. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang terkenal akan sumber daya alamnya yang melimpah. Selain di kenal sebagai negara agraris, Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim.Indonesia juga negara kepulauan terbesar didunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Menurut catatan luas perairan Indonesia lebih dari 50 juta Ha, yang terdiri dari perairan rawa 39,4 juta Ha, perairan sungai beserta lebaknya 11,95 Ha, danau alam dan danau buatan waduk seluas 2,1 juta Ha Agus Rochdianto,1996 . Terdapat lima pulau besar, salah satunya adalah pulau sumatera dengn luas 473.606 km persegi. Sumatera Utara terdiri dari dataran tinggi,dataran rendah, bukit barisan yang membujur dari tengah – tengah dari utara keselatan, serta daerah pantai. Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 tiga bagian yaitu bagian timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang dan pendangkalan sungai. wilayah dataran tinggi dan wilayah pantai barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah sumatera utara. Wilayah pantai timur merupakan daerah rendah seluas 24. 921,99Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah sumatera utara. Universitas Sumatera Utara 13 Luas perairan tersebut memberi potensi yang cukup besar untuk pembudi daya ikan terutama di perairan sumatera utara. Pertumbuhan sektor perikanan disumatera utara khususnya di perairan Danau Toba dan sekitarnya telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, Namun, usaha pembudidayaan ikan di perairan Danau Toba kian hari kian terdesak. Hal ini karena usaha penangkapan yang tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan restocking yang lambat laun akan dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian sumber daya perairan, sehingga dibuatlah model pembudidaya ikan yang lebih aman dan menguntungkan yang disebut dengan Kerambah. Dampak perkembangan Kerambah Jaring Apung di sekitar Danau Toba, membawa beberapa perubahan baru dalam beberapa bidang.Mengenai nelayan kerambah yang sekarang lebih popular disebut dengan petani keramba, tidak lagi terbatas hanya pada keluarga nelayan saja. Perkembangan yang pesat ini menyebabkan para petani kerambah yang dahulu hanya menggunakan tenaga kerja murni dari anggota keluarga saja kini menggunakan tenaga kerja upahan dengan hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga nelayan serta dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana kini telah mengalami perubahan dimana anggota keluarga tidak lagi sebagai tenaga kerja utama tetapi sudah menggunakan tenaga kerja upahan dan menggaji orang lain. Hasil dari kerambah ini pun sudah bersifat ekonomis dan memperhitungkan untung melalui sistem pasar, sementara itu masyarakat pun telah menggunakan peralatan modern dalam pembudidaya ikan. Universitas Sumatera Utara 14 Pembudidaya ikan ini tidak sampai menembus pasar nasional, dan dari hasil budidaya ikan ini masih berkisar sampai disumatera saja. Itu lah sebabnya hal ini dianggap wajar dan tidak menimbulkan permasalahan seperti yang sekarang terjadi. Para petani ikan ini berasal dari daerah setempat sedikitnya ada sekitar 7000 petani keramba Jaring Apung KJA, yang tersebar dibeberapa daerah seperti Haranggaol, Pangururan,Tomok, Tuktuk, Balige, Muara, Paropo, Tabun Raya, Sigapitan, Tongging dan Panahatan. Daerah ini khususnya membudidaya kan ikan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung KJA di sekitar Danau Toba. Kegiatan budidaya ikan sistem Kerambah Jaring Apung KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan Kerambah Jaring Apung KJA dengan pesat terjadi sejak tahun 1998 melalui budi daya jaring apung intensif berkepadatan ikan yang tinggi Rismawati, 2010. Pada tahun 2006 Jumlah Kerambah Jaring Apung KJA yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit. Kemudian survey yang dilakukan dinas perikanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa Kerambah Jaring Apung KJA yang beroperasi diperairan Danau Toba sebanyak 7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara sebanyak 1.780 unit dan Kerambah Jaring Apung KJA dan milik masyarakat sebanyak 5.232 unit. Universitas Sumatera Utara 15 Dari aspek Sosial Ekonomi, perkembangan budidaya ikan Kerambah Jaring Apung KJA di perairan Danau Toba memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat khususnya masyarakat lokal, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan nilai produksi ikan yang berarti meningkatkan pendapatan bagi masyarakat petani Kerambah Jaring Apung KJA. Selain itu, kehadiran budidaya ikan Kerambah Jaring apung KJA juga mampu memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, sehingga turut dalam mengurangi angka pengangguran. Akan tetapi dilain pihak, kegiatan budidaya ikan sistim Kerambah Jaring Apung KJA yang tidak terkendali dapat berdampak serius terhadap berbagai perubahan lingkungan perairan itu sendiri, baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik perairan Beveridge,1984. Kehadiran perusahaan Keramba Jaring Apung KJA ini telah memberikan sumbangan Ekonomi terhadap masyarakat disekitar Danau Toba. Sumbangan tersebut adalah berupa keterlibatan masyarakat menjadi tenaga kerja pada usaha perikanan kerambah jaring apung, serta berbagai peluang usaha yang terbuka lebar sebagai akibat kehadiran keramba jaring apung KJA tersebut. Selain berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, keramba tersebut juga memberikan dampak sosial terhadap masyarakat, seperti interaksi sosial akibat adanya pendatang baru, dan peningkatan kesejahteraan sosial sebagai dampak dari peningkatan ekonomi masyarakat. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat ini selanjutnya akan berdampak terhadap pengembangan kawasan Danau Toba. Universitas Sumatera Utara 16 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kerambah Jaring Apung di Danau Toba terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat”

1.2. Perumusan Masalah