Latar Belakang Perbedaan Perilaku Nyeri Pasien Kanker Kronis yang Didampingi Pasangan Hidup dengan yang Tidak Didampingi di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Nyeri adalah pengalaman merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, juga dari sudut emosi akibat dari kerusakan jaringan tubuh yang aktual maupun potensial WHO, 1986. Nyeri diartikan juga sebagai apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu tersebut mengatakannya Brunner Suddarth, 2001. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun sehingga sering sekali perasaan nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan Sorensen’s, 1997. Nyeri bersifat subjektif, sehingga untuk mengetahui nyeri yang dirasakan dilihat melalui respon yang muncul akibat nyeri tersebut Wall Mervyn, 1991. Respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap nyeri yang dirasakannya disebut perilaku nyeri Brunner Suddarth, 2001. Individu memperlihatkan reaksi yang berbeda terhadap nyeri akut dan nyeri kronis Niven, 1994. Stenrbach 1968, dalam Niven 1994 mengatakan bahwa respon fisiologis, subjektif, dan psikologis terhadap nyeri akut berbeda dengan nyeri kronis. Nyeri merupakan manifestasi klinis yang hampir selalu dijumpai dan yang paling ditakuti pada kanker. Kanker menghasilkan nyeri melalui dua cara, yaitu melalui pertumbuhan dan metastasis sel-sel kanker dan melalui beragam pengobatan yang dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker tersebut Allard, Maunsell, Labbe Dorval, 2001. Tigapuluh persen dari semua pasien Universitas Sumatera Utara kanker didiagnosa mengalami nyeri dan 90 dari semua pasien kanker dalam stadium lanjut Swierzewski, 2007. Beberapa jenis kanker menghasilkan nyeri yang lebih berat, seperti pada kanker kepala, leher, serviks, payudara dan paru- paru sedangkan pada leukimia nyeri sangat jarang terjadi Anderson, Syrjala, Cleeland, 2001. Kasus Kanker meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO dalam Grahacendikia, 2009, setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara- negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 100 penderita kanker yang baru di setiap 100.000 penduduk Pernyataan di atas didukung oleh jumlah pasien kanker yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, contohnya di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pasien kanker paru yang dirawat inap yaitu pada tahun 2000 sebanyak 36 orang, pada tahun 2001 meningkat menjadi 54 orang dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 88 orang. Dari data diatas dapat dilihat peningkatan jumlah pasien kanker paru dalam dua tahun berturut-turut lebih dari 100 USU Repository, 2009. Angka harapan kesembuhan penyakit kanker sangat kecil, pengobatan mungkin terus dilakukan tetapi bukan untuk mengobati penyakitnya melainkan hanya untuk mengurangi atau menghilangkan simptom Brunner Suddarth, 2001. Gejala yang umum dialami oleh pasien kanker adalah nyeri jadi seumur Universitas Sumatera Utara hidupnya pasien akan merasakan nyeri bahkan nyerinya akan bertambah seiring meningkatnya stadium. Ada banyak hal yang mempengaruhi intensitas nyeri yang dialami oleh penderita kanker, salah satunya yaitu pengaruh dukungan pasangan hidup. Pasangan hidup mengambil peranan yang besar dalam penguatan pasien akan nyeri yang dialami Cano, Barterian, Heller, 2008. Individu yang mengalami nyeri biasanya tergantung pada dukungan atau bantuan dan perlindungan anggota keluarga atau teman dekat. Walaupun nyeri tetap dirasakan tetapi kehadiran orang yang dicintai pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga seringkali pengalaman nyeri membuat pasien merasa tertekan meskipun ada beberapa pasien yang lebih suka menyendiri ketika merasakan nyeri Potter Perry, 2005. Pasien kanker sering menggunakan nyerinya untuk memperoleh perhatian khusus dan pelayanan dari keluarganya Niven, 1994. Pasien bisa saja menunjukkan perilaku nyeri tinggi padahal sebenarnya nyeri yang dirasakan ringan supaya ia mendapatkan perhatian lebih dari pasangannya. Tetapi ada juga pasien kanker yang kurang menunjukkan nyeri yang dirasakannya dihadapan pasangan hdupnya terutama pada pasien yang memiliki hubungan pernikahan yang kurang harmonis Block dan koleganya, 1980 dalam Niven, 1994 . Hampir dalam seluruh hidupnya pasien kanker akan merasakan nyeri. Hal ini pasti akan membuat pasien merasa menderita karena itu manajemen nyeri yang tepat akan membantu pasien menikmati hidupnya. Untuk memberikan manajemen nyeri yang tepat perlu mengukur nyeri pasien secara tepat juga, salah satu cara Universitas Sumatera Utara pengukuran yang paling akurat yaitu dengan mengobservasi perilaku nyeri. Dengan mendapatkan hasil observasi perilaku nyeri yang benar dan valid maka pasien akan mendapatkan penangan nyeri yang benar dan tepat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumya bahwa kehadiran pasangan hidup bisa saja membuat pasien menunjukkan perilaku nyeri yang berlebihan atau mungkin menutupi nyeri yang dirasakannya, itu artinya kehadiran pasangan hidup selama dilakukan observasi perilaku nyeri pasien mungkin saja membuat hasil nilai pengukuran perilaku nyeri tersebut menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya dan akhirnya pasien tidak mendapatkan menejemen nyeri yang tepat. Hal inilah yang membuat peneliti melihat sangat penting melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku nyeri pasien kanker kronis yang didampingi pasangan hidup dengan yang tidak didampingi.

2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: