Penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

(1)

PENERAPAN

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ARIF MAULANA AKBAR NIM: 104011000129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

! ! "

# $

% &

!""!# $ # % & &

' ' ' (

) *

)

*

)

*


(3)

*

,

-'

( ) * + ,, -.,.!

/

/ ," 0 !

+ 1 ,, -.,.

!. / ! 0 !. .!1! !

+ 2 / 0 "

! *! 0 3 / /1 0

( !

,456.,,-!,466.7!,!..-+ 2 / 0 "

! '1 0

( ! ,489.7-6!-....7!,!..,

,


(4)

( ! ,456.4,6!,469.,!-!..,

! : ;/ 1 !0

( ! ,4<9.9,9!,488.6!-!..,

1

/)! ! ;/ 1 0


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Maret 2010

Arif Maulana Akbar


(6)

ABSTRAK

Arif Maulana Akbar

Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan berkompeten. Terkait dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Studi Lapangan (Field Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan, melakukan wawancara terhadap guru Pendidikan Agama Islam, dan menyebar angket kapada siswa untuk mengetahui penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan Metode Kualitatif dan pendekatan Deskriptif Analisis, yakni mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisis serta menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat dengan wawancara terhadap guru PAI yang ada di sekolah tersebut, serta pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dan kepala dewan guru, serta sebagian siswa yang beliau ajar.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan adalah sudah berjalan dengan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Seperti perpustakaan yang kurang terawat, komputer yang kurang lengkap serta laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan peralatan.


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal dari tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya sebagai sebuah profesi yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru seharusnya mempunyai kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus dimilikinya. Tidak mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan menjalani peranannya tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran, serta ilmu pengetahuannya.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam, angkatan 2004. Serta Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk penulis.

4. Muhammad Zuhdi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh jajaran pendidikan di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan tempat penulis melakukan PPKT dan penelitian. Terima kasih atas bantuannya.

6. Ibu penulis Alfiyah dan Bapak penulis Bunasir tercinta, atas tirakat suci, doa dan air mata tersebunyi bagi kehidupan penulis, terima kasih, semoga pintu Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu, Amin. Adik penulis Maghfirotul Hardika Ningrum dan Ahmad Chusnul Khuluk atas semua persembahan dari surga ini. Seluruh keluarga; Kakek (almarhum) dan nenek (almarhum), serta keluarga besar, terima kasih atas doa yang terucap. 7. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Ahmad Dhani Prasetyo, tidak

terkecuali semua personel Dewa 19 dan TRIAD (Ikmal Tobing, Prinzes Amanda, Taraz Bistara, CH Pramita). Teman-teman Komunitas Restoe Boemi (KRB), Terutama Bang Kiki dan Tante Ai, Baladewa, The Rockers, dan Sara Ditaputri.

8. Teman-teman seperjalanan, KESAN MATA (Kesatuan Santri Ma’had Takhoshshush) Simbang Kulon Pekalongan, PAI angkatan 2004, IMABA (Ikatan Mahasiswa Batang), FKMP (Forum Komunikasi Mahasiswa Pekalongan), FORMAL (Forum Komunikasi Alumni dan Santri Lirboyo), Pak Muis dan Bu Nana, SOCIETAS RERUM, KASTIL (Komunitas Setengah Lingkaran), Teman-teman hunian 78F (Apen, Bohal, Alung, Nico, Jhonday, Amin, Hery, Jovan, Theman, Bang Mun), serta teman-teman yang sering berkenan menginjakkan kaki di atmosfer 78F. Spesial untuk La Hila


(9)

Band; semoga selalu sukses berkarya. Juga teman-teman yang lain tanpa mengurangi rasa hormat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terima kasih yang selalu terurai yang bisa penulis sampaikan.

9. Staff Perpustakaan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas pelayanannya.

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ciputat, 11 Maret 2010


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... .. i

KATA PENGANTAR... .. ii

DAFTAR ISI... .. v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN TEORI A. Profesionalisme 1. Pengertian Profesionalisme ... 8

2. Syarat-syarat Profesionalisme ... 9

3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme ...11

B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 14

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 18

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 22

C. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 24

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ... 27

3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ... 29

D. Kerangka Konseptual ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian ... 34


(11)

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 36

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

F. Tehnik Pengolahan Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah 1. Sejarah berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ... 38

2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ... 39

3. Program Unggulan ... 39

4. Tenaga Pengajar ... 39

5. Karyawan ... 41

6. Siswa ... 42

7. Sarana dan Prasarana ... 42

8. Kurikulum Yang Digunakan ... 43

B. Derkripsi dan Analisa Data Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan. 1. Derkripsi dan Analisa Observasi Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ... 44

2. Derkripsi dan Analisa Wawancara Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ... 47

3. Derkripsi dan Analisa Angket Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ... 50

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan berkompeten. Karena pendidik adalah: “Pimpinan yang diberikan dengan sengaja dari orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani dan rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.”1 Tidaklah mungkin

seorang pendidik, tanpa mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi dan kompetensi yang mencukupi, dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik dengan baik.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan, contohnya guru dengan siswa. Guru merupakan orang yang mengemban tugas untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga harus mempunyai keahlian didalam memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila yang berlaku di masyarakat. Bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), mereka juga harus memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila menurut ajaran Islam.

Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan kepribadian yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan motivasi dan berfikir jauh ke depan, dengan mencontohkan kepribadian dan keteladanan seorang guru itu sendiri sebagai contoh atau model-model. Artinya, setiap guru

1

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 13


(13)

diharapkan mampu memberikan contoh bagi anak didiknya bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam masyarakat modern sendiri, yang menempatkan profesionalisme sebagai salah satu tonggak pengembangan masyarakat global, maka profesi guru merupakan salah satu profesi yang ada di masyarakat. Dedi Supriadi mengatakan, “Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus serta harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya.”2

Berbekal dari tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya sebagai sebuah profesi yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru seharusnya mempunyai kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus dimilikinya. Tidak mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan menjalani peranannya tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran, serta ilmu pengetahuannya. Jadi seorang guru harus memiliki kompetensi yang mencukupi dalam melaksanakan profesinya.

Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, dikatakan bahwa ”guru/pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan tinggi.3”

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, juga disebutkan bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu:

2

Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999), h. 95

7Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


(14)

1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.4

Dalam penelitian ini penulis lebih melihat ke kompetensi pedagogik dan profesional, karena pedagogik sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme seorang guru. Ditunjang dengan kompetensi kepribadian, karena setiap perkataan dan perbuatan guru yang dilihat siswa setiap hari dianggap benar dan siswa akan berusaha untuk mengikuti sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu jangan sampai, karena seorang guru tidak berkompeten, menyebabkan minat siswa terhadap mata pelajaran agama (Baca: Pendidikan Agama Islam) berkurang, atau tidak ada sama sekali. Hal ini hanya dapat dicegah dengan penguasaan profesionalisme keguruan.

Dalam hal ini Utbah bin Abi Sofyan berkata kepada guru yng mengajarkan ilmu kepada anaknya sebagai berikut: “Sebelum engkau memperbaiki anakmu, hendaklah engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Karena mereka terpaku pada matamu, yang baik disisi mereka adalah engkau katakan baik, dan keji di sisi mereka adalah engkau katakan keji.”5

Maka dari itulah sebagai guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam, dalam memberikan ilmu kepada siswanya harus disesuaikan dengan hukum yang

4

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, di akses pada tanggal 21 Februari 2009 dari www.setjendiknas.or.id

5Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: CV. Al-Hidayah, 1996)1 h. 16


(15)

berlaku yang terdapat di dalam al-Quran maupun al-Hadits. Sebagai guru dalam kegiatan sehari-hari harus dapat mencerminkan kehidupan yang Islami, sehingga guru tidak boleh menyuruh orang lain berbuat kebajikan sedangkan mereka berbuat kerusakan. Hal ini diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surah Al-Baqarah ayat 44:

!"#

$%#

&')

'* )+

,

-.

&'

/&

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir” (QS. Al-Baqarah: 44).

Ayat al-Quran di atas mempunyai pengertian, bahwa sebagai guru tidak hanya bertugas mengajarkan akan tetapi juga memberikan bimbingan kepada siswa, agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam ucapan maupun dalam tindakannya harus disesuaikan sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits.

Zainal Aqib mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut:

1. Menguasai kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran. Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan kurikulum. 2. Menguasai materi setiap mata pelajaran

Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi pelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreativitas. 3. Menguasai metode dan evaluasi belajar

Guru harus menguasai berbagai metode mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memilih metode yang tepat sesuai materi pelajaran, tingkat kecerdasan siswa, dan sebagainya. Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa, terutama sekali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil belajarnya. 4. Setia terhadap tugas


(16)

Disebabkan pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik, dan intelektual seorang anak manusia, segala kegiatan belajar mengajar harus disiapkan secara matang. Untuk itu, guru harus benar-benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya.

5. Disiplin dalam arti luas

Pendidik ataupun seorang guru merupakan pemimpin yang menjadi panutan siswa-siswanya. Oleh sebab itu, disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas kependidikan. Dalam hal ini, tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin, tetapi juga lebih penting adalah mendisiplinkan diri sendiri sebagai ciri khas seorang guru.6

Sebagai siswa, setelah mendapatkan pelajaran pendidikan agama, maka dalam dirinya akan tumbuh minat untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan ajaran yang pernah diterima di sekolah. Karena dalam kehidupannya selalu melakukan hukum syariat agama, khususnya agama Islam. Pada akhirnya sisiwa itu dapat digolongkan sebagai anak yang berguna bagi nusa, bangsa, agama, maupun kedua orang tua.

Namun, kenyataan yang terjadi adalah profesionalisme yang seharusnya dimiliki oleh setiap guru terkadang kurang bisa diterapkan secara maksimal karena berbagai faktor. Diantaranya adalah kendala sarana dan prasarana yang kurang memadai serta kualitas kompetensi guru yang tidak mencakup keempat komponen-komponen kompetensi seperti yang tertera di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, di atas.

Seperti yang terjadi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, kendala sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti perpustakaan yang kurang lengkap, dan ruang laboratorium yang kurang memadai, menjadi faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Penerapan profesionalisme guru itu sendiri sudah berjalan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai tersebut.

6

Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajara, (Surabaya: Insan Cendikia, 2002), h. 84-86


(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan masalah berdasarkan asumsi penulis, diantaranya:

a. Rendahnya minat siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini penulis dapatkan ketika mengikuti seorang guru Pendidikan Agama Islam mengajar di kelas. Gejalanya seperti suasana kelas yang tidak kondusif serta interaksi guru dan siswa yang kurang komunikatif.

b. Penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan yang kurang optimal. Gejalanya adalah guru kurang bisa menyampaikan materi ajar dengan metode yang tepat serta penyampaian materi ajar yang kurang relevan terhadap kondisi kekinian.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam yang mencakup kualitas penguasaan materi dan kualitas penjelasan materi dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

3. Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan?


(18)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan bagi para guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kajian Pendidikan Agama Islam khususnya mengenai profesionalisme keguruan.


(19)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profesional artinya adalah “bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya (lawan amatir).”7

Menurut Mc Leod, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah tentang istilah profesional adalah kata sifat dari kata proffesion (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.8

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, “kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.”Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.”9

Berbicara mengenai profesionalisme guru, hal ini sesuai dengan ajaran Islam. Dimana di dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam artian harus dilakukan dengan benar dan oleh orang yang ahli. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai berikut:

!

"#

$ %ﻝ '(ﻥ *

+ ﻝ ,- .

/

0 12ﻝ 3

4

7

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 789

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-7, h. 230

9

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-13, h. 14-15


(20)

“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda: Jika urusan itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya.”10

Selanjutnya kata profesionalisme dalam kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily diartikan sebagai “sifat profesional.”11 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, profesionalisme adalah “kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional.”12

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme guru adalah sifat, perilaku, atau tindak tanduk guru yang profesional dan berkualitas, yang memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus dalam bidang keguruan sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

2. Syarat-Syarat Profesionalisme

Sebagai suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional. Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, mengemukakan syarat-syarat profesi guru terdiri dari:

a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan. b. Persyaratan psikis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami

gangguan kejiwaan.

c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.

d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi.

e. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan,

10

HM. Suwarta Wijaya, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), jilid I, cet. Ke-7, h. 144

11

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), cet. Ke-21, h. 449

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), cet. Ke-7, h. 230


(21)

yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.13

Selain itu, syarat profesi yang dikemukakan oleh N. A. Ametembun yang membagi syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat primer dan syarat sekunder. Masing-masing kategori tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

a. Syarat Primer, terbagi ke dalam dua kategori:

Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik sebagai transfer of values, yaitu:

1) Syarat personality, yaitu syarat yang menyangkut kepribadian seseorang manjadi guru; meliputi kegiatan fisik, kesehatan psycis, kesehatan psyco-somatic dan integritas pribadi.

2) Syarat morality, yaitu syarat yang manyangkut masalah kesusilaan (moral).

3) Syarat religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan norma-norma sebagaimana yang dianut oleh seorang guru.

Kedua, syarat yang berhubungan dengan interaksi proses belajar mangajar sebagai transfer of knowledge dan skill, yaitu:

1) Syarat profesionality, yaitu syarat yang berhubungan dengan keahlian di bidang keguruan terdiri dari pengetahuan dan keterampilan.

2) Syarat sociability, yaitu syarat yang berhubungan dengan kemampuan bergaul guru berdasarkan kompetensi sosial yang dimilikinya, sehingga mudah disenagi anak didik.

b. Syarat Sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang menjadi guru yang berupa Surat Keputusan (SK) atau ijazah dari instansi yang berwenang.14

Dalam pasal 7 ayat (1) UU Guru dan Dosen, tentang guru profesional, disebutkan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas.

13

Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses BelajarMengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1999), cet. Ke-1. h. 9

14


(22)

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesional.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenagan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan bagi guru dan memiliki organisasi profesi keilmuan bagi dosen.15

3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme

Menurut Uzer Usman, seperti disebutkan dalam bukunya, bentuk-bentuk kompetensi profesionalisme yaitu sebagai berikut:

a. Menguasai landasan kependidikan

Uzer Usman menyebutkan bahwa untuk memenuhi kompetensi profesionalisme yang baik, seorang guru harus menguasai landasan kependidikan sebagai berikut:

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional.

b) Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan menengah.

c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah dengan tujuan pendidikan nasional.

d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengjaran yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional.

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

a) Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.

b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.

c) Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

b) Mengkaji prinsip-prinsip belajar.

15

Asrorun Ni’am Sholeh, Pemngembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), cet. Ke-1, h. 105


(23)

c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar mengajar.16

b. Menguasai bahan pengajaran

Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah menguasai bahan pengajaran yang akan diajarkan kepada siswa, yaitu sebagai berikut:

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah

a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah. b) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah. c) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi.

d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks dan buku pedoman khusus.

2) Menguasai bahan pengayaan

a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang studi/mata pelajaran.

b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru.17 c. Menyusun program pengajaran

Selanjutnya adalah dapat menyusun program pengajaran dengan baik seperti di bawah ini:

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran. b) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran.

c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan pembelajaran/pokok bahasan.

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar a) Mengkaji berbagai metode mengajar.

b) Dapat memilih metode mengajar yang tepat. c) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat.

16

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 28

17


(24)

4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai a) Mengkaji berbagai media pengajaran.

b) Memilih media pengajaran yang tepat. c) Membuat media pengajaran yang sederhana. d) Menggunakan media pengajaran.

5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar. b) memanfaatkan sumber belajar yang tepat.18

d. Melaksanakan program pengajaran

Dilanjutkan dengan melaksanakan program pengajaran yang terkait dengan mata pelajaran yang bersangkutan, seperti:

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan kelas

b) Mengkaji faktor-faktor yang emmpengaruhi suasana belajar mengajar

c) Menciptakan suasana belajar mengajar yang baik d) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan 2) Mengatur ruangan belajar

a) Mengkaji berbagai tata ruang belajar

b) Mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas c) Mengatur ruang belajar yang tepat

3) Mengelola interaksi belajar mengajar

a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar b) Dapat mengamati kegiatan belajar mengajar

c) Menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar

d) Dapat menggunakan berbagai keterampilan kegiatan belajar mengajar

e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar19 e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

Terakhir adalah menilai proses belajar mengajar untuk mengetahui hasil yang didapatkan, dengan cara:

1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran a) Mengkaji konsep dasar penilaian.

b) Mengkaji berbagai teknik penilaian. c) Menyusun alat penilaian.

18

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29

19


(25)

d) Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan taraf pencapaian murid

e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid 2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

b) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

c) Dapat memenfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar20

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie”, yang berarti bimbingan kepada anak didik. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.21

Pendidikan, yang berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini mendapat awal ”me” sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberikan latihan dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.22

Pengertian pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.23

Menurut Mc Leod sebagaimana dikutip dari Muhibbin Syah, dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik)

20

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29

21

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 1

--Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 263


(26)

artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give riset to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.24

Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim. Dan, Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang diberikan kepada siswa sampai ia dewasa.

Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya; bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya.25

Jika kita merujuk kamus bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, ”rabba-yarbu” yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua, rabiya-yarbu yang dibandingkan dengan khafiya-yakhfa yang berarti ”tumbuh dan berkembang”. Ketiga rabba-yarubbu yang dibandingkan dengan madda-yamuddu dan berarti ”memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan”.

Dari pengertian-pengertian dasar diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:

Pertama, pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target. Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.

24

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), h.256

25

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’rif Bandung ), h. 31-32


(27)

Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptaknya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti syariat agama Allah SWT.26

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.-9

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.28

Azyumardi Azra, mengomentari bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.29

Religi berasal dari bahasa Latin, menurut satu pendapat asalnya ialah ”relegere” yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.30

26

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 22

27

UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003), h. 3

28

Departemen agama RI,UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5

29

Azumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), h. 3

30

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 10


(28)

Adapun ”agama” merupakan perpaduan kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah untuk dijelaskan maksudnya (khususnya bagi orang awam), tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebih-lebih bagi para pakar.

Mahmud Saltut dalam bukunya Quraisy Shihab, menyatakan bahwa agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.

Dalam bukunya Quraisy Shihab, menurut Syaikh Muhammad Abdullah Badran, dalam bukunya Al-madkhal Ila Al-Adyan, berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Quran. Ia memulai bahasannya dengan pendekatan kebahasaan.

Din yang biasa diterjemahkan ”agama”, menurut guru besar al-Azhar itu, menggambarkan ”hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua.”

Jika demikian agama adalah ”hubungan antara makhluk dan khaliqnya.” hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharianya.31

Sedangkan Islam, menurut pemakaian bahasa, berarti berserah diri kepada Allah SWT.32Hal ini dipertegas oleh firman Allah SWT berikut ini:

0 1 23456

78

9: 1 ; 4

"< 8

> ?'1@ 3 A

B C

5 D *EF

 H%I

 J

KL 0-M

5N O /

9: &EP 04

”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah SWT, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah SWTlah mereka dikembalikan. ”(Ali Imran: 83).33

31

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 209-210

32

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 24

33

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 89


(29)

Kata Islam, menurut pendidikan umum yang berlaku, biasanya mempunyai konotasi sebagai agama Allah SWT, atau agama yang berasal dari Allah SWT (agama artinya jalan). Agama Allah SWT, berarti agama atau ajaran yang bersumber dari Allah SWT, yang dimaksudkan jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi manusia untuk menuju dan kembali kepada-Nya. Jadi agama Islam sebagai agama Allah SWT adalah jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah SWT (sebagai sumber kehidupan), yang harus dilalui (ditempuh) oleh manusia, untuk kembali atau menuju kepada-Nya.

Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar harus menjadi penganut agama yang baik, yang senantiasa mentaati ajaran Islam dan menjaga agar Rahmat Allah SWT tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarnya yang didorong oleh iman sesuai dengan akidah Islam.

Adapun mengenai pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, berbeda-beda pula seperti yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam.

Menurut Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Bahwa Pendidikan Islam (Al-Tarbiyah Al-Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan atau tulisan.34

Ahmad D. Marimba juga memberikan pengertian bahwa: “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.35

Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang

34

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 3-4

35


(30)

untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan.

2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu itu dapat tegak kokoh berdiri. Dimana dalam suatu bangunan dasar adalah bagian yang sangat fundamental sebagai landasan agar bangunan tersebut tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan dalam pendidikan Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.

Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Quran, Al-Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di Negara kita.

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang tiada tandingannya. Dan merupakan mu’jizat diturunkan kepada Muhammad SAW, Nabi-Nya, sebagai penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.

Keberadaan Tidak dalam ranah sosial diragukan lagi, karena Al-Qur’an telah mempengaruhi setiap sendi sistem pendidikan Rasulullah SAW, dan Sahabat, serta diperkuat ketika Aisyah r.a menegaskan bahwa akhlak Rasullah SAW. adalah Al-Qur’an, hal ini sesuai dengan yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Furqan: 32 sebagai berikut:

Q R

CS5RT8

U 0.".V

-W

QX Y$#

5N O?' 

 0!/

K Z L

[\E]5?D ,


(31)

^ N; _[5 `5N

.aE6 . &

U

$N*\ ' H

b.O5 0

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “mengapa al-quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya kelompok demi kelompok (QS. Al-Furqan: 32).36

Ada dua isyarat yang bias diambil dari penjelasan ayat diatas yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu, pengokohan hati dan pemantapan keimanaan dan sikap tartil dalam membaca Al-Qur’an.

Penurunan Al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim Ibu, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

0 R c1@

E; ? H

Y5RT8 d?'EI 2ef d?'EI >3* g^ h35A id?'  2jf 0 R E;9 H

k 0 V%I 2Xf Y5RT8 >cl' m c?' / 2f >cl' m >3* g^ A 1c

o p& 4 2 f

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.al-Alaq: 1-5).37

36

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 564

37

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 1079


(32)

2) Al-Sunnah

Dalam dunia pendidikan, Rasulullah SAW, seperti dalam HR Bukhori Muslim, menyerukan untuk menuntut ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan bekal dalam pendidikan dengan sabdanya: “Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.”

Mencermati hadits diatas menunjukan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan sangat penting untuk dijadikan sebagai bekal dalam memasuki dunia yang penuh dengan problematika kehidupan, bahkan untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang lebih kekal dan abadi, yaitu kehidupan akhirat.38

Rasulullah SAW adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Beliau dapat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan kemampuan akalnya, terutama jika berbicara dengan anak-anak. Beliau sangat memahami kondisi naluriah setiap orang sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik material maupun spiritual. Beliau senantiasa mengajak setiap orang untuk mendekati Allah SWT dan syari’at-Nya sehingga terperiharalah fitrah manusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan kecenderungan hati, dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih tinggi.

3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia a) UUD 1945, pasal 29

Ayat 1, berbunyi: “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

38

Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 5


(33)

Ayat 2, berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya ”

Pasal 29, UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian, pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan di jamin oleh negara.39

b) GBHN

Di dalam GBHN tahun 1993 bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa no. 2 disebutkan:

“Bahwa kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa makin dikembangkan sehingga terdapat kualitas keimanaan dengan ketaqwaan terhadapa tuhan yang maha esa, kualitas kerukunaan antara dan antar umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan keimanaan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.” c) Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang Sitem Pendidikan

Nasional.

1) Pasal 11 ayat 1 disebutkan:

“Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas oendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan keduniaan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional”.

2) Pasal 11 ayat 2 disebutkan

“Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranaan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus

39


(34)

tentang ajaran agama yang bersangkutan. Di antara syarat dan prasyarat agar peserta didik yang menjalankan peranannya dengan baik diperlukan berpengetahuan ilu pendidikan Islam. Mengingat Islam ini tidak hanya menekankan kepada segi teoritis saja, tetapi juga praktis. Ilmu pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh (teoritis dan praktis)”.40

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah SWT tidak dapat memegang peranan tanggung jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang membolehkan berbuat demikian.

An-Nahlawy menunjukkan 4 tujuan dalam Pendidikan Agama Islam yaitu:

1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah SWT menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah SWT.

2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak dari tabiat asal manusia.

3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki ataupun perempuan. 4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potesi-potensi dan

bakat-bakat.41

Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

40

Nur Uhbiyati, Ilmu ... (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 29-30

<,Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam


(35)

1) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukannya di antara makhluk-makhluk dan bertanggung jawab perseorangan dalam hidup ini.

2) Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya.

3) Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta) dan mengajaknya memahami hikmah penciptanya dalam menciptakannya. 4) Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya pada ini,

untuk mengenal Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya42

Al-Abrasy dalam kajiannya tentang Pendidikan Agama Islam menyimpulkan lima tujuan bagi Pendidikan Agama Islam:

Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia 1) Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat

2) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat

3) Menyiapkan pelajar dalam menguasai profesi tertentu agar dapat mencari rezeki dam hiodup dengan mudah diasamping memelihara segi kerohaniaan dan keagamaan.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji bukan sekedar ilmu.43

Ibnu Khaldun, sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman keemasan Islam yang benyak menuliskan mengenai pendidikan, terutama pada karyanya yang terkenal, yaitu muqadimah, membagi tujuan pendidikan itu kepada:

1) Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya syiar-syiar agama menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak

3) Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan sosial

<-Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16 <7Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16


(36)

4) Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan 5) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran

6) Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.44

C. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Untuk membahas pengertian guru pendidikan agama Islam, penulis akan mamaparkan terlebih dahulu pengertian guru dan pendidikan agama Islam.

Pengertian guru, dari segi bahasa berarti orang yang mendidik.45 Dari

pengertian ini menjelaskan bahwa guru adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik atau mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.46 Dengan demikian dapat dilihat bahwa guru secara

fungsional menunjukkan seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman serta keteladanan.

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, dikatakan bahwa guru/pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan tinggi.47

44

Risnayanti, Implementasi..., h. 17

45

WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. Ke-12, h. 250

46

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) , h. 288

47

Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006) , h. 27


(37)

Dengan demikian guru bukan hanya orang yang mengajar bidang studi saja, tetapi guru juga orang yang mendidik dan membantu siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai kedewasaan.

Dari pengertian guru di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan kelas, tetapi merupakan tenaga profesional yang disamping memperhatikan aspek kognitif, juga aspek psikomotorik dan afektif pada anak didik agar tumbuh dan terbina secara utuh sebagai manusia-manusia yang berkepribadian sehingga maksud mendidik untuk mengantarkan anak didik menuju ke arah kedewasaan dapat tercapai.

Sebelum dibahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, maka terlebih dahulu diketahui tentang pendidikan agama secara umum. Dalam terminologi bahasa Arab, istilah pendidikan disebut tarbiyah dengan pengertian: “Mengembangkan, memelihara, mengasuh atau membesarkan.” Kata tarbiyah disini dengan maksud mengembangkan dan meningkatkan secara setahap demi setahap.48

Kemudian Ngalim Purwanto berpendapat, bahwa pendidikan ialah: “Segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan”.49

Memimpin perkembangan jasmani dan rohani anak untuk diarahkan kepada tingkat yang lebih dewasa, merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu sangat panjang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru sebagai sosok yang berperan dalam transfer of knowledge harus saling berinteraksi (hubungan balik) dengan siswanya. Karena dengan hubungan timbal-balik diantara guru dan siswa, pada akhirnya dapat menghantarkan kepada tujuan yang diharapkan.

48

Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta: Firdaus, 1992), cet. I, h. 1

49

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 11


(38)

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan, bahwa pendidikan ialah: “Usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.”50 Peserta didik adalah: “Anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.” Sedangkan tenaga pendidik adalah: “Anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.”51

Selanjutnya pembahasan mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam. Setelah dibahas tentang pengertian pendidikan, maka sampailah pada pembahasan tentang pendidikan agama. Zuhairini, dkk. Mengatakan, bahwa pendidikan agama adalah “Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka sesuai dengan ajaran Islam.”52 Hidup

yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits. Sehingga hidup ini dilaksanakan dengan amar ma’ruf nahi munkar yang disesuaikan dengan kemampuan.

Oleh karena itu, ajaran dalam agama Islam menurut Barmawie Umary dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Membangun persatuan umat secara teratur sesuai dengan perintah Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan, usaha dan pergaulan.

b. Memiliki segala syarat, sifat, kekuatan, kecakapan untuk memperoleh daya guna menyelamatkan bangsa dan negara.

c. Menjaga terpeliharanya hubungan baik, kerjasama, persatuan antar umat Islam dengan golongan lain yang dapat diperoleh faedah dan manfaatnya.53

50

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan Sampai Dengan 1994,

(Jakarta: Sinar Grafika), cet . I, h. 2-3

51

Undang-Undang..., h. 3

52

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), h. 77

53


(39)

Jadi, pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga murid-muridnya agar kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Disamping itu, guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing yang memberikan bimbingan agar para murid dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat mempraktekkan syari’at Islam.54

Pengertian di atas menunjukkan bahwa bimbingan dan dalam pembentukan pribadi muslim pada anak didik dilakukan sejak dini, agar anak didik dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai agama sejak mendapat pendidikan yang paling rendah.

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompeten berarti cakap (mengetahui); berkuasa (memutuskan, menentukan); berwenang. Sedangkan kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).55

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang dikemukakan beberapa ahli sebagaimana yang termuat dalam buku M. Uzer Usman berikut:

Menurut Broke and Stone sebagaimana dikutip dalam Uzer Usman, kompetensi merupakan Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be entirely meaningful (Gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti).56

54

Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, PedomanGuru Agama SD, (Jakarta: Proyek Pengambangan Sistem Pendidikan Agama, 1976), h. 8

55Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 584

58M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 27


(40)

Sementara Charles E. Johnson, kompetensi merupakan Competency as a rational ferformance wich satisfatorily meet the objective for a desired condition (Perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).57

Sedangkan Menurut Mc. Leod, kompetensi merupakan The state of legally competent or qualified (Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum).58

Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties apropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Selanjutnya beralih pada istilah “profesional” yang berarti a vocation an wich profesional knowledge of some department a learning science is used in its applications to the of other or in the practice of an art found it.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.59

Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang

59M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27 56M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27

59


(41)

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, disebutkan bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu: a. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.60

3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Disamping itu, ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh guru kepada siswa. Tiga layanan tersebut ialah:

a. Layanan instruksional.

b. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling). c. Layanan administrasi.61

Secara keseluruhan tugas guru itu adalah sama, yaitu: meliputi tiga layanan di atas tadi. Namun bagi guru pendidikan agama Islam, segala bentuk

60

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, (www.setjendiknas.or.id)


(42)

layanan yang diberikan kepada pelajar hendaknya lebih mengarah kepada pembentukan perilaku pelajaran yang Islami dan berakhlakul karimah.

D. Kerangka Konseptual

Guru profesional menurut Uzer Usman diartikan sebagai “orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.” Kemudian bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme menurut Uzer Usman, yaitu:

Pertama, Menguasai landasan kependidikan; seperti mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

Kedua, Menguasai bahan pengajaran; seperti menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan.

Ketiga, Menyusun program pengajaran; seperti menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

Keempat, Melaksanakan program pengajaran; seperti menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.

Kelima, Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan; seperti menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Penulis melihat, kondisi yang menyebabkan kurangnya profesionalisme guru adalah kurang memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Kurang memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. Kurang memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Kurang memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.


(43)

Kurangnya penghasilan. Serta kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri.

Kemungkinan sebabnya adalah mereka jarang mengikuti workshop dan pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Jarang mengikuti seminar-seminar tentang pendidikan. Kurangnya tingkat kesejahteraan guru, sehingga kurang fokus dalam mengajar. Serta kurangnya sarana bagi guru untuk pengembangan diri. Oleh karena itu, agar guru memiliki profesionalisme yang baik, yaitu dengan mengikuti workshop dan pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Mengikuti seminar-seminar tentang pendidikan. Serta lebih banyak lagi belajar dan mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan pendidikan

Pada akhirnya, dengan program-program peningkatan profesionalisme guru di atas, diharapkan seorang guru lebih memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

Penerapannya di sekolah adalah seorang guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait, menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam keilmuan sehari-hari, dan menguasai langkah-langkah untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.

Untuk lebih mempermudah dalam melihat penerapan profesionalisme guru PAI di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan, kita dapat melihat kerangka konseptual yang di olah dari pembahasan teori tentang profesionalisme dan buku Usman Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1999, dan buku Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas Lahirnya Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS,2006), Cet. Ke-1, h.105, dan UU


(44)

RI NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, BAB III Prinsip Profesionalitas, Pasal 7, di bawah ini:


(45)

( /

0 ;# :

,! 1

1 % 1

-! / 1 1 % 1 7! ) <! / 5! % /) / 8! ,! %/ / /) -! 7!= ,!+ %/ / /) -!+ 7! 1 )/ <!

> /) /

#

! 1

1 % 1

! /

1

1 % 1

! ) ! / ! % /) / )! / ,! / / -!

1 / 1

/ / 1 7! / <! / / 5!

0 = 0


(46)

$

/ ? /) / 1 & $ ;

;/ "1 ,444 0 / ( @ / 1

+ $

= 0 1-..8"1 > ! ,1 !,.51 ; (# #; ,< -..5


(47)

E. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian

; ,- + !

/ / / 1

-..6!

1 / /

! % -..6

1 -7 -9

-..4!

Fokus penelitian ini adalah meneliti bagaimana penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan? Apakah sudah berjalan dengan baik atau belum? Sehingga dapat dijadikan evaluasi bagi guru Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.

F. Metode Penelitian

1 /

= "1

)/

! / A

1 % %

0 1 %

/) / 0

0 / !

1


(48)

1 1

/ /) / ! B

A 1

!

0 /

) ) 0 1

/ 1 1 1

!

% % 0 / 1

1 / %

1 % !

G. Populasi dan Sampel

/ C+ !D8- /

% ; ,- +

4.4! /

) / !87

/ / 1

1

0 / ,..1

/ !

,. ,5E1

-. -5E !

,,E

/ 1 44144 ,.. % 2 !

8- 0 /1

+ $ ; > 1 -..8"1 > ! F 1 ! ,,5!


(49)

/ !

,.. %

! 1

/ /

!

H. Teknik Pengumpulan Data

1 $

,! # A 1

) / ) / !8< / A

1 /) / !

-! 3 % "1 /

%

!85>

/

1 0 / 1

/ ! / /

/) /

1 ! 3 ! & ! !

7! 0 1 )

/ % /

0 1 /) / 0 /

! /

,5 "

8< / * 1! " 1 B/ $ 0 #)) 1 ,44-"1 !

-1 ! ,78


(50)

/ / % !

) < % 1 "1 "1

"1 "!

I. Instrumen Pengumpulan Data

1. Pedoman observasi, yaitu daftar (list) hal-hal yang harus diamati ketika observasi.

2. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk guru yang telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

3. Pedoman angket, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

J. Teknik Pengolahan Data

1

/ ! /

/ A % % / ) C

/ / D!88

/ / / )

C %

1

) )D!89

880 / /1 1 + $ ; ) /

1 -..."1 ! F1 ! -<5


(51)

/ ! 0

$

$ H 0 /

H

( H $ + / "

1 %

%/ 1

( ) * + -..9!

H I ,.. E (


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah68

1. Sejarah Berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

Berawal untuk membantu pemerintah dalam pendidikan tahun 1981 di Cilandak, PGRI memulai kegiatan pendidikan dengan 2 kelas dan berlangsung dengan meminjam gedung sekolah (menumpang) SD 09/10 yang bertempat di jalan Hj. Saleh Pondok Labu Jaksel dari tahun 1981-1997.

Pada tahun 1998 PGRI baru mendirikan bangunan di Jl. Pondok Labu I B No 29 Pondok Labu Jakarta Selatan dengan SK Pendirian 2673/ 1. 851-58/2007. Dari tahun 1998-Sekarang dengan jumlah kelas 20 ruangan, Peserta didik sebanyak 909 orang, dengan Guru 45 orang, serta Pegawai atau tenaga Administrasi 11 orang, di atas tanah seluas 2720 m2 adapun status sekolah dalam terakriditasi “A”.

SMP PGRI 12 Jakarta Selatan memiliki standar sekolah permanen dengan nomor statistik SMP (NSS/M): 204016307182 dengan luas bangunan 2. 713 M, Dan beralamat di Jl. Pondok labu 1B No 29 kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan.

86Diperoleh dari soft file komputer SMP PGRI 12 Jakarta selatan dengan sedikit modifikasi penyajian data: My Computer/Data/Profil Sekolah SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan.


(53)

2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

Visi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan adalah dengan melalui pendidikan formal, menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang iptek dan imtaq.

Sedangkan misinya adalah menggali dan memberdayakan kompetensi dan budi pekerti siswa dengan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan melalui komitmen bersama profesionalisme guru dan segenap tenaga kependidikan sekolah.

Dengan visi dan misi di atas, diharapkan output dari lembaga pendidikan ini mampu menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang iptek dan imtaq, serta mempunyai budipekerti yang baik.

3. ProgramUnggulan

a. Menerapkan kurikulum terpadu yang merupakan ciri khas, pengayaan dan pendalaman materi Bahasa Asing (Arab-Inggris), Matematika dan Komputer.

b. Menekankan pengajaran keagamaan, al-Qur’an, dan shalat berjama’ah. c. Mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler:

olah raga, PMR, Pramuka, Paskibra, UKS, dsb.

Dengan visi, misi dan program unggulan inilah yang membawa SMP ini kepada kemajuan sehingga mendapat akreditasi “A.”

4. Tenaga Pengajar

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena ia adalah faktor yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan langsung. Dengan demikian tujuan pendidikan akan tercapai.

Saat ini semua bidang studi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dipegang oleh guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, mereka adalah sarjana-sarjana dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.


(54)

Adapun jumlah guru yang mengajar di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan berjumlah 45 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1 Tenaga Pengajar

No Nama Jenis Kelamin Pendidikan

1 Dra. Hj. Sartini, MM P S2 (Manajemen) 2 Hj. Hajarilah, S.Pd P S1 (B.inggris) 3 Dwi suprianto, S.Pd L S1 (Matematika)

4 M. Dahlan, S.Pd L S1 (Matematika)

5 Sutarno, S.Pd L S1 (Matematika)

6 Drs. Usmanawar L S1 (Ekonomi)

7 H. Jayadi Umar, S. Pd L S1 (Agama Islam) 8 Siti Rukoyah, S.Pd P S1 (Ekonomi) 9 Drs. A. Ramli Topan L S1 (B. Indonesia) 10 Sri Dady Riyanto,S. Pd L S1 (Fisika) 11 Endangsih N, S. Pd P S1 (Biologi) 12 Dwi Ema Kartini,S. Pd P S1 (B.Indonesia)

13 Dalmasri, S. Pd L S1 (B.Inggris)

14 Sri Kustantinah, S. Pd P S1 (Biologi) 15 Imam taufik, S. Pd L S1 (Penjaskes) 16 S. Budiningsih, S. Pd P S1 (B. Indonesia) 17 Linda Wati, S. Pd P S1 (Matematika)

18 Sudarwanarto, SE L S1 (Ekonomi)

19 Mulyadi, SE L S1 (Computer)

20 R. Krismayanti, S. Pd P S1 (Tata Boga) 21 Deny Suharman, SR L S1 (Matematika) 22 Syahrul Rahman, Sog L S1 (Computer) 23 Azian Indrawati, S. Pd P S1 (Sejarah)

24 Dalbini, S. Pd L S1 (B. Indonesia)

25 Novi Ziarni, SH P S1 (PPKN)

26 Agung Suprianto, ST L S1 (Matematika)

27 Atmaja, S.Ag L S1 (Agama Islam)


(55)

29 Budiono, ST L S1 (Matematika) 30 Heni Widodo, S. Pd P S1 (Matematika)

31 Eni Novrita, P S1 (KTK)

32 Ending Wahyuni, SAI P S1 (Matematika) 33 Sri widiastuti, S. Pd P S1 (B. Inggris) 34 Nanang Budiarso, L S1 (Seni Budaya)

35 Parul Roji, BA L S1 (Penjaskes)

36 RatnaMambarSari,S.Pd P S1 (BK) 37 Aina Nur Utami, S. Pd P S1 (BK) 38 Susianti, S. Pd P S1 (B. Inggris) 39 Sumartini, S. Pd P S1 (B. Inggris)

40 Lilik julianto L S1 (B. Inggris)

41 Jumi Hartati, S. Pd P S1 (B. Inggris) 42 Sis Karno Binjai, S. Pd L S1 (B. Arab) 43 Dian Panji Sagita L S1 (Seni Musik)

44 Sumartini P S1 (B. Inggris)

45 Kartono, S. Pd L S1 (PPKN)

Jumlah pengajar laki-laki yaitu 25 orang; sedangkan jumlah pengajar perempuan 20 orang. Jumlah keseluruhan pengajar yaitu 45 orang.

5. Karyawan

Karyawan merupakan salah satu unsur tenaga kependidikan, tenaga kependidikan lainnya harus bekerjasama dengannya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Dengan terjalinnya hubungan baik antara mereka, maka akan terjalin kerjasama yang baik pula dan proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan baik. Adapun karyawan yang membantu jalannya proses 11 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:


(1)

2

C. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan profesionalisme guru PAI di sekolah tersebut berjalan dengan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Seperti perpustakaan yang kurang terawat, komputer yang kurang lengkap serta laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan peralatan.

Hal ini penulis dapatkan dan dapat dilihat dari hasil observasi, wawancara, dan angket tentang penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan yang telah penulis peroleh dari lapangan.

D. Saran

Setelah penulis mengetahui dan menyimpulkan hasil dari temuan penelitian di atas, penulis mengajukan beberapa saran terkait dengan penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru yang ada di sekolah tersebut. Penulis mengajukan beberapa saran berikut ini:

1. Penggunaan alat bantu media (laboratorium terpadu, ruang serbaguna, serta ruang multimedia) di sekolah tersebut harus lebih dimaksimalkan. Karena ada dasarnya penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut sudah berjalan dengan baik, hanya saja penggunaan alat bantu media yang kurang dimaksimalkan dengan baik.

2. Penggunaan variasi metode yang lebih dimaksimalkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengalami kejenuhan karena guru lebih terpaku pada satu metode.


(2)

3. Usaha untuk meningkatkan kualitas diri guru harus dipertahankan dan dilakukan secara terus menerus. Seperti mengikuti MGMPAI (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama Islam), serta mengikuti workshop-workshop dan seminar-seminar tentang pendidikan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Al-Abrasy, Muhammad Atyhiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996

Ametembun, N. A., Guru dan Administrasi Sekolah, Bandung: IKIP, 1981

An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan

Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995

Aqib, Zainal, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendikia, 2002

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. XII

Azra, Azyumardi, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1998

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995

Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006


(4)

Departemen Agama RI, UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet. Ke-10

Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1996, cet. Ke-21

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, cet. Ke-2

Kurniawan, Yedi, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta: Firdaus, 1992, cet. I

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’rif Bandung

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1985 Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1985

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991


(5)

Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992

Sholeh, Asrorun Ni’am, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006, cet. Ke-1

Sujono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, cet. X

Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, cet. Ke-7

Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat

Islam Depag RI, Pedoman Guru Agama SD, Jakarta: Proyek

Pengambangan Sistem Pendidikan Agama, 1976

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah 2007

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988


(6)

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997

Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, 1993, cet. II

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan Sampai Dengan 1994, Jakarta: Sinar Grafika, cet . I

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, cet. Ke-13

UU Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Focus Media, 2003

Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses BelajarMengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999, cet. Ke-1

Wijaya, HM. Suwarta, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits Rasul, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, jilid I, cet. Ke-7

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya: Usaha Nasional, 1977

2. Internet