Pemasaran air nira biasanya dilakukan di rumah penduduk yang mengambil air nira tersebut setiap konsumen yang ingin membeli air nira tersebut dapat langsung
datang ke rumah penjual air nira, biasanya yang mengkonsumsi adalah kaum bapak, biasanya mereka minum secara berkelompok dengan diiringi lagu-lagu batak karena
dipercaya air nira tersebut juga dapat membuat suara menjadi lebih indah saat bernyanyi. Sebagian kaum ibu juga ada yang mengkonsumsi air nira, namun jumlahnya
hanya satu gelas saja, biasanya kaum ibu tidak ikut minum tuak di kedai bersama bapak- bapak melainkan membawa pulang ke rumah masing-masing, selain air nira dipercaya
dapat mengobati sakit pinggang, juga dipercaya dapat menenangkan tidur setelah seharian lelah bekerja di ladang atau disawah. Air nira yang telah siap dipasarkan oleh
masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Air Nira yang Sudah Siap Untuk Dipasarkan
2. Sapu Lidi
Sapu lidi diperoleh dari tanaman aren yang belum terlalu tua supaya sapu lidi yang diperoleh lebih berkualitas dan lebih banyak. Pemanfaatan sapu lidi di desa
Universitas Sumatera Utara
Meranti Tengah masih hanya sebatas untuk di pakai sendiri. Pengambilan daun aren untuk sapu lidi dilakukan pada waktu-waktu senggang tanpa meghabiskan waktu yang
cukup banyak. Untuk pengambilan sapu lidi biasanya menghabiskan waktu sekitar satu sampai dua jam. Di sela-sela istirahat saat bekerja di ladang biasanya kaum pria
menyempatkan diri untuk memanjat tumbuhan aren kemudian memotong satu atau dua dahan, bahkan ada juga yang mengambil daun aren terebut sekalian mengambil air nira.
Dahan yang sudah dipotong kemudian dipisahkan tiap-tiap helai daun untuk kemudian bagian daun dipisahkan dari tulang daun, bagian tulang daun inilah yang kemudian
diambil sebagai sapu lidi. Pengambilan sapu lidi tersebut biasanya dilakukan pada sore hari menjelang waktu pulang dari kebun seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Penduduk Membawa Sapu Lidi Sehabis Bekerja dari Ladang
3. Kayu Bakar Soban
Kayu bakar di Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah sebagian besar berasal dari sekitar kawasan hutan dan sebagian lagi dari kebun masyarakat yaitu dari tanaman
karet yang sudah tua. Kayu bakar yang berasal dari hutan adalah pohon yang tumbang
Universitas Sumatera Utara
yang kemudian diambil masyarakat sebagai kayu bakar dan sebagian lagi dari ranting- ranting pohon yang jatuh kemudian dikumpulkan.
Kebutuhan kayu bakar di Desa Meranti Utara dan Meranti Tengah cukup besar, hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat desa menggunakan kayu bakar sebagai
bahan bakar untuk memasak. Hal ini juga terjadi karena sebagian masyarakat memelihara ternak babi yang juga menggunakan kayu bakar untuk memasak makanan
ternak tersebut. Di desa Meranti Utara pemanfaatan kayu bakar dapat menghabiskan 1-2 Sm setiap bulannya.
Sedangkan di Desa Meranti Tengah rumah tangga atau masyarakat dapat menghabiskan sebanyak 1 - 2,5 Sm kayu bakar setiap bulan pada musim panen nilam.
Hal ini terjadi karena masyarakat desa Meranti Tengah ada yang menanam tanaman nilam sehingga diperlukan kayu bakar untuk melakukan penyulingan minyak nilam.
Kayu bakar selain untuk dipakai sendiri juga dapat dijual kepada orang lain yang membutuhkan dengan harga rata-rata Rp 80.000 Sm. Kayu bakar yang sudah siap untuk
dipakai oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kayu Bakar yang Sudah Siap Untuk Dipakai Masyarakat
4. Pakan Ternak Antaladan