2.4 Bahan Tambahan Pangan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab I pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan
pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan atau produk makanan.
Bahan tambahan pangan BTP di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Dirjen POM. Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and Drug Administration.
Pengertian bahan tambahan pangan sebagai campuran makanan kerap kali rancu dengan bahan tambahan kimia. Untuk menghindari hal yang demikian , kita
harus memahami tentang bahan tambahan pangan sebagai campuran makanan. Bahan tambahan pangan sebagai campuran makanan dapat dikelompokkan menjadi 3
pengertian sebagai berikut Saparinto,2006. 1. Bahan campuran normal
Bahan campuran normal adalah bahan yang dapat dikonsumsi langsung tanpa dicampur dengan bahan lain. Contoh bahan campuran normal adalah buah
nenas sebagai campuran es buah. Selain nanas, yang juga dapat berfungsi sebagai bahan campuran normal normal ingredient adalah stroberi, avokad,
durian, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan pembantu pengolahan Bahan pembantu pengolahan terdiri atas komponen bahan-bahan penolong
dalam proses pembuatan bahan makanan, yang tidak mempengaruhi warna, aroma, maupun penampilan bahan olahan. Contohnya, es batu dalam proses
pembuatan bakso atau garam dalam proses pembuatan es puter. 2.
Kontaminan Kontaminan merupakan bahan yang tidak sengaja terbawa atau tercampur
dalam proses pengolahan. Contohnya, bahan kimia yang terkandung dalam pembungkus makanan yang kontak dengan bahan makanan, mikroorganisme
yang mencemari bahan pangan yang kurang memperhatikan sanitasi dalam proses produksi, dan sebagainya.
Pada umunya penggunaan bahan tambahan pangan dapat diterima bila tidak melebihi kadar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sifat teknologi atau perubahan
yang iinginkan dalam penggunaan bahan tambahan itu. Menurut peraturan tentang bahan tambahan pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang oleh
Departemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1168MenkesPerX1999
terdiri dari golongan BTP yang iizinkan sebagai berikut :
1. Antioksidan
2. Antikempal
3. Pengatur Keasaman
4. Pemanis Buatan
Universitas Sumatera Utara
5. Pemutih dan Pematang Telur
6. Pengemulsi,Pemantap, dan Pengental
7. Pengawet
8. Pengeras
9. Pewarna
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa
11. Sekuestran
Dan untuk Bahan Tambahan Pangan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah sebagai berikut :
1. Natrium Tetraborat Boraks
2. Formalin formaldehyd
3. Minyak Nabati yang Bromisasi
4. Kloramfenikol
5. Kalium Klorat Pottasium Chlorate
6. Dietilpirokarbonat diethylpyrocarbonate
7. Nitrofuranzon Nitrofuranzone
8. P-Phenetilkarbamida
9. Asam Salisilat dan garamnya
Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yakni:
1. Bahan tambahan pangan alami.
Bahan tambahan pangan alami hingga saat ini masih mendapat tempat dihati masyarakat. Bahan ini dipandang lebih aman bagi kesehatan dan mudah
Universitas Sumatera Utara
didapat. Namun disisi lain, bahan tambahan pangan alami mempunyai kelemahan, yaitu relatif kurang stabil kepekatannya karena mudah
terpengaruh oleh panas. Selain itu, dalam penggunaanya dibutuhkan jumlah yang cukup banyak.
2. Bahan tambahan pangan sintetis
Bahan tambahan pangan sintetis merupakan hasil sintetis secara kimia. Keuntungan menggunakan bahan tambahan pangan sintetis adalah lebih
stabil, lebih pekat dan penggunaanya hanya dalam jumlah sedikit. Namun kelemahannya, bahan ini dikhwatirkan dapat menimbulkan efek samping
terhadap kesehatan, bahkan ada beberapa bahan tambahan pangan yang bersifat karsinogenik atau dapat menimbulkan kanker Saparinto, 2006.
2.5. Bahan Pengawet