ketika orang memasuki usia tua. Webb Campbell 1980 menyatakan orang lanjut usia memiliki jumlah jam tidur yang agak lebih singkat atau sama dengan
orang dewasa yang berusia lebih muda, namun waktu tidur mereka lebih sering terputus secara spontan; selain itu, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat kembali kembali tertidur setelah terbangun. Dengan demikian, orang lanjut usia secara umum memiliki waktu tidur lebih sedikit dalam kaitan dengan total
waktu yang mereka habiskan di tempat tidur pada malam hari; mereka cenderung mengganti kekurangan waktu tidur tersebut dengan tidur siang Davison, dkk,
2006.
4.2 Kualitas tidur pada lansia
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap atau mengantuk . Selain itu, kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik meliputi: ekspresi wajah area gelap
di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan sering menguap, tidak mampu untuk
berkonsentrasi kurang perhatian, terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. Tanda psikologis meliputi: Menarik diri,
apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat
Universitas Sumatera Utara
berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun Hidayat, 2006.
Menurut Stamburg Olsen 1997 dalam Syarif 2005, beberapa variabel dan parameter yang berhubungan dengan tidur adalah waktu yang dihabiskan
ditempat tidur, kuantitas tidur atau total waktu yang dibutuhkan untuk tidur, waktu atau persentase yang dihabiskan pada tahapan-tahapan tidur, waktu yang
diperlukan untuk tertidur, kesulitan atau kemudahan dalam tertidur, kebiasaan tidur, penggunaan obat-obat untuk tidur, kepuasaan terhadap tidur, kemudahan
atau kesulitan untuk terbangun di pagi hari, rasa segar saat bangun dari tidur, kecapekan dan rasa berenergi saat beraktivitas. Persepsi mengenai kualitas tidur
ini sangat bervariasi dan individual dapat dikaji dengan cara subjektif yaitu hasil dari ungkapan individu terhadap apa yang dirasakan sebelum dan sesudah tidur.
Waktu yang dibutuhkan lansia untuk tidur normalnya kurang lebih 6 jamhari dimana Tahap REM 20-25 , tahap IV NREM menurun dan kadang-
kadang absen dan sering terbangun pada malam hari Tarwoto dan Wartonah , 2010.
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia