BAB 1 PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Lanjut usia lansia merupakan anugrah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Menurut
Undang-undang N0.13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun keatas adalah yang paling layak disebut usia lanjut. Indonesia termasuk negara yang memasuki
era penduduk berstruktur lanjut usia aging structured population karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18 . Jumlah penduduk lansia
di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14.439.967 jiwa
7,18 dan pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa 9,51, dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta
11,34, dengan usia harapan hidup 71,1 tahun Depkes, 2012. Lansia pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat penurunan fungsi
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya, termasuk kesehatannya. Semakin
lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga mampu menurunkan peran-peran sosialnya dan menimbulkan gangguan
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Thamher Noorkasiani, 2009. Beberapa aktivitas yang penting untuk lansia untuk
mendukung produktivitasnya yaitu : acitivity daily living ADL, aktivitas fisik, aktivitas
mental, aktivitas sosial dan aktivitas sukarelawan Stanley, 2006. Ada mitos yang menyatakan bahwa orang yang sudah lanjut usia sebaiknya lebih banyak tinggal
Universitas Sumatera Utara
dirumah dan tidak perlu melakukan aktivitas fisik, apalagi harus melakukan olahraga. Dan didukung oleh adanya budaya yang melarang lansia untuk
melakukan aktivitas seperti menyiapkan makanan sendiri dan mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan menghormati dan menghargai orang tua.
Beberapa aktivitas fisik atau latiahan aktivitas fisik yang baik untuk lansia dalam Maryam 2008 adalah Berkebun, berjalan, berenang, bersepeda, rekreasi dan
senam hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan lansia dan meningkatkan kemandirian lansia. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizky
2011 diperoleh data aktivitas fisik lansia inactive 17,5 , moderate inactive 32,5 , moderate active 35 dan active 15 . Aktivitas fisik yang paling banyak
adalah moderate active dengan aktivitas fisik yang dilakukan paling banyak aktivitas fisik high.
Irwin Feinberg dalam Nugroho 2008 mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa remaja, kebutuhan tidur seseorang relatif tetap. Luce dan
Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas tidur seiring dengan
bertambahnya usia. Pada kelompok lansia enam puluh tahun ditemukan 7 kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur hanya dapat tidur tidak lebih dari
lima jam sehari. Hal yang sama ditemukan pada 22 kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun
lebih awal dari pukul 05.00. selain itu, terdapat 30 kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar
dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun. Hasil penelitian sebelumnya yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan Syarif 2005 diperoleh 50,4 responden lansia mengalami kualitas tidur buruk dan terdapat beberapa gangguan tidur.
Manfaat tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering kali diabaikan, terutama di lingkungan lembaga tempat rutinitas. Kebanyakan lansia mengalami
gangguan tidur , tidur yang hanya sebentar-sebentar, atau bangun terlalu cepat dari tidur. Hal ini disebabkan rasa khawatir akan kematian atau tekanan batin,
kurangnya kegiatan fisik sehingga masih semangat sepanjang malam, tempat tidur kurang nyaman, dan sering berkemih dimalam hari karena terlalu banyak minum
disiang hari hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur lansia Maryam,2008. Berdasarkan informasi yang diterima peneliti dengan wawancara, banyaknya
jumlah populasi lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige adalah 141 jiwa. Desa Parsuratan Kecamatan Balige mengadakan senam kebugaran lansia setiap
hari minggu namun yang aktif mengikuti senam lansia hanya 25-30 orang, mayoritas pekerjaannya petani, lingkungannya bersih dan suhu dingin dan hasil
wawancara dari tiga orang lansia mengeluhkan adanya masalah gangguan pada tidurnya sehingga pada saat bangun tidur mengantuk dan lelah. Desa Parsuratan
kecamatan Balige merupakan desa binaan Puskesmas Balige dan merupakan desa percontohan di kecamatan Balige sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian
di daerah tersebut data UPT Puskesmas Tandang Buhit Balige, Januari-Agustus 2013.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di Desa Parsuratan
Kecamatan Balige.
Universitas Sumatera Utara
2.Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di Desa Parsuratan Kecamatan Balige.
3.Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di desa Parsuratan kecamatan Balige.
3.2 Tujuan khusus
3.2.1 Untuk mengetahui aktivitas fisik lansia di desa Parsuratan
kecamatan Balige. 3.2.2
Untuk mengetahui kualitas tidur lansia di desa Parsuratan kecamatan Balige.
3.2.3 Untuk mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik dengan
kualitas tidur lansia di desa Parsuratan kecamatan Balige.
4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada berbagai pihak :
4.1 Pendidikan Keperawatan
Sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dan dapat di integrasikan pada keperawatan komunitas khususnya keperawatan
gerontik. 4.2
Pelayanan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas terutama perawat Puskesmas Balige dan lansia di Desa Parsuratan Kecamatan
Balige untuk pengembangan dan meningkatkan intervensi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik.
4.3 Penelitian Selanjutnya
Sebagai sumber data lanjutan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA