Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia

Hasil penelitian juga menunjukkan data demografi dimana terdapat lokasi tempat tinggal 100 pemukiman padat dan suhu dingin, hal ini sejalan dengan tinjauan putaka Stanley Beare 2007 dimana suara bising yang bersifat kadang- kadang misalnya suara kendaraan yang melintas dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan tidak dapat mengingatnya dipagi hari. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur, namun mereka juga menyatakan suhu kamar atau ruangan dibawah 28°C dapat membuat nyaman pada saat tidur.

2.3 Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa aktivitas fisik yang terbagi atas kategori active, moderate active, moderate inactive dan inactive berhubungan dengan kualitas tidur lansia yang terbagi atas kategori kualitas tidur baik dan buruk. Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikansi yang dapat diterima, dimana p-value 0,0100,05 yang berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji diperkuat oleh nilai r=0,480 yang berarti kekuatan korelasi sedang dengan arah korelasi positif + yang artinya searah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa pada penelitian hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige Ha diterima, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia dapat diterima. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian terdapat aktifitas fisik lansia yang active 42,9, moderate active 21,4 dengan kualitas tidur baik 57,1 dan juga ina ctive 21,4 dan moderate active 14,3 dengan kualitas buruk 42,9. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang active sejalan dengan kualitas tidur lansia yang baik. Penelitian ini sejalan dengan tinjauan pustaka Maryam, dkk 2008 dimana penyebab dari perubahan tidur lansia adalah kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam dan sering terbangun di malam hari. Potter, Patricia 2005 juga mengemukakan bahwa aktivitas fisik yang menyebabkan kelelahan biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Jones,1997 dan Lueckenotte,2000 juga berpendapat bahwa aktivitas fisik penting untuk lansia untuk keseimbangan dan tidur lebih nyeyak. Hasil analisa statistik hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia berada pada rentang hubungan yang sedang penelitian ini didukung oleh teori Potter,Patricia 2005 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia bukan hanya aktivitas fisik namun terdapat beberapa faktor yaitu : penyakit fisik, obat-obatan dan substansi, pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan, serta asupan makanan dan kalori. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Batubara 2005 menyebutkan stres kecemasan dan depresi juga memiliki hubungan yang sedang terhadap kualitas tidur pada lansia di kelurahan Hajosari II Medan. Universitas Sumatera Utara

3. Keterbatasan Penelitian