Sejarah Budidaya Ikan Air Tawar

63 bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 – 88 mmbulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.

4.2 Sejarah Budidaya Ikan Air Tawar

• Budidaya air tawar dimulai di China, sejak 475 SM pembenihan ikan karper diusahakan dan pertama ditulis Li 1940 • Hickling 1971 dan Bardach dkk. 1972 mengutip berbagai informasi bahwa pemijahan ikan karper sudah dilakukan di China sejak tahun 2000 SM • Di Mesir berdasarkan relief kuburan kuno yang dibangun tahun 2000 SM, menggambarkan ada kolam taman dan ikan nila yang sedangditangkap

4.2.1 Sejarah Budi Daya Ikan Di Indonesia

Budidaya ikan air tawar di indonesia sendiri diketahui setelah ditemukannya : • Undang-undang “Kutara Manawa” yang dibuat kira-kira tahun 1400, berisi tentang larangan menangkap ikan di kolam atau tambak Schuster 1950 • Kolam-kolam taman sudah dilakukan di lingkungan keraton, budidaya keramba, budidaya mina-padi • Budidaya keramba bambu, ikan Leptobarbus hoeveni dari penangkapan dipelihara di danau Mundung Jambi awal tahun 1920an, jenis karper dilakukan di Bandung sejak 1940 Vass dan Sachlan 1957.

4.2.2 Perkembangan Budidaya Ikan

Universitas Sumatera Utara 64 Sejak awal tidak ada informasi hingga terbit buku yang pertama tentang pemeliharaan ikan karper oleh Fan Lai tahun 475Ikan karper diintroduksi ke Eropa sekitar tahun 1150, budidaya karper di Austria 1227 dan tahun 1860 ke seluruh Eropa serta ke USA pertengahan abad 19 untuk penebaran di sungai- sungai kecil dan danau, budidayanya kurang berkembang di Asia Tenggara ikan cyprinid alami telah dibudidayakan di kolam, sendangkan introduksi karper antara 1914-1957Tilapia diteliti untuk budidaya di Kenya tahun 1920 an, di Indonesia ditemukannnya ikan Tilapia mossambica Java tilapia oleh Pak Mujair tahun 1939. Budidaya terpadu diperkenalkan John Taverner 1600 hasil percobaannya pemeliharaan karper di kolam. Budidaya ikan dengan pendekatan ilmiah tidak sekedar seni, dimulai di AS dalam abad 19, jenis ikan catfish dan salmon.Perkembangan perbaikan genentik dan teknik pemeleliharaan: Genetik karper sudah sejak lama, terbukti dari jumlah varietas yang dihasilkan, paling menonjol ikan salmon Norwegia sejak 1940 dan tahun 1990 dihasilkan pertumbuhan 100, tilapia baru diteliti dapat mencapai pertumbuhan 23 dari hasil perbaikan genetik 4.2.3SejarahSingkat Ikan Nila di Indonesia Ikan Nila berasal dari sungai Nile Afrika, ada beberapa jenis nila yang masuk ke Indonesia diantaranya yaitu: • Tahun 1969 Nila hitam dari Taiwan • Tahun 1984 Citralada dari Taiwan • Tahun 1994 Gift G3 dari Filippina • Tahun 1996 Gift G6 dari Filippina Universitas Sumatera Utara 65 • Tahun 2002 JICA dari Jepang • Nila Nirwana 2003 - 2006 • Tahun 2006 Nila Gesit Genetiacally Supermale Indonesian Tilapia Kesemua jenis nila diatas adalah hasil pemuliaan, tapi ada sedikit perbedaan untuk nila gesit, dimana nila gesit adalah hasil rekayasa kromosom, secara normal ikan nila betina memiliki kromosom XX, sedangkan ikan nila jantan berkromosom XY, melalui rekayasa set kromosom, ikan jantan di ubah menjadi berkromosom YY nila gesit. Kehebatan dari anakan nila adalah sebagai berikut : 1. Dengan Monosex jantan proses pertumbuhan tidak akan terhambat proses perkawinan 2. Kekebalan terhadap penyakit relatif baik 3. Tidak harus menggunakan lagi hormon 17 Alfa Methyl Testosteron karena GESIT menurunkan kromosom jantan secara genetis. 4. Aman untuk dikonsumsi dibanding dengan nila yang menggunakan hormon. Perkawinan Nila bisa dipasangkan dengan betina jenis Nirwana, JICA, atau BEST, dengan perkawinan tersebut menghasilkan nila jenis GMT Genitically Male Tilapia yang monosex jantannya diatas 80, untuk perbandingan pada saat pemijahan biasanya 1 : 3 1 jantan nila dengan 3 betina normal untuk membedakan pada saat pemijahan dan menghindari pencampuran dengan jenis nila lain pada saat di tebar di kolam maka nila di beri tanda yaitu dengan dipotongnya sirip depan sebelah kiri atau pemberian tagging tanda. Universitas Sumatera Utara 66

4.3 Gambaran Umum Responden