutan selain ada yang dibudidayakan oleh masyarakat, juga banyak yang tumbuh liar di pinggiran hutan. Jenis tanaman ini banyak dimanfaatkan penduduk sebagai campuran dari antaladan menjadi makanan ternak. Bagian tanaman talas hutan Universitas Sumatera Utara yang dimanfaatkan adalah batang dan daunnya. Batang tanaman dicincang kecil-kecil kemudian dimasak bersama dengan antaladan sampai lembek dan dijadikan makanan ternak. Selain campuran antaladan tumbuhan ini juga biasanya dicampur dengan ampas kelapa yang biasa dijual di pasaran, namun karena jarangnya penjual ampas tersebut maka makanan ternak yang digunakan adalah talas hutan. Selain batangnya bagian umbi tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk ternak. Namun tidak banyak masyarakat yang mengambil bagian umbi tersebut karena bagian umbi akan tumbuh menjadi anakan baru sehingga tumbuhan ini dapat terus berkembang biak. Rumah tangga atau masyarakat biasanya mengambil talas hutan dua kali dalam satu minggu dan biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Jenis hasil hutan ini belum ada diperjualbelikan, di desa tersebut masih sebatas dimanfaatkan sendiri oleh penduduk yang memelihara ternak. Talas hutan yang telah dicincang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Talas Hutan yang Telah Dicincang

6. Tikar Pandan Lage Baion