Pengaruh kreativitas guru PAI terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat

(1)

Oleh :

TARJONO

NIM : 205011000317

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H / 2010 M


(2)

Nama : TARJONO

NIM : 205011000317

Jurusan/Semester : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2005

Alamat : Jl. Karang Anyar 1 Patrol Baru Rt.01/02 Patrol – Indramayu 45257

Judul Skripsi : “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Desember 2009 Yang Menyatakan

TARJONO


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S.Pd.I)

Oleh

TARJONO

205011000317

Pembimbing

Bahrissalim, M.Ag NIP : 19680307199803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(4)

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. yang disusun oleh Tarjono Nomor Induk Mahasiswa 205011000317, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Telah selesai melewati bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang Munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Januari 2010

Yang mengesahkan, Pembimbing skripsi

Bahrissalim, M. Ag NIP. 19680307199803 1 002


(5)

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada 15 Februari 2010 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 Februari 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A. ……….. ……….. NIP. 19580112.198803.1.002

Sekrtaris Panitia (sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A. ……….. ………..

NIP. 19670328.200003.1.001 Penguji I

Dr. Zaimuddin, M.A ……….. ………..

NIP. 19590705. 199103.1.002 Penguji II

Drs. H. M. Alisuf Shobri ……….. ………..

NIP. 150 033 454

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP: 19571005.198703.1.001


(6)

Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Desember 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa, Sekolah yang dipilih adalah SMP PGRI 1 Ciputat.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dengan tanya jawab langsung, sedangkan angket diberikan kepada siswa. Dari populasi sebanyak 100 orang telah terpilih sampel sebanyak 33 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara acak (Random Sampling) artinya setiap populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis. Sedangkan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan penulis menyebarkan angket yang ditujukan kepada siswa kelas 8-1, 8-2, 8-3 SMP, angket tersebut terdiri dari 30 item pertanyaan.

Dalam menganalisa, penelitian ini memperoleh angka 0,06 dari perhitungan rumus “r” Product Moment, kemudian rxy tersebut dibandingkan dengan “r” tabel dari derajat bebas (degree of freedom) 31 maka diperoleh angka 0,348 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,449 pada taraf sigifikansi 1%. Pada taraf signifikasi 5% dan pada taraf signifikasi 1% hasil yang di peroleh dari perbandingan tersebut ternyata rxy lebih kecil dari “r” tabel baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% atau dengan kata lain 0,06<0,348 dan untuk mengetahui seberapa besar kedua variabel mempengaruhi maka penulis menghitung koefisien penentuan (Coeficient of Determination) mendapat angka prosentasi 0,36%, jadi diantara variabel tersebut 36% saling mempengaruhi

Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1Ciputat.

Saran yang penulis sampaikan dari hasil penelitian ini bagi kepala sekolah selaku pimpinan di lembaga pendidikan hendaknya selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama kreativitas guru dalam mengajar. Dan bagi para guru hendaknya selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar. Supaya pelajaran yang di sampaikan mudah di mengerti oleh siswa dan siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, sebab guru adalah motivator bagi siswanya.

     


(7)

  Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dalam menyelesaiakan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna.

Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi Bahrissalim M.A. yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 4. Semua Dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang telah mengajarkan mata

kuliah kepada penulis, khususnya Pendidikan Agama Islam.

5. Pimpinan perpustakaan Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam, perpustakaan Utama beserta staffnya yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka.

6. Bapak Cartam, S.Pd., M.Pd. kepala sekolah SMP PGRI 1 Ciputat beserta staf dan seluruh dewan guru semua yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

7. Bapak M. Syarifuddin S.Pd.I yang telah meluangkan waktu, selalu mendoakan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis.


(8)

membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Ayahanda Muari dan ibunda tercinta Karniti, yang selalu mendoakan dan memberikan support, baik moril maupun materil dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis untuk selalu semangat meneruskan perjuangan, harapan dan cita-cita.

10.Adik-adikku tercinta (Taryana, Siti Fitriyah), yang selalu mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus tercinta ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Kepada Mardhiya Adnin terima kasih atas supportnya, dan yang tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

12.Semua sahabat-sahabat seperjuanganku PAI A & B angkatan tahun 2005, Andi, Dahlan, Deni, Fitri, Mely, Lia, Lina, Shaufi, yang telah memberikan dorongan, spirit, dan saling membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Teman-teman Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI

Jakarta, (Amar, Yogi, Zaenal, Hasyim, Wildan, Anton, Opick dll) yang senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat, masukan, ide dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik sangat penulis butuhkan demi kebaikan penulisan skripsi, karena penulis yakin dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Wallahu ‘alam bishowab.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 07 Januari 2010 Penulis

Tarjono

NIM : 205011000317


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Guru 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Kedudukan Guru ... 10

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ... 11

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ... 12

5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam ... 13

6. Faktor-faktor yang Membentuk Kreativitas ... 16

7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif... 20

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

2. Pengertian Belajar ... 24

3. Indikator Prestasi Belajar ... 25

4. Ciri-ciri Kriteria Kegiatan Belajar ... 28

5. Teori-teori Belajar ... 30


(10)

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 37

E. Instrumen ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Wawancara ... 40

3. Angket ... 40

G. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian ... 44

B. Deskripsi Data ... 52

C. Prestasi Belajar Siswa ... 70

D. Analisa Data ... 71

E. Interprestasi Data ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1. Tabel Indikator Prestasi Belajar….. ... 25

2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…. ... 38

3. Tabel Frekuensi…. ... 41

4. Tabel Skala Prosentase….. ... 42

5. Tabel Indeks Korelasi “r”…. ... 43

6. Tabel Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir…. ... 45

7. Tabel Keadaan Ruang Kelas….. ... 45

8. Tabel Data Ruangan Lain…. ... 45

9. Tabel Data Guru….. ... 46

10.Tabel siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam… ... 53

11.Tabel guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu pembahasan.. ... 53

12.Tabel Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan ... 54

13.Tabel Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan kembali materi sebelumnya... 54

14.Tabel Guru agama Islam mengarahkan bakat yang anda miliki... ... 55

15.Tabel Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan pengajaran... ... 55

16.Tabel Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus... ... 56

17.Tabel Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda... ... 56

18.Tabel Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar... ... 57

19.Tabel Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar... ... 57

20.Tabel Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah... . 58

21.Tabel Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama Islam.... ... 58

22.Tabel Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang anda belum mengerti... ... 59


(12)

 

24.Tabel Anda bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam... ... 60 25.Tabel Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga.. ... 60 26.Tabel Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah

proses pembelajaran.... .. ... 61 27.Tabel Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam

belajar... ... 61 28.Tabel Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami... ... 62 29.Tabel Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus.. ... 62 30.Tabel Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat

yang baik.. ... 63 31.Tabel Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat

kesalahan.. ... 63 32.Tabel Guru agama Islam memberikan tugas kelompok... ... 64 33.Tabel Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca

Al-Quran sebelum belajar... ... 64 34.Tabel Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam

belajar... ... 65 35.Tabel Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan

materi pembelajaran... ... 65 36.Tabel Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara

berdiskusi yang baik.. ... 66 37.Tabel Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu

menggunakan media gambar... 66 38.Tabel Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal

di papan tulis.. ... 67 39.Tabel Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam


(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman sekarang ini banyak siswa yang malas belajar, hal ini dikarenakan bukan hanya pengaruh lingkungan, tetapi hal ini juga disebabkan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar, sehingga siswa jenuh dengan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran. Masa depan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi mudanya. Sedangkan keberhasilan suatu bangsa dalam membangun mutu pendidikannya sangat ditentukan oleh mutu gurunya.

Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat lansung pada rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui alur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga berfungsi menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character buiding) peserta didik secara berkelanjutan.1

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan.

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu, kepribadian guru terdiri atas aspek jasmaniah, intelaktual, sosial, emosional dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri

       1

Asrorun Ni’am, H.M. Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta, Elsas, 2006) cet.ke-1 h 3-6.  


(14)

individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya.

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelaktual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan Afektif dan keterampilan. Guru sebagai pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya.2

Guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru pendidikan agama Islam harus kreatif dalam memilih metode dan dalam melaksanakan pengajaran. Kreativitas guru pendidikan agama Islam harus disesuaikan dengan kondisi siswanya, agar ia mengetahui gagasan dan metode apa yang harus ia pergunakan dalam pengajaran. Tanpa adanya kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, siswanya tidak akan termotivasi untuk belajar dan untuk berprestasi. Guru yang baik ialah guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang memberikan ilham, guru yang baik memberikan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya.3

Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran. Biasanya orang menganggap bahwa keberbakatan hanya ditentukan oleh kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan tidaklah demikian halnya. Misalnya seorang mempunyai bakat teknik, tetapi tanpa ada kreativitas pada dirinya untuk mencoba-coba, bereksperimen untuk menciptakan sesuatu yang baru, serta dorongan dan semangat yang kuat dalam mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah ia

       2

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-253.  

3

Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jogja: PT Tiara Wacana, 1994) cet. ke-1 h.36.  


(15)

mulai, meskipun mengalami banyak rintangan atau kegagalan, maka ia tidak akan menghasilkan karya-karya yang bermakna. 4

Untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar, guru harus kreatif dalam menyampaikan pelajaran, serta menggunakan metode yang menarik, yang membuat siswa semangat dalam belajar, sehingga pelajaran yang disampaikan cepat dimengerti oleh siswa. Dengan adanya kreativitas guru dalam mengajar, akan mendorong siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar, sehigga apa yang mereka cita-citakan dapat tercapai, dan siswa sebagai penerus bangsa dapat terwujud.

Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya mengembangkan pendidikan pada saat sekarang ini sangat diperlukan, terutama bagi seorang guru, ia harus kreatif dalam proses belajar mengajar guna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan peserta didik yang dari lahirnya memiliki potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi peserta didik tersebut harus dilaksanakan oleh guru yang kreatif.

Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial). Peran pendidiklah yang mengaktualkan yang masih kuncup, dan mengembangkan lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan kualitas dan kreativitas yang dimilki guru5

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas, kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Saylor (1998 : 227) dalam E. Mulyasa buku yang berjudul "kurikulum yang disempurnakan" menyatakan bahwa "Instructional is thus the       

4

Utami Munandar, Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1984) cet. ke-1 h.7.  

5

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,), cet. k- 4 2007, h.4.  


(16)

implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teachcingin the sense of student, teacher interaction in an aducational setting".6

Guru secara fungsional memegang peranan yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek, merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, membimbing siswa, mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut.

Dengan demikian guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar. Apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga professional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara intensif.

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab itu, guru harus dapat menerapkan berbagai model belajar mengajar secara tepat. Meskipun disadari bahwa menentukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat adalah suatu yang sulit, namun banyak model pembelajaran yang dapat digunakan, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, tergantung tujuan pembelajaran itu sendiri.

       6 

E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. Ke-1 h. 189-190. 


(17)

B. Identifikasi Masalah

Mengingat pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, diantaranya yaitu:

1. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan potensi siswa.

3. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga, dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dengan demikian, maka penelitian ini dibatasi pada masalah “Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam berpengaruh positif Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.


(18)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 1Ciputat kreatif dalam mengajar.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat kreativitas guru dalam mengajar.

3. Apakah kreativitas guru dalam mengajar membuat siswa semangat dalam belajar.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan akademik pada umumnya. Terutama peningkatan pembelajaran.

2. Bagi para guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan baik dan tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.

3. Sedangkan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang metode pembelajaran atau cara yang tepat digunakan dalam menunjang proses pembelajaran.


(19)

BAB II Landasan Teori A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti "Orang yang kerjanya mengajar".1 Dalam bahasa Inggris dijumpai kata teacher yang berarti "pengajar".2 Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstrakurikuler, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah.

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada kepentingan guru lebih banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mua’lim yang berarti orang yang mengetahui dan banyak yang digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.3 Kata berikutnya yang dekat dengan istilah guru atau pendidik adalah istilah

murabbi yang dapat dipahami dari do’a seorang anak kepada kedua orang tuanya yang telah mendidiknya sewaktu kecil. Kata murabbi secara eksplisit tidak dijumpai dalam al-Quran. Yang ada dalam al-Quran adalah kata rabbaya.4

Terdapat dalam firman Allah:

 

   

   

   

 

 

☺⌧

 

   

 

       1

Amier Dain Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h.333. 

2

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h.581. 

3

Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. ke-1 h. 41-42. 

4


(20)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa’24)5

Pendidikan agama Islam menurut Ahmad Marimba yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam.6

Menurut Alisuf Sabri, pendidikan agama Islam (PAI) adalah “sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.”7

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab I pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang melakukan bimbingan jasmani dan rohani secara sadar berdasarkan hukum- hukum Islam untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran agama Islam. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Guru sebagai pribadi

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri

       5

Depag RI, Al-Quran dan Terjemah…..h.387.  6

Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1989), Cet. Ke- 8, h. 23. 

7

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: UIN Pers, 2005), Cet. Ke- 1, h. 111.  8

Direktoat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006) h.83. 


(21)

dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya.

b. Guru sebagai pendidik dan pengajar

Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.9

Guru (pendidik) adalah: individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.10 Menurut Langeveld Guru (pendidik) adalah: orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan kedewasaan seorang anak.11

Ny. Roestiyah mendefinisikan bahwa guru (pendidik) adalah: bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya didepan kelas tetapi merupakan seorang tenaga professional yang dapat menjadikan siswa mampu merencanakan, menganalisa, menyimpulkan masalah-masalah yang dihadapi.12

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.

       9

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-252. 

10

Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Prana, 1997), h. 122. 

11

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.10.  12

Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.177  


(22)

c. Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahamannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. Agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrab, melakukan pengamatan dari dekat serta mengadakan dialog-dialog secara langsung.13

2. Kedudukan Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 ayat (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.14

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang peranan yang penting. Peranan penting guru dalam proses belajar mengajar belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebebasan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran yang tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Disinilah manusia dalam hal ini guru lebih unggul dalam mencetak generasi penerus yang berwawasan luas serta berbudi pekerti mulia dari pada

alat-       13

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h.253-254.  14

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.86. 


(23)

alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupan.15

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru professional mengelompokan tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih, mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dia harus mampu menarik simpati para muridnya sehingga dia menjadi idola para siswanya. Tugas guru dalam bidang masyarakat karena masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.16

Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah. Dalam hal ini mau tidak mau guru harus memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Karena dalam kenyataannya tugas seorang guru dapat dikatakan sempurna disamping mengajar ilmu, ia pun turut menanamkan pada batin siswanya segala sesuatu aturan yang baik serta nilai-nilai kehidupan yang pantas menurut pandangan umum, yang didalamnya tentu saja menyangkut tata krama, sopan santun, wibawa, martabat dan faktor-faktor kepribadian primer lainnya, yang tentu saja masih ada hubungan dengan pelajaran.

       15

Abudin Nata, Filsafat pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana), h. 68.

  16

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), h.5. 


(24)

Jabatan guru mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas seorang dokter menolong orang sakit agar sembuh kalau tidak ditolong akan mati. Guru pun pekerjaannya menolong anak bodoh menjadi pandai, anak yang nakal menjadi tidak nakal, dan anak yang malas menjadi tidak malas.17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya sebagai pendidik, mengajar dan melatih tapi guru juga mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas dokter menolong orang sakit menjadi sembuh sedangkan guru membantu anak dari yang tidak bisa membaca dan menulis sampai bisa membaca dan menulis, membimbing siswa yang nakal menjadi tidak nakal, memotivasi siswa yang malas menjadi rajin belajar.

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan latihan. Adapun kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab IV pasal 10 ayat (1) kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.18

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka guru harus meningkatkan kompetensinya. Diantara kriteria-kriteria kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi kognitif (bidang intelektual), kompetensi afektif (bidang sikap), dan kompetensi psikomotorik (perilaku/performance).

Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti penjelasan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas,

       17

Roestiyah N.K, Didatik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara 1986), h.31.

  18

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.88. 


(25)

pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa serta pengetahuan umum lainnya. Kompetensi bidang afektif, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesi, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, dan lain-lain.19 Dari uraian di atas maka seorang guru dalam mengajar harus memiliki ketiga kompetensi tersebut, dengan memiliki ketiga kompetensi maka seorang guru akan memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengajar.

5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

Akhir-akhir ini baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam tulisan populer selalu ditekankan perlunya perangsang kreativitas sejak kecil sampai dewasa melalui pendidikan formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga, maupun di dalam masyarakat.

Apa sebetulnya kreativitas? kata kreativitas dapat diartikan melalui dua segi, yaitu secara etimologi dan terminologi. Dalam tinjauan etimologi, kreativitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “to create” yang artinya “mencipta” turunan kata sifatnya adalah “creative”. Dalam kamus bahasa Indonesia adalah memiliki daya cipta: memiliki kemampuan untuk mencipta.20 Di dalam al-Quran ada disebut empat sifat Allah sebagai maha pencipta yaitu al-Khaliq, al-Khallaq, al-Badi’, dan al-Musawwir. Seperti berturut-turut digambarkan dalam ayat-ayat berikut:

   

   

 

   

     

 

   

   

   

   

 

       19

Moh Uzer Usman, Op, cit, h. 14.  20

WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h.46 


(26)

“Itulah Tuhanmu, tiada Tuhan kecuali Dia, pencipta segala sesuatu. Dialah pengurus segala sesuatu”. (Q.S. Al-An’am; 102).

Selanjutnya ayat:      

                         

“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Yaasiin 81).

Demikian juga ayat:

 

                           

       

       

“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-an’am: 101).

Begitu juga ayat:

         

                   

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Ali-Imran:6).

Itulah empat gelar Tuhan sebagai pencipta, barang kali manusia berlaku pada penciptaan bentuk ketiga, yaitu dalam hal penciptaan yang terus-menerus,


(27)

yakni merubah suatu bentuk ke bentuk lain, seperti halnya, mencipta rumah dari kayu atau batu dan lain-lain.21

Sedangkan secara terminologi, kata kreativitas banyak diartikan oleh beberapa ahli: Menurut George J. Seidel dalam The Crisis Of Creativity, kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun”.22

Sedangkan David Campbell mengartikan kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:

a. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.

b. Berguan (asefull): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.

c. Dapat dimengerti (understanble): hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat lain waktu.23

Mengupas arti kreativitas menurut Utami Munandar, “harus diakui bahwa memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep majemuk dan multidimensional24 akan tetapi, Utami yang berpendapat bahwa kreativitas sebagai salah satu ciri anak berbakat mengemukan bahwa:

a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, infromasi, atau unsur-unsur yang ada.

b. Kreativitas (berpikir kreatif atau divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau infromasi yang tersedia menemukan banyak

       21

Hasan Langgulung, Kreativitas dan pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), cet ke-1, h. 45-47.

  22

Julius Candra, Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet ke-1, h.15. 

23

David Campbell, disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta: Kanisius, 1986) h. 11-12.  

24

Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), h.7. 


(28)

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekananya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keseragaman jawaban.

c. Secara personal kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gaagsan.25

Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, seperti yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu.

6. Faktor-Faktor yang membentuk Kreativitas

Kreativitas seseorang dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan bahwa bakat kreatif itu dapat ditingkatkan, oleh karena itu perlu dipupuk sejak dini. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

     

           

           

       

                       25 

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), cet. Ke-3, h. 47-50 


(29)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".(Q.S. Al-Imran: 190-191)

Dalam ayat di atas diterangkan bahwa kebesaran Allah yang telah diciptakan berupa langit dan bumi tidak untuk dinikmati saja tetapi juga dipikirkan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk dipergunakan memikirkan tentang keindahan ciptaan-Nya. Dengan kata lain bahwa dalam diri manusia sesungguhnya terdapat suatu potensi yang berupa akal. Bagaimana potensi itu dapat dikembangkan maka tergantung pada manusia itu sendiri, lingkugan, pendidikan yang diperolehnya. Memang harus diakui bahwa setiap orang mempunyai bakat yang berbeda walaupun kreativitas merupakan potensi positif yang dimiliki oleh banyak individu, namun kalau tidak dipupuk bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.

Tentu kita mengingingkan yang demikian, karena kita tahu kreativitas itu penting bagi kelangsungan peradaban manusia kearah masa depan yang prospektif. Sebab itu tidak banyak faktor yang perlu kita ketahui, yang dapat berpengaruh dan membentuk kreativitas.

Menurut Utami Munandar yang dikutip oleh Fuad Nashori, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas terdiri atas aspek kognitif, dan aspek kepribadian. Faktor kognitif (kemampuan berpikir) terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan memperkaya bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif, tipe kepribadian.26

       26

H. Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharan, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-1, h 53-54. 


(30)

Dalam pengembangan kreativitas, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung atau pun faktor penghambat. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam guru dan dapat pula berasal dari luar guru, sebagaimana diungkapkan oleh Robert W. Olson.27

Faktor Penghambat: Intern:

1) Adanya transfer kebiasaan 2) Takut gagal

3) Ketidak mampuaan mengenal masalah 4) Pendirian yang tidak tetap

5) Terlalu cepat berpuas diri Ekstern:

1) Waktu yang terbatas 2) Lingkungan

3) Kritik yang dilancarkan orang lain Faktor Pendukung:

Intern:

1) Adanya motivasi untuk mengenal suatu masalah 2) Berani dan percaya diri

3) Adanya motivasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan sendiri dan orang lain

Ekstern:

1) Adanya dukungan dari lingkungan 2) Materi yang cukup

3) Waktu luang

4) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan.

Pada dasarnya faktor-faktor penghambat tersebut dapat dihindari dan faktor-faktor pendukung dapat ditingkatkan dengan menciptakakn lingkungan serta suasana yang dapat membantu meningkatkan kreativitas guru. Pertimbangan

       27

Robert Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh Alfonsus Samosir, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.25-41.  


(31)

ini didasarkan pada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa suasana kerja yang mati hanya akan membunuh daya inovatif dan kreativitas guru. Kreativitas itu penting dalam pendidikan, karena mengemukakan empat alasan.

1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu.

4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.28

Kreativitas merupakan suatu potensi yang dimiliki setiap orang tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, dan kedudukan hidup seseorang. Namun yang terpenting adalah bakat kreatif itu dipupuk dan dikembangkan sejak dini.

Dalam upaya pengembangan kreativitas, dan menjaga usaha agar pengembangan itu berjalan lancar. Maka perlu diperhatikan komponen- komponen untuk membangun kretivitas dan cara untuk mengembangkan kretivitas.

1) Komponen-komponen membangun kreativitas

a) Kraetivitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.

b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani.

c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.

d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata yang diucapkan seseorang.

2) Cara-cara mengembangkan kreativitas

a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk berpikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau

       28

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), Cet ke-3, h. 45-46.  


(32)

umum, informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan informasi peluang yang bervariasi.

b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.

c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan pilihan yang bervariasi, sehingga kelak terdapat banyak pilihan.29 Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide dan gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau gagasan-gagasan tersebut.

7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif

Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru kreatif dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut:

1). Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan memprakarsai belajar sendiri (self-initialed learning) pada sebagian siswa. Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar dilaksanakan, tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi respon yang kreatif dari siswa, seperti melakukan aktifitas untuk mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, melaksanakan eksperimen dan mengambil kesimpulan sementara terhadap eksperimen yang dilakukan tersebut.

2). Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter, kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk berkreatif, jenis kebebasan yang diperlakukan agar siswa menjadi

       29

Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987), h. 161-162.  


(33)

kreatif adalah kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik, dan kebebasan untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan. 3). Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (Over Learn)

untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan, dan memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima kenyataan bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka harus memiliki disiplin keras kepada diri mereka sendiri.

4). Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubungan-hubungan yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari pemecahan-pemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat perkiraan secara cepat. Menemukan ide-ide sampingan untuk membentuk ide-ide baru. Dia mendorong siswa untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak mungkin antara elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang tidak masuk akal atau meyimpang dari yang biasa.

5). Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian pokok persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah hasil penyelidikan.

6). Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk mengangkat posisi observasi yang mereka lakukan untuk memvariasikan pendekatan menuju masalah-masalah yang akan dipecahkan.

7). Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation).

8). Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah


(34)

yang bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum, bahkan terhadap masalah sehari-hari.

9). Guru yang kreatif mengetahui bagaimana mengungkapkan pertanyaan, tetapi pertanyaan tersebut harus bersifat operasional dan terbuka (Open-Ended), bermakna bagi siswa, serta jawabannya bukan bersifat fakta. Pertanyaan operasional bertitik pangkal kepada usaha yang kreatif dari siwa untuk memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut. 10). Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian orang yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk menerima dan menyesuaikan diri mereka pada sesuatu ketidak pastian.

11). Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat, dan struktur-struktur, keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam kreativitas yang bersifat pribadi, bila hal itu berhubungan dengan keahlian menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang, menggunakan warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti dalam bernyanyi, dan menggunakan kayu seperti pertukangan.

12). Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara keseluruhan. Melihat suatu masalah secara keseluruhan lebih baik dari pada melihat suatu masalah sepotong-sepotong.

Parnes (1972) mengungkapkan bahwa kemampuan kreativitas didapatkan dengan masalah yang mengacu kepada lima macam perilaku kreatif yaitu:

1). Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu maalah.

2). Fleksibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,


(35)

mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara berfikir.

3). Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon atau tanggapan yang unik atau luar biasa.

4). Elaboratio (keterperincian), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan, memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5). Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.30

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa, disamping mampu mengajar, semua guru tentu saja diharapkan untuk mampu membangkitkan kreativitas siswa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, menstimulus siswa memotivasi, mendorong siswa untuk dapat mengevaluasi sendiri kemajuannya, dan yang lebih utama tersebut memiliki perilaku kreatif seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan terhadap suatu masalah.

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Prestasi: hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.”31 Bila diartikan secara bahasa, “kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.”32 Sedangkan menurut Nana Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau

       30

Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 44. 

31

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001) cet ke.1, h. 330. 

32

Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990) h.2. 


(36)

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”.33

Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari ujian semester. Karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain, menurut Neni Zikri Iska “prestasi adalah tolok ukur belajar yang problematik”34 maksudnya ialah bahwa prestasi bergantung pada banyak faktor disamping faktor belajar, perasaan, kelelahan dan motivasi.

Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan cerminan proses seseorang, tidak hanya pada aspek penggetahuan terhadap materi tertentu tetapi juga perilaku dan sikap yang ditunjukan lewat pergaulan dan interaksi seseorang baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar sekolah.

Di sekolah, siswa dibebankan sejumlah materi pelajaran yang harus dipelajari dalam waktu tertentu, diakhir waktu yang telah ditentukan akan dilaksanakan evaluasi belajar yang diselenggarakan oleh sekolah dalam bentuk ulangan semester dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ulangan semester merupakan gambaran dari hasil belajar dan hasil mengajar guru dalam satu semester, biasanya hasil belajar itu ditunjukan dalam bentuk nilai angka maupun huruf dan dibukukan yang disebut raport.

Raport merupakan hasil evaliuasi belajar siswa yang disajikan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan, meskipun raport tidak mewakili secara keseluruhan prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh siswa, karena biasanya guru tidak bisa memperhatikan siswa secara individual dari sisi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya, penilaian guru sering bersifat subjektif dan tidak memenuhi keseluruhan indikator prestasi yang telah ditetapkan. Karena perubahan belajar sering kali tidak bisa

       33

Nana sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992) cet ke-4, h.22.  

34

Neni Zikri Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006) cet ke-1, h. 85.

 


(37)

diraba, yang bisa dilakukan hanyalah melihat pencapaian indikator secara umum atau pada ranah yang ingin dinilai.

2. Pengertian Belajar

Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ”Belajar: berusaha, berlatih, untuk mendapat pengetahuan”.35 Sedangkan menurut kamus psikologi, “Belajar: 1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman. 2. Proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus”.36 Beberapa definisi belajar adalah ”Belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.37 Sedangkan menurut James O. Whittaker, “Learning may be defined as a process by which behavior originates or is altered through training or experience.”(belajar dapat di definisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman).38 Senada dengan definisi di atas adalah yang dikemukakan oleh Arthur T Jersid bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan.”39 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, ”secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku inidividu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.40

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh seseorang.

3. Indikator Prestasi Belajar

       35

Dessy Anwar,….,,h..85.  36

J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002), h.   37

Neni Zikri Iska…,,h.76.

  38

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet.2. h. 55. 

39

Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara, 1993), h.98.  40

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-3, h.68.  


(38)

Tabel 1 Indikator Prestasi

Ranah/Jenis prestasi Indikator Cara evaluasi

a. Ranah Cipta

(Kognitif). 1. Pengamatan.

2. Ingatan.

3. Pemahaman.

4. Penerapan.

5. Analisis

1. Dapat menunjukan 2. Dapat

membandingkan. 3. Dapat

menghubungkan. 1. Dapat

menyebutkan. 2. Dapat menunjukan

kembali.

1. Dapat menjelaskan 2. Dapat

mendefinisikan

dengan lisan sendiri

Dapat memberikan contoh. 1. Dapat

menggunakan secara tepat.

1. Dapat

1. Tes Lisan. 2. Tes Tertulis. 3. Observbasi.

1. Tes Lisan. 2. Tes Tertulis. 3. Observasi.

1. Tes Lisan. 2. Tes Tertulis.

1. Tes Tertulis. 2. Pemberian

Tugas. 3. Observasi. 1. Tes Tertulis.


(39)

(Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti).

6. Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh).

b. Ranah Rasa

(Afektif). 1. Penerimaan.

2. Sambutan.

3. Apresiasi (sikap menghargai).

menguraikan. 2. Dapat

mengklasifikasika n.

1. Dapat

menghubungkan. 2. Dapat

menyimpulkan. 3. Dapat

menggeneralisasik

an (membuat prinsip umum).

1. Menunjukan sikap menerima.

2. Menunjukan sikap menolak.

1. Kesediaan

berpartisipasi/terli bat.

2. Kesediaan memanfaatkan.

1. Menanggap

penting dan bermanfaat.

2. Pemberian Tugas.

1. Tes Tertulis. 2. Pemberian

Tugas.

1. Tes Tertulis. 2. Tes Skala Sikap 3. Observasi.

1. Tes Skala Sikap 2. Pemberian

Tugas. 3. Observasi.

1. Tes Skala

Penilaian sikap /sikap.


(40)

4. Internalisasi (pendalaman).

5. Karakteristik (penghayatan).

c. Ranah Karsa

(Psikomotor) 1. Keterampilan

bergerak dan bertindak.

2. Kecakapan

ekspresi verbal

2. Menganggap

indah dan harmonis

3. Mengagumi.

1. mengakui dan menyakini.

2. Mengingkari.

1. melembagakan atau meniadakan. 2. menjelmakan

dalam pribadi dan perilaku

sehari-hari.

1. mengkoordinasika n gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya.

1. Mengucapkan. 2. membuat mimik

2. Pemberian Tugas. 3. Observasi.

1. Tes Skala Sikap 2. Pemberian

Tugas ekspresif (yang

menyatakan

sikap) dan proyektif (yang menyatakan pikiran/ramala). 1. Pemberian

Tugas ekspresip dan proyektif. 2. Observasi.

1. Observasi. 2. Tes Tindakan.

1. Tes Lisan. 2. Observasi.


(41)

dan non verbal. dan gerak jasmani 3. Tes Tindakan.

4. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan Belajar

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegitan belajar dapat ditandai dengan adanya:

a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotor), dan juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman dan aplikasi.

b. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata, perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil belajar: afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil belajar kognitif tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi.

c. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di atas bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau psikomotor, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh


(42)

atau sebagai kemampuan hasil perbaikan/peningkatan dari kemampuan sebelumnya.

d. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan).

Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

1. Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu. 2. Suatu perangsang atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan

atau materi yang akan dipelajari.

3. Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.

4. Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.41

Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa ciri- ciri dari kegiatan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial bagi setiap individu baik dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.

5. Teori –Teori Belajar

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang bersifat teoritis itu biasanya berisi “konsep” (pengertian/definisi) dan “prinsip” (aplikasi konsep/cara-cara pelaksanaan konsep tersebut).

Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi itu dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt.

6. Macam-Macam Teori Belajar

       41

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…56-58. 


(43)

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah: daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya.

Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini.

Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan pembentukan formil.

b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi

Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon

Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan rumus: S – R = Bond.

Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme (Thordike) dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan

Teori Conditioning dari Guthrie. 1). Teori Connectionisme

Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan respon (R).

Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan beberapa hokum atau ketentuan; yaitu:


(44)

a). Law of Effect

Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan perasaan senang atau puas.

b). Law Exercise atau Law of Use and Dissue

Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak latihan ulangan, dan pembiasaan.

c). Law of Multiple Respon

Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik.

d). Law of Assimilation atau Law of Analogy

Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang sudah dialami/diketahui.

e). Law of Readines

Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap.42

2). Teori Conditioning

a). Teori Conditioning Pavlop dan Watson (Classical Conditioning)

Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik

       42

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…62-65. 


(45)

tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan antara stimulus dan respon.

b). Teori Conditioning dari Skinner (Operant Conditioning)

Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F. Skinner (1904-1906). Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari

Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect.43

c). Teori conditioning dari Guthrie

Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/rentetan unit tingkah laku yang terus menerus.

Jadi proses terbentuknya rentetan/rangkaian tingkah laku tersebut menurut Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.

c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau

Insight Full Learning.

       43 

Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.1.h..67-69.  


(46)

Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagian-bagian/unsur-unsur. Dan bahwa manusia itu adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

Oleh karena itu menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses assosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman (insight).

7. Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sengaja didirikan oleh pemerintah atau masyarakat untuk mempersiapkan anggota masyarakat atau warga Negara yang sesuai dengan tujuan masyarakat atau negara. Jadi sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak didik sebagai calon anggota masyarakat/warga Negara yang berkualitas yang memiliki bekal kemampuan, pengetahuan dan sikap yang memadai yang diperlukan oleh masyarakat dan Negara.

Oleh karena itu maka sebaiknya ketiga jenis teori belajar tersebut dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah tercapai dengan baik. Yaitu, teori belajar Ilmu Jiwa Daya digunakan untuk membentuk kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya, teori belajar Ilmu Jiwa Asossiasi dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan, menanamkan sikap dan keterampilan, sedangakan teori Ilmu JIwa Gestalt digunakan untuk pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.44

Dari teori belajar yang disebutkan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teori belajar adalah cara atau teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori belajar menurut jiwa daya meliputi daya ingat, daya berfikir, dan

       44

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…69-75. 


(47)

 

daya fantasi. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon. Sedangkan aplikasi teori belajar dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik serta pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu.

Prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusian siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Dengan demikian, jika kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

D. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.


(48)

METODOLOGI PENELITIAN

A . Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat, adapun waktu penelitiannya mulai pada bulan Agustus sampai bulan November 2009

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Independent variabel, yaitu variabel pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (X).

b. Dependent variabel, yaitu variabel prestasi belajar siswa SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (Y).

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yakni “melihat hubungan antara variabel- variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain” dan “bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau lebih”. Metode ini diharapkan dapat menemukan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

Disamping itu, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:

      

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rimeka Cipta, 1996), Cet. Ke- 10, h.99 


(1)

HASIL WAWANCARA Nama Interviwee : Cartam, S.Pd. M.Pd.

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009 Pukul : 09.00 – 10.00 WIB Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat.

1. Apakah guru mengajar siswa dengan latar belakang pendidikannya?

Jawab: Ia karena sesuai dengan bidangnya masing-masing akan lebih fokus dan lebih terarah sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya. Apabila tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya maka proses pembelajarannya tidak akan berhasil dengan semaksimal mungkin.

2. Apakah kepala sekolah mendistribusikan guru dalam mengikuti penataran/pelatihan pembelajaran kreatif?

Jawab: Disini sekolah mengadakan pelatihan baik secara intern di sekolah sendiri, kerja sama dengan Diknas, ada yang mengikuti penataran berskala gugus yaitu di kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat Provinsi dan Nasional guna menambah wawasan dan mengikuti pembaruan dalam dunia pendidikan.

3. Langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kreativitas guru?

Jawab: Disini ada langkah-langkah:

MGMP (Musyawarh Guru Mata Pelajara) yaitu, untuk membentuk kelompok guru, dan guru diberikan tanggung jawab dalam rangka meraih keunggulan prestasi seperti bina prestasi, bina prestasi ini ada Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Inggris, dan sebagainya ini adalah langkah-langkah untuk meningkatkan kretivitas yang dilakukan oleh pihak sekolah dan disini juga banyak kretivitas guru mulai dari KKM, RPP, Bedah LKS, Bedah buku paket dan lain-lain.


(2)

4. Bagaimana tentang penyediaan dana untuk kegiatan kreativitas guru? Jawab: Kami merencanakan melalui dana RAPBS, kas intern sekolah yang tersedia dari pemerintah dan alhamdulillah sekolah kita hampir setiap tahun baik dari APBD maupun dari APBN mendapatkan tunjangan untuk meningkatkan mutu.

5. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia untuk meningkatkan kreativitas guru?

Jawab: Sarana disini ada Lab Bahasa, Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang Audio Visual, dan disini juga kalau ada kegiatan yang tidak bisa dilakukan di dalam sekolah, kita mengadakan kerja sama dengan dunia luar seperti dengan gelanggang olah raga, ada renang, atletik, seperti di ragunan, senayan, dan kolam renang yang ada di sekitar Ciputat ini.

6. Program apa saja yang Bapak persiapkan untuk memajukan kreativitas guru di sekolah ini?

Jawab: Programnya yaitu ada peningkatan SSN dari sekolah rintisan menjadi sekolah SSN dan untuk jangka panjangnya menjadi SBI ini adalah kreativitas guru untuk ditingkatkan karena menunjang untuk keberhasilan sekolah.

7. Desain lingkungan belajar seperti apa yang dipersiapkan oleh Bapak untuk pengembangan kreativitas siswa?

Jawab: Ada yang kurikulum, ada yang ekstrakurikuler, ada yang disini

juga pengembangan bakat dan minat bahkan ekstrakurikuler ada yang sifatnya wajib dan tidak wajib, atau berupa pilihan PMR, PRAMUKA, merupakan kewajiban ekstrakurikuler wajib, sedangkan olah raga, ada Foot Ball, Basket Ball, Futsal, Volley Ball, merupakan pilihan, kenapa demikian dalam rangka membentuk siswa yang mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat dan bakatnya.

8. Bagaimana tanggapan para guru disini terhadap kebijaksanaan Bapak dalam program pengembangan kreativitas yang telah Bapak laksanakan? Jawab: Alhamdulillah baik secara pribadi maupun kelompok tanggapannya cukup antusias dalam rangka menegakan kedisiplinan dan meningkatkan mutu pendidikan misalnya dalam rangka kebersihan atau dalam rangka Rohis yang dibina setiap hari jum’at para guru senantiasa sigap untuk melaksanakannya dan alhamdulillah pada tahun 2009 ini setelah adanya studi banding ke Kunignan dan Cibinong alhamdulillah


(3)

sekolah kita bisa meningkatkan terutama adalah di bidang kedisiplinan Rohis bahkan diberbagai bidang prestasi lainnya.

9. Bagaimana Bapak mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kreativitas guru?

Jawab: Apa bila ada maslah yang sifatnya perlu dimusyawarahkan dengan jalan musyawarah dan mencari solusi baik secara internal berupa konsultasi dengan pihak-pihak lembaga yang berkaitan misalnya masalah kesehatan kita bekerja sama dengan Puskesmas, masalah ketertiban dengan Kodim, dan masalah keamanan dengan Kepolisian dan dengan para alumni yang menjabat Lurah atau yang menjabat lembaga-lembaga yang lainnya. Alhamdulillah permasalahan ini seperti pengadaan tanah kita juga bisa benar-benar diakui dan untuk secara kelembagaan kerja sama dengan Dinas yang ada di kabupaten kota, Propinsi, maupun secara Nasional, dan untuk kretivitas guru hasilnya dari sertifikasi hampir 40% guru disini sudah disertifikasi karena kreativitas yang dimilki guru tersebut sudah memenuhi syarat, tanpa ditunjang kreativitas.

10.Berapa kali dalam sebulan Bapak melakukan pengawasan kesetiap kelas untuk melihat perkembangan kreativitas guru?

Jawab: Untuk pengawasan ini berjenjang ada yang dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah, ada yang dilakukan wakil kepala urusan, ada yang langsung dilakukan oleh Kepala Sekolah, kepala sekolah kita adalah minimal sebulan sekali mendapat laporan dari para urusan, dan seminggu sekali menapat laporan dari para wakil dan untuk supervisi itu adalah sebulan sekali bahkan kami mengadakan breefing pada tahun ajaran ini selama 15 menit sebelum masuk senantiasa breefing untuk menyatukan visi dan misi dan mengatasi permasalahan-permasalahan itu yang ada lebih cepat, lebih baik teratasi dan solusinya untuk bisa dicarikan dan penyelesaiannya dengan baik Insya Allah dengan kreativitas kebersamaan semua instrumen yang ada di sekolah dapat menciptakan situasi sekolah yang kondusif, bermutu, dan berkuallitas.


(4)

HASIL WAWANCARA Nama Interviwee : M. Syarifuddin, S.Pd.I

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009

Pukul : 10.00 – 11.00 WIB Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat

1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai guru?

Jawab: Saya sebenarnya sudah mengajar sejak masih kuliah sekitar tahun 1993 mengajar di lembaga-lembaga privat dan majelis-majelis taklim, Sejak tahun 1998 baru saya mengajar jadi guru di SMP PGRI 1 Ciputat. 2. Kenapa Bapak mau menjadi guru?

Jawab: Saya mau menjadi guru karena ada beberapa alasan. a. Karena panggilan jiwa.

b. Ingin mengamalkan ilmu.

c. Karena saya suka sama anak-anak.

d. Karena ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. e. Karena menjadi guru memiliki ibadah.

3. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas?

Jawab: Kretivitas adalah usaha seseorang untuk dapat menampilkan sesuatu yang berbeda guna memberikan suatu kreasi dalam memberikan suatu materi agar suasana belajar lebih kondusif.

4. Apakah Bapak kreatif dalam mengajar?

Jawab: Tidak terlalu kreatif tapi saya berpenampilan menarik, simpatik, enerjik, dan humoris dan selalu memberikan kenyamanan dan anak-anak merasa merugi jika tidak mengikuti pelajaran saya, dan saya selalu berkata I love You Full.


(5)

5. Apa yang mendukung kreativitas Bapak dalam mengajar? Jawab: Materi pelajaran yang akan saya sampaikan

Karena kecintaan saya terhadap profesi saya menjadi guru. 6. Kendala apa saja yang menghalangi kreativitas Bapak?

Jawab: Semangat murid dalam belajar dan membaca buku. Kemampuan siswa dalam belajar.

7. Apakah dalam mengajar Bapak menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran?

Jawab: Ya, itu penting agar materi yang akan saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa dan siswi.

8. Hal apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?

Jawab: Memberikan motivasi kepada para siswa/siwi dalam menuntut ilmu.

Memberikan pengarahan akan pentingya belajar.

Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya sebgai murid. Mengajarkankan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tua.

9. Menurut Bapak apakah kreativitas Bapak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa?

Jawab: Sedikit atau banyak pasti berpengaruh terhadap prestasi siswa dan jika disertai dengan pendekatan yang intensif didalam memberikan motivasi dalam meningkatkan prestasi siswa.

10.Apakah kepala sekolah guru lain serta karyawan turut membantu bapak dalam kreativitas belajar kreatif?

Jawab: Ya, khususnya kepala sekolah banyak mengadakan Raker, Seminar dan lain-lain.


(6)

BIOGRA

AFI PENU

ULIS

dari tahu Pondok P dan men 2002. Se pengalam sebuah t melanjutk Jakarta, F Selam Berawal ke organi Tarbiyah gempa Jo Selain NURUN melaksan diakhir k Pendidik Ciputat. menyamp belajar ag TAR Any Jaw Pen mem sam seor men un 1996 sam

Pesantren T neruskannya etelah lulus man hidup hi toko onderd kan pendidi Fakultas Ilm

RJONO, di yar I, Desa wa Barat, pa

ndidikan Ag masuki pend mpai tahun 1

rang ayah ya neruskan pen mpai1999. K Takhsinul Ak

di SMK M ia berkelana ingga sampa dil motor s ikannya di P mu Tarbiyah d

ilahirkan di Patrol Baru da hari Rab gama Islam didikan das 1996. Kemu ang bernama ndidikannya

Kemudian s khlak, Wino Muhammadiy

a berbekal d ai di kota ya selama bebe Perguruan T

dan Kegurua

sebuah desa u, Kecamata bu tanggal 2 angkatan ta sarnya di S udian setelah

a Muarih dan a di MTS

Al-setelah ia l ong, Cirebon

yah Kandan doa restu da ang sejuk yai erapa tahun Tinggi Unive an, Jurusan P

a yang dam an Patrol, K 22 Juli 1983 ahun 2005. SDN Patrol h ia lulus, a n ibunya yan -Hidayah Pa

ulus, ia me n, tidak sam ng haur, Ind an ijazah SM itu kota kem n sampai ta ersitas Islam Pendidikan A

ai tepatnya Kabupaten In

3, adalah ma Pada tahun Lor III Su anak pertam ng bernama atrol Baru, S

elanjutkan p mpai 1 tahun dramayu tah MK ia men mbang Bandu

ahun 2004, m Negeri Sya Agama Islam

di Blok Ka ndramayu 4 ahasiswa Jur n 1990 ia m ukra, Indram ma dari pasa

Karniti, me ukra, Indram pendidikanny n kembali pu hun 1999 sa

cari jati diri ung, ia beker yang kemu arif Hidayat m. arang 45257 rusan mulai mayu, angan milih mayu, ya di ulang ampai i dan rja di udian tullah ma menjadi m

dari ketika i isasi Persatu h Xtensi (FO

ogja, ia ikut

mahasiswa i ia pertama k uan Mahasisw ORMAT X), y

pula pada pe

ia cukup akti kali menjadi wa Indramay yang mengir erkaderan H if diberbagai seorang mah yu (PERMA rimkan angg impunan Ma i organisasi hasiswa baru AI-AYU) DK gotanya ke Jo ahasiswa Isl

ekstra maup u, pada tahun KI Jakarta, F

ogja untuk m am (HMI).

pun intra kam n 2005, ia m orum Mahas membantu ko mpus. masuk siswa orban n aktivitasn NAJJAH II P nakan kegiat kuliahnya, i kan Agama

Hal ini ia m paikan mate gama sehing

nya sebagai Pondok Ranj

tan Praktek P ia tertarik a Islam Terh mengharapka

eri pelajaran gga cita-cita

mahasiswa ji, Rengas, C Profesi Kegu menulis skr hadap Peni an semoga g n sehingga dan tujuan p

, ia juga p Ciputat Timu uruan Terpa ripsi dengan ingkatan Pr guru Pendidi lebih mena pendidikan n ernah ikut ur Tangeran du (PPKT) d n judul: Pe restasi Bela kan Agama arik dan leb nasional dapa

membantu ng Selatan. K

di SMP PGR engaruh Kr ajar Siswa d Islam semak bih memotiv

at tercapai. 

mengajar d Kemudian ia RI 1 Ciputat

reativitas G di SMP PG

kin kreatif d vasi siswa u

di MI a pun . Dan Guru GRI 1 dalam untuk