Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu- individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan berkompeten. Karena pendidik adalah: “Pimpinan yang diberikan dengan sengaja dari orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani dan rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.” 1 Tidaklah mungkin seorang pendidik, tanpa mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi dan kompetensi yang mencukupi, dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik dengan baik. Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan, contohnya guru dengan siswa. Guru merupakan orang yang mengemban tugas untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga harus mempunyai keahlian didalam memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila yang berlaku di masyarakat. Bagi guru Pendidikan Agama Islam PAI, mereka juga harus memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila menurut ajaran Islam. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan kepribadian yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan motivasi dan berfikir jauh ke depan, dengan mencontohkan kepribadian dan keteladanan seorang guru itu sendiri sebagai contoh atau model-model. Artinya, setiap guru 1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991, h. 13 diharapkan mampu memberikan contoh bagi anak didiknya bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam masyarakat modern sendiri, yang menempatkan profesionalisme sebagai salah satu tonggak pengembangan masyarakat global, maka profesi guru merupakan salah satu profesi yang ada di masyarakat. Dedi Supriadi mengatakan, “Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus serta harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya.” 2 Berbekal dari tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya sebagai sebuah profesi yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru seharusnya mempunyai kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus dimilikinya. Tidak mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan menjalani peranannya tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran, serta ilmu pengetahuannya. Jadi seorang guru harus memiliki kompetensi yang mencukupi dalam melaksanakan profesinya. Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, dikatakan bahwa ”gurupendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan tinggi. 3 ” Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah PP No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS, ayat 3, juga disebutkan bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 empat kompetensi, yaitu: 2 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999, h. 95 7 Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS , Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006, h. 27 1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 4 Dalam penelitian ini penulis lebih melihat ke kompetensi pedagogik dan profesional, karena pedagogik sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme seorang guru. Ditunjang dengan kompetensi kepribadian, karena setiap perkataan dan perbuatan guru yang dilihat siswa setiap hari dianggap benar dan siswa akan berusaha untuk mengikuti sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu jangan sampai, karena seorang guru tidak berkompeten, menyebabkan minat siswa terhadap mata pelajaran agama Baca: Pendidikan Agama Islam berkurang, atau tidak ada sama sekali. Hal ini hanya dapat dicegah dengan penguasaan profesionalisme keguruan. Dalam hal ini Utbah bin Abi Sofyan berkata kepada guru yng mengajarkan ilmu kepada anaknya sebagai berikut: “Sebelum engkau memperbaiki anakmu, hendaklah engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Karena mereka terpaku pada matamu, yang baik disisi mereka adalah engkau katakan baik, dan keji di sisi mereka adalah engkau katakan keji.” 5 Maka dari itulah sebagai guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam, dalam memberikan ilmu kepada siswanya harus disesuaikan dengan hukum yang 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, di akses pada tanggal 21 Februari 2009 dari www.setjendiknas.or.id 5 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: CV. Al-Hidayah, 19961 h. 16 berlaku yang terdapat di dalam al-Quran maupun al-Hadits. Sebagai guru dalam kegiatan sehari-hari harus dapat mencerminkan kehidupan yang Islami, sehingga guru tidak boleh menyuruh orang lain berbuat kebajikan sedangkan mereka berbuat kerusakan. Hal ini diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surah Al-Baqarah ayat 44:   + , -.  “ Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir” QS. Al- Baqarah: 44. Ayat al-Quran di atas mempunyai pengertian, bahwa sebagai guru tidak hanya bertugas mengajarkan akan tetapi juga memberikan bimbingan kepada siswa, agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari- harinya baik dalam ucapan maupun dalam tindakannya harus disesuaikan sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits. Zainal Aqib mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut: 1. Menguasai kurikulum Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran. Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan kurikulum. 2. Menguasai materi setiap mata pelajaran Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi pelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreativitas. 3. Menguasai metode dan evaluasi belajar Guru harus menguasai berbagai metode mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memilih metode yang tepat sesuai materi pelajaran, tingkat kecerdasan siswa, dan sebagainya. Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa, terutama sekali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil belajarnya. 4. Setia terhadap tugas Disebabkan pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik, dan intelektual seorang anak manusia, segala kegiatan belajar mengajar harus disiapkan secara matang. Untuk itu, guru harus benar-benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya. 5. Disiplin dalam arti luas Pendidik ataupun seorang guru merupakan pemimpin yang menjadi panutan siswa-siswanya. Oleh sebab itu, disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas kependidikan. Dalam hal ini, tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin, tetapi juga lebih penting adalah mendisiplinkan diri sendiri sebagai ciri khas seorang guru. 6 Sebagai siswa, setelah mendapatkan pelajaran pendidikan agama, maka dalam dirinya akan tumbuh minat untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan ajaran yang pernah diterima di sekolah. Karena dalam kehidupannya selalu melakukan hukum syariat agama, khususnya agama Islam. Pada akhirnya sisiwa itu dapat digolongkan sebagai anak yang berguna bagi nusa, bangsa, agama, maupun kedua orang tua. Namun, kenyataan yang terjadi adalah profesionalisme yang seharusnya dimiliki oleh setiap guru terkadang kurang bisa diterapkan secara maksimal karena berbagai faktor. Diantaranya adalah kendala sarana dan prasarana yang kurang memadai serta kualitas kompetensi guru yang tidak mencakup keempat komponen-komponen kompetensi seperti yang tertera di dalam Peraturan Pemerintah PP No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS, ayat 3, dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, di atas. Seperti yang terjadi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, kendala sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti perpustakaan yang kurang lengkap, dan ruang laboratorium yang kurang memadai, menjadi faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Penerapan profesionalisme guru itu sendiri sudah berjalan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai tersebut. 6 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajara, Surabaya: Insan Cendikia, 2002, h. 84-86 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah