dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan.
3. Rasio Keuangan
Menurut Selamet Riyadi 2004;137 ”rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numeric, baik dalam persentase atau kali”. Hasil
perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat
kesehatan bank selama periode keuangan tersebut. Terdapat beberapa rasio keuangan yang dianggap penting dalam
menganalisis tingkat kesehatan bank, yaitu: a. Capital Adequacy Ratio CAR
Kecukupan modal menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasikan, mengukur, mengawasi, mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh pada besarnya modal bank.
Menurut Surat Edaran BI, bank dianggap sehat jika memiliki CAR diatas 8 dengan bobot perhitungan sebesar 25. Komponen modal inti
meliputi modal disetor, modal sumbangan, agio saham, cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba bank setelah diperhitungkan pajak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini CAR diformulasikan dengan rasio sebagai berikut:
CAR = Modal Bank x 100 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
b. Return on Equity ROE Rasio Return on Equity ROE ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran dividen.
Semakin besar rasio ini maka makin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikkan harga saham bank dan
semakin besar pula dividen yang diterima pemegang saham. Bank dapat dikatakan sehat jika rasio ROE diatas 12,5.
Dalam penelitian ini Return on Equity ROE diformulasikan dengan rasio sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih x 100 Modal Bank
c. Net Profit Margin NPM Rasio Net Profit Margin ini digunakan untuk menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Pendapatan operasional berasal dari
pemberian kredit dengan risiko kredit macet, selisih kurs valas jika kredit dalam valas, dll.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini Net Profit Margin NPM diformulasikan dengan rasio sebagai berikut:
NPM = Laba Bersih x 100 Pendapatan Operasional
d. Return on Risked Assets RORA Rasio Return on Risked Assets RORA ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba.
Risked Assets merupakan penjumlahan antara kredit yang diberikan ditambah dengan jumlah penempatan pada surat-surat berharga. Semakin
besar RORA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset yang berisiko.
Dalam penelitian ini Return on Risked Assets RORA diformulasikan dengan rasio sebagai berikut:
ROA = Pendapatan Operasional x 100 Kredit yang diberikan + investasi
e. Rasio BOPO Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya. BOPO secara singkat merupakan perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan
Operasional. Bank dapat dikatakan sehat jika rasio BOPO ini dibawah 96. Biaya operasional diperoleh dari COLF Cost of Loanable Fund.
Sedangkan pendapatan operasional diperoleh dari jasa pemberian kredit
Universitas Sumatera Utara
bank seperti bunga pinjaman, appraisal fee, supervision fee, commitment fee, sindication fee, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini BOPO diformulasikan dengan rasio sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional x 100 Pendapatan Operasional
f. Loan to Deposit Ratio LDR
“
Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak
termasuk pinjaman subordinasi” O.P. Simorangkir, 2004:147. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Menurut Kasmir 2004:272 “Loan to Deposit
Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri
yang digunakan.” Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah
sekitar 90-100, sedangkan menurut ketentuan bank sentral, batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah 110. Loan to Deposit Ratio
dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki Loan to
Deposit Ratio yang relatif rendah, sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio yang tinggi atau melebihi batas toleransi.
Universitas Sumatera Utara
Nilai Loan to Deposit Ratio dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia
No.330DPNP Tanggal 14 Desember 2001 yaitu:
LDR = Total Kredit x 100 Total Dana Pihak Ketiga + Equitas
Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan dan deposito tetapi tidak termasuk giro dan deposito antarbank. Ekuitas yang dimaksud adalah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia meliputi modal disetor pemilik bank, agio saham, berbagai cadangan laba ditahan berjalan, dan laba tahun berjalan.
4. Saham a. Pengertian Saham